Cegukan tak berhenti bukan hanya mengganggu, tapi juga perlu diwaspadai. Biasanya, cegukan akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa menit. Namun jika cegukan terjadi berkepanjangan, artinya ada yang salah dengan tubuh Anda.
Cegukan adalah suara yang disebabkan oleh kontraksi diafragma. Diafragma sendiri adalah lembaran besar otot yang berada di bawah paru-paru dan bersama dengan otot-otot interkostal membuat kita dapat bernapas. Kontraksi otot-otot tersebut dapat mengisap udara ke paru-paru, dan masuknya udara dengan cepat membuat epiglottis menutup. Epiglottis adalah flap jaringan pada tenggorokan yang menutup saat kita menelan untuk mencegah makanan, minuman, atau air liur terisap ke paru-paru. Penutupan epiglotis yang mendadak inilah yang menyebabkan suara ‘hik’ saat cegukan.
Jika Anda mengalami cegukan tak berhenti, yang berlangsung selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, mungkin Anda memiliki kondisi lain yang menyebabkan cegukan terjadi.
Penyebab cegukan tak berhenti-berhenti
Cegukan berkepanjangan memiliki banyak penyebab. Apapun yang mengiritasi saraf phrenic (pengontrol diafragma) dapat menyebabkan kejang kecil. Cegukan setelah operasi dapat terjadi akibat cedera ringan yang disebabkan oleh tabung yang digunakan untuk membantu pasien bernapas selama operasi. Selain itu, kerusakan bagian-bagian tertentu dari otak (karena trauma atau penyakit) juga dapat menyebabkan cegukan. Stres dan racun (terutama alkohol dan nikotin) juga dapat menjadi penyebabnya.
Menurut sebuah jurnal dalam US National Institutes of Health’s National Library of Medicine, cegukan berkepanjangan dapat terjadi akibat:
1. Kerusakan pembuluh darah otak
Iskemia otak atau stroke tidak jarang ditemukan di antara individu dengan cegukan berkepanjangan. Selain itu, cegukan berkepanjangan juga dapat terjadi pada pasien dengan lupus eritematosus sistemik (SLE). Secara singkat, Anda harus mempertimbangkan kemungkinan iskemia otak atau stroke pada orang (terutama orang tua) yang mengalami cegukan berkepanjangan untuk menghindari keterlambatan penanganan.
2. Radang, cedera, dan tumor sistem saraf pusat
Tumor otak dilaporkan dapat memicu cegukan berkelanjutan, termasuk astrositoma (kanker otak), cavernoma (kelainan sistem saraf pusat), tumor batang otak, dll. Oleh karena itu, cegukan ini biasanya menghilang setelah operasi lesi batang otak. Pembengkakan pembuluh arteri cerebellar (yang terdapat pada otak kecil) dan cedera otak juga dapat menyebabkan cegukan.
Terlepas dari gejala batang otak lain seperti mual dan muntah, neuromyelitis optica juga dapat menyebabkan cegukan berkepanjangan, karena penyakit ini merupakan penyakit peradangan yang melibatkan saraf optik dan sumsum tulang belakang.
3. Lesi (gangguan jaringan) sepanjang jalur saraf perifer
Seorang pasien dengan sarkoidosis kelenjar getah bening mediastinum, biasanya memiliki cegukan berkelanjutan. Infiltrasi tumor pada diafragma dianggap sebagai penyebab dari cegukan keras. Cegukan telah menjadi gejala yang tidak diketahui dari kanker tenggorokan, namun sebanyak 27% pasien dengan kanker tenggorokan memiliki cegukan berkepanjangan lebih dari 48 jam. Cegukan juga dapat menjadi tanda gastric volvulus yang mungkin disebabkan oleh iritasi diafragma dari perut buncit .
4. Gangguan saluran pencernaan dan perut
Penyakit asam lambung ( Gastroesophageal Reflux Disease – GERD) umumnya terkait dengan bersendawa. Terlepas dari gejala refluks utama yaitu regurgitasi asam, nyeri ulu ati, globus, disfagia (kesulitan menelan), suara serak, dan sebagainya, cegukan juga tidak jarang ditemui pada penderita GERD. Beberapa kasus menunjukkan bahwa 7,9% pria dan 10% wanita pasien GERD mengalami cegukan berkepanjangan.
5. Anestesi dan pasca operasi
Cegukan pasca operasi dilaporkan terjadi pada individu yang menerima operasi Whipple dan kolektomi. Di sisi lain, menggunakan obat anestesi pada operasi juga dapat menyebabkan cegukan pada pasien. Bahkan anestesi epidural akan menyebabkan cegukan berkepanjangan.
6. Kanker
Cegukan serius tidak jarang terjadi pada pasien kanker . Di Italia, laporan menunjukkan bahwa 3,9% pasien rawat inap dan 4,5% pasien lawat jalan memiliki cegukan kronis yang parah. Di antara beberapa pasien kanker, cegukan juga disebabkan oleh kemoterapi. Analisis retrospektif menunjukkan bahwa cegukan terjadi pada 0,39% pasien yang sedang menjalani kemoterapi. Cisplatin (obat anti-kanker pada kemoterapi) sering menjadi agen penyebab cegukan. Secara klinis, cegukan yang terjadi pada pasien yang menerima berbagai dosis cisplatin di Jepang berkisar antara 6,1%-10%. Selain itu, uji coba prospektif yang dilakukan di Taiwan menunjukkan bahwa cegukan berkepanjangan pada pasien yang menggunakan kombinasi cisplatin dan deksametason ada sebanyak 41,2% dan 97,4% di antaranya adalah laki-laki.