Di provinsi Sulawesi Barat, terdapat tinggalan budaya Islam yang tersebar di Majene, Polewali Mandar,
Mamuju, Mamuju Utara, dan Mamuju Tengah. Khususnya di daerah Mandar,
pengaruh Islam ada di antara batas geografis dengan jaringan penghubung
yang saling berkaitan. Tokoh penyebar agama Islam menumbuhkan kesadaran
bahwa setiap insan wajib menyampaikan kebenaran pada umat lainnya
melalui dakwah, yang berbasis di musholla, langgar, maupun masjid.
Ciri-ciri umum yang biasa ditemukan pada
bangunan masjid yaitu, denah berbentuk bujur sangkar atau segi empat dan
masif, atap tumpang yang bersusun ke atas makin kecil dan berjumlah
dua, tiga, atau lebih, serta serambi di bagian depan atau samping, dan
halaman yang dikelilingi pagar. Masjid-masjid kuno ini tidak memiliki
menara. Bagian tingkat yang beratap susun tersebut digunakan untuk azan.
Mihrab berada di posisi barat sebagai tempat imam, memiliki lengkung
atas yang bentuknya menyerupai lengkung pada pintu candi, berbentuk
kalamakara (hiasan flora pada candi).
Ada dua kerajaan di kawasan Mandar yang pertama dimasuki agama Islam, yaitu Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Pamboang.
Kerajaan Balanipa terletak di bagian selatan Mandar, sedangkat Kerajaan
Pamboang ada di bagian utara Mandar. Kedua kawasan ini cukup strategis
pada masanya, didatangi oleh para penyebar islam pada masa lampau.
Terdapat tiga versi terkait awal mula penyebar agama Islam datang ke
wilayah Mandar, antara lain:
- Syekh Yusuf atau Tuanta Salamaka Tajul Khalawati pada abad ke-17 Masehi datang dan membawa agama Islam masuk, kemudian diterima oleh masyarakat Mandar.
- Raden Mas Suryodilogo dan Syekh Zakaria A’maghribi pada akhir abad ke-17 Masehi datang langsung dari pulau Jawa mendatangi Kerajaan Pamboang. Kerajaan Pamboang pada masa itu merupakan salah satu bandar perdagangan sekaligus tempat penentuan arah pelayaran bagi para pelaut yang berlayar ke pulau Jawa dan Kalimantan.
- Agama Islam pertama kali masuk ke Kerajaan Balanipa yang dibawa oleh seorang ulama yakni Abdurrahim Kamaluddin, yang datang pada masa pemerintahan Raja Balanipa keempat, Kakanna I Pattang Daetta Tommuane.
Berdasarkan sumber lontara’ Mandar,
masyarakat Pamboang dikenal sebagai pelaut yang berani berlayar
mengarungi laut ke seluruh Nusantara. Semua orang Mandar sejak dulu
dikenal sebagai pelaut ulung di Sulawesi, yang melakukan ekspedisi
menggunakan perahu khas mereka. Gresik dan Tuban ramai dikunjungi
pedagang sejak berdirinya kerajaan Islam di Jawa Timur. Melalui Tuban,
para ulama menyebar ke Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Proses masuknya Islam ke Mandar berbeda
dengan kawasan etnik Bugis. Di Bugis, proses Islamisasi mendapat banyak
tentangan, sedangkan di kawasan Mandar, Islam dapat diterima dengan cara
damai. Islam berkembang pesat di wilayah ini, dengan bantuan golongan
bangsawan, perkawinan, pendidikan, dan budaya.
Sumber:
Tim Penulis. (2014). Monumen Islam di Sulawesi Barat. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar., https://fahmialinh.wordpress.com/2015/10/24/warisan-jejak-peradaban-islam-di-tanah-mandar/