PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT, NETRALNEWS.COM - Sejarah perjuangan suku Dayak saat melawan penjajah Belanda adalah sebuah sejarah kelam bagi Belanda, sebaliknya menjadi sejarah kehebatan Nusantara dalam menghancurkan Belanda. Dan keputusan Belanda dalam melawan suku Dayak, merupakan keputusan yang sangat menyakitkan.
Bolehlah ketika itu Belanda begitu bangga ketika berhasil menaklukkan suku-suku dan kerajaan-kerajaan di Nusantara, tetapi begitu sakit dan pilu ketika harus melawan suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Karena tidak ada satu suku pun dari suku-suku Dayak di pedalaman Kalimantan yang berhasil ditaklukkan Belanda.
Dan suku-suku Dayak pedalaman Kalimantan itulah yang sangat gencar melawan Belanda. Itulah kenapa pengaruh Belanda dalam sejarah kontemporer hanya berhasil menduduki daerah perkotaan- perkotaan besar saja.
Daerah pedalaman menjadi tempat yang sangat mengerikan bagi Belanda untuk dimasuki. Selain karena banyaknya hewan- hewan liar dan hutannya yang lebat, Pasukan Hantu adalah pasukan yang dapat menggentarkan nyali Belanda untuk masuk semakin jauh ke Pedalaman.
Pasukan Hantu tersebut adalah pasukan- pasukan yang dibentuk oleh suku Dayak yang berada di pedalaman hutan. Mereka menggempur Belanda dengan berbagai senjata yang disebut juga sebagai senjata siluman.
Suku Dayak pada masa itu adalah suku yang mendiami pedalaman hutan Kalimantan. Dan hutan dijadikan sebagai sarana mereka berperang melawan pasukan Belanda yang mencoba memasuki pedalaman.
Dengan bersembunyi di batang- batang pohon atau celah- celah hutan lainnya pasukan Dayak tidak dapat terbaca gerakannya oleh pasukan Belanda karena gerakan mereka senyap dan hening sehingga sangat sulit untuk terdeteksi. Itulah kenapa pasukan Dayak ini dikenal dengan pasukan hantu.
Pasukan Hantu yang ada pedalaman Kalimantan ini adalah pasukan- pasukan terbaik yang ada di suku Dayak. Dan karena berada di pedalaman hutan, bahan- bahan yang digunakan untuk melawan pun berasal dari alam.
Seperti alat utama yang mereka gunakan untuk berperang yang berupa sebuah sumpit yang digunakan dengan cara ditiup. Sumpit yang ditiup tersebut mengeluarkan peluru yang berbentuk anak sumpit yang telah terlumuri racun yang disebut dengan nama Damek.
Racun yang digunakan pada sumpit tiup adalah racun yang diambil dari getah pohon Iren atau pohon Ipuh. Dan racun ini adalah racun yang sangat ampuh untuk melumpuhkan korban yang terkena. Karena hanya dibutuhkan waktu kurang dari lima menit korban yang terkena anak sumpit pada daerah yang vital akan mengalami kejang- kejang hingga tersungkur dan tewas.
Dan beberapa detik kemudian air seni dan kotoran dari korban akan keluar dari tubuh korban dan nyawanya tidak akan lagi dapat diselamatkan. Namun jika anak sumpit tersebut tidak mengenai daerah vital dari korban, anak sumpit tersebut hanya perlu dikeluarkan dari tubuhnya yang terkena dan menjalani waktu dalam waktu singkat untuk kemudian dapat berperang kembali.
Senjata sumpit yang digunakan oleh Pasukan Hantu dalam rangka mempertahankan bumi Kalimantan dari Kolonial, merupakan senjata yang sangat ditakuti oleh Belanda. Walaupun tentara Belanda sudah menggunakan senjata modern, tetap saja sumpit menjadi senjata yang mengerikan.
Karena sumpit adalah senjata yang lebih mematikan dari pada senjata karena bergerak tanpa suara dan senyap. Berbeda dengan senjata modern yang gunakan oleh Belanda pada saat itu yang selalu mengeluarkan suara seperti pada saat menembakan amunisi.
Selain dari keefektifan sumpit sebagai sebuah senjata dalam berperang ataupun berburu, sumpit bagi masyarkat Dayak adalah sebuah senjata yang sangat berharga nilainya. Karena dalam sebuah senjata sumpit, terdapat empat nilai luhur.
Adalah Perjuangan Dalam Bertahan Hidup atau Survival Struggling , Pemahaman Terhadap Kehidupan atau Understanding for Natural Life , Keterampilan atau Skill, dan Sakral atau Sacred Values. Nilai luhur Perjuangan Dalam Bertahan Hidup atau Survival Struggling adalah sejenis tuntutan untuk bertahan hidup.
Suku Dayak yang merupakan suku yang hidup di dalam pedalaman hutan yang dipenuhi oleh binatang liar seakan menekan kehidupan suku Dayak untuk dapat bertahan hidup. Untuk itulah mereka menciptakan sebuah senjata yang dapat melumpuhkan binatang liar dalam sekejap. Konon, sebuah anak sumpit dapat melesat sejauh 200 meter ketika ditiup. Untuk itulah sumpit menjadi senjata yang ampuh untuk berburu.
Keterampilan atau Skill yang ada menjadi salah satu nilai luhur dalam sumpit adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sumpit. Seperti misalnya kemampuan dalam olah nafas karena olah nafas adalah kemampuan utama dalam penggunaan sumpit. Semakin sering latihan dalam mengolah nafas, semakin jauh pula anak sumpit dapat melesat menuju target sasaran.
Namun tidak hanya keterampilan dalam olah nafas, keterampilan dalam pembuatan sumpit juga adalah sesuatu yang sangat penting. Karena diperlukan keterampilan khusus dalam membuat sumpit agar lubang yang dibuat lurus dan tidak miring kesamping. Semakin sering berlatih dalam melatih olah nafas dan membuat sumpit, semakin ahli pula seseorang dalam penggunaan sumpit.
Nilai sakral atau Sacred Values dalam senjata sumpit karena sumpit adalah benda yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat suku Dayak. Karena itulah sumpit memiliki nilai sakral tersendiri. Dari yang awalnya merupakan alat untuk berburu dan berperang, lambat laun sumpit menjadi benda sakral yang sering digunakan dalam upacara adat suku Dayak.
Pasukan Hantu adalah sosok manusia yang bersahabat dengan alam karena menggantungkan hidupnya dengan alam. Tapi tidak hanya mereka yang menggantungkan hidupnya kepada alam, karena alam juga terjaga kelangsungan hidupnya oleh mereka.
Pasukan Hantu membuktikan bahwa alam menyediakan segala yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Baik dalam hal kebutuhan pokok sampai dengan kebutuhan militer. Dan dari Pasukan Hantu kita dapat membuktikan bahwa alam adalah ibu yang harus kita jaga dan hormati keberadaannya. Karena dari alam lah manusia dilahirkan dan dapat tumbuh berkembang sampai dengan usia dewasa dan akhir usia.
(Disarikan dari Saya Nusantara.Blogspot)