Perkembangan puskesmas bermula dari konsep
Bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah pada tahun 1951,
Bandung Plan merupakan suatu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan
kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y.
Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat
pelatihan tenaga.
Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut),
Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro
(Lampung), DIY dan Kalimantan Selatan.
Pada 12 November 1962 Presiden Soekarno
mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi
Hari Kesehatan Nasional (HKN).
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan, tahun
1967 diadakan seminar konsep Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep Puskesmas
ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk
Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan
istilah ’Basic’.
Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas, Kesling, P3M, PKM,
BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe
Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan
Visi : ”Health For All By
The Year 2000”, di Alma Ata, negara
bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ”Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada pen’tipe’an,
dan dikembangkan piranti manajerial perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu ’
Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas.
Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu
pengembangan dari pos penimbangan dan kurang gizi. Posyandu dengan 5 programnya
yaitu, KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan Imunisasi. Posyandu bukan saja
untuk pelayanan balita tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada
waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan
suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandu saat ini juga menjadi andalah kegiatan
penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, dan Vit A.
Perkembangan puskesmas menampakan hasilnya pada
era Orde Baru, salah satu indikatornya adalah semakin baiknya tingkat
kesehatan. Pada sensus 1971 hanya ada satu dokter untuk melayani 20,9 ribu penduduk.
Sensus 1980, menunjukkan bahwa satu tenaga dokter untuk 11,4 ribu penduduk.
Sumber : buku k 13
sejarah Indonesia xii