Press Release
Haul Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya
(Syekh Kramat Jati/Raden Tumenggung
Sumodiningrat/Senopati Agung Ing Mataram/
Singo Barong)
SEJARAH Perjuangan Bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari unsur ruhaniyah (agama) dan jasmaniyah (sarana fisik pendukung). Dan kemerdekaan bangsa Indonesia, tidak didapatkan begitu saja, tapi butuh perjuangan dan pengorbanan jiwa raga para pahlawan. Sebagaimana perjuangan Pangeran Diponegoro, Jendral Soedirman, dr Kariadi dalam pertempuran 5 hari, dan masih banyak lagi. Bahkan di Kota Semarang sendiri banyak tokoh pejuang yang juga seorang ulama, seperti Kiai Bustaman, Kiai Terboyo dan Ki Ageng Pandanaran.
Namun di Kota Semarang sendiri, saat ini memiliki tokoh besar bagai mutiara terpendam. Adalah Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya. Beliau adalah seorang ulama dan pejuang yang dikenal garang saat bertempur melawan penjajah, hingga mendapat julukan Singo Barong. Beliau adalah Habib Hasan bin Thoha bin Yahya yang mendapatkan gelar sebagai Raden Tumenggung Sumodiningrat, Pati Lebet Kerajaan Mataram atau kerap disebut Syekh Kramat Jati.
Habib Hasan dilahirkan dari pasangan Habib Thoha bin Muhammad al-Qadhi (Pangeran Terboyo) bin Yahya dengan Syarifah Fathimah binti Husain bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Alydrus tahun 1736 Masehi. Sedangkan wafat tahun 1818 Masehi dimakamkan di Jalan Duku, Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang (belakang Java Mall).
Habib Hasan memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga keraton Jogjakarta, karena beliau adalah menantu Sultan Hamengku Buwono II atau ipar dari Sultan Hamengku Buwono III (ayahnya Pangeran Diponegoro). Dari hubungan kekerabatan, Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiningrat atau Habib Hasan adalah paman Pangeran Diponegoro.
Beliau mendapat pendidikan langsung dari kedua orang tuanya sampai hafal Alquran sebelum usia tujuh tahun. Kecerdasan dan kejernihan hati yang dimiliki, menjadikannya sebelum menginjak dewasa, telah banyak hafal kitab-kitab hadist, fiqh dan lain sebagainya.
Ulama kharismatik dari Pekalongan, Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, menyatakan bahwa Habib Hasan juga mendapatkan gelar Syaikhul Islam di Tanah Jawa, mendapatkan jabatan Senopati Agung Ing Mataram dan menjadi Pati Lebet yang mengurus semua hal di Keraton.
Sejarah perjuangan Habib Hasan bin Thoha bin Yahya dalam melawan penjajah perlu diteladani. Di antara perjuangan beliau adalah mengalahkan penjajah saat pertempuran di Pekalongan tahun 1206 H/1785 M.
Habib Luthfi juga mengungkapkan bahwa dalam strategi tempur, sangat banyak jasanya. Habib Hasan mampu membombardir dengan apa yang dilakukan Daendels dan Raffles (penjajahan Belanda/Perancis dan Inggris, red) sampai ke barat berbatasan Jawa Tengah, sehingga beliau mendapatkan gelar Singo Barong. Bagi penduduk pribumi, sangat menyukai bertempur melawan penjajah bersama Habib Hasan.
Meski beliau garang dalam membobardir penjajah, namun beliau sangat disukai anak-anak kecil baik dari berbagai kalangan, baik kalangan yang mampu maupun yang tidak mampu. Setiap kali anak-anak melihat beliau, merasa seperti ayahnya. Namun sejarah ini (Habib Hasan, red) belum terkumpul secara baik.
“Saya selaku ahli waris ingin mengangkat sejarah Semarang, ingin mengangkat wisata religius. Untuk menguak kembali mutiara yang sebagian besar sudah banyak kita lupakan. Para pendiri bangsa ini bekal untuk kehidupan secara nasional. Sangat layak Habib Hasan diangkat,” kata Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.
Menurut Habib Luthfi, dengan di Semarang sudah ada Kiai Bustaman, Kiai Terboyo dan Ki Ageng Pandanaran. Maka dengan adanya wisata religi ini, bisa menjadi penyambung lidah pemerintah dan masyarakat. “Ini membackingi ideologi Pancasila dengan kekuatan agama,” tandasnya.
Habib Luthfi prihatin, saat ini terjadi kemerosotan moral dan budaya di Indonesia dan khususnya Jateng. Karena itu untuk membangun jati diri bangsa, perlu meniru seperti hajar aswad (batu hitam di Makkah) yang tak bisa dipengaruhi. Atau seperti air laut, meskipun dialiri air tawar dari berbagai arah aliran sungai, tak terpengaruh dan masih tetap asin.
Atas dasar itulah, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi bertekad mewujudkan wisata religi di makam Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya atau yang dikenal dengan sebutan Syekh Kramat Jati atau Singo Barong ini, di Jalan Duku Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang (belakang Java Mall).
“Sejarah beliau (Habib Hasan, red), telah mewarnai kehidupan bangsa. Ini akan membuat kami semangat. Ini menjadi bagian nguri-nguri sejarah bangsa. Dan akan kami agendakan sebagai wisata religius,” kata Wali Kota Hendi-sapaan akrab Hendrar Prihadi dalam rapat panitia haul Habib Hasan Bin Thoha Bin Yahya, di ruang pertemuan Wali Kota Semarang, Senin (19/2/2018).
Dalam mengawali program wisata religi di Makam Habib Hasan ini, Wali Kota Semarang sendiri yang menjadi Ketua Panitia Steering Committee (SC) Haul Habib Hasan Bin Thoha Bin Muhammad Bin Yahya di Jalan Duku Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang (belakang Java Mall). Kemudian ditunjuk Ketua I, Komandan Kodim 0733/BS Semarang; Ketua II, Kapolrestabes Kota Semarang; Ketua III, Kepala Kemenag Kota Semarang; dan Sekretaris Umum, Letkol Reza Anom.
Sedangkan untuk Ketua Panitia Organizing Committee (OC), Wali Kota Hendi menunjuk Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Ir Iswar Aminuddin MT. Kepanitiaan haul kali ini, merupakan perpaduan antara pemerintah, TNI-Polri dan masyarakat.
Haul Habib Hasan Bin Thoha ini bertujuan untuk melestarikan tradisi warisan para leluhur, tertanamnya nilai-nilai moral kepahlawanan, terciptanya stabilitas bangsa dan keharmonisan, serta turut berperan aktif dalam menumbuhkan kecintaan negara Indonesia dan budaya.
Hal ini mengusung tema “Dengan Haul Habib Hasan bin Thoha, Berdzikir dan Bersalawat Kita Ciptakan Kedamaian untuk Menjaga Kesatuan dan Persatuan NKRI.” Kegiatan ini, akan dimeriahkan dengan Kirab Merah Putih dari Makam Habib Hasan, Jalan Duku Kelurahan Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan, dengan rute Jalan Tentara Pelajar, Jalan MT Haryono, Jalan A Yani dan finish Simpanglima. Rencananya kirab Merah Putih akan diikuti pelajar di Kota Semarang, Anggota Paskibraka, Satpol PP, dan drumband. Akan ada serah terima bendera Merah Putih dari ulama kepada umaro, dalam hal ini Wali Kota Semarang. “Kirab merah putih ini, kita mengajak memperingati untuk pejuang. Kirab merah putih ini untuk membangkitkan rasa memiliki merah itu,” tandas Habib Luthfi. Terkait serah terima bendera merah putih dari ulama kepada umaro, menunjukkan ada tanggung jawab ulama terhadap umaro. “Ulama bertanggung jawab terhadap umaro,” imbuh Habib Luthfi.
Karena banyak orang mulai lupa dengan lagu kebangsaan dan teks Pancasila, dalam haul kali ini, akan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesian Raya dan pembacaan teks Pancasila. “Banyak yang tak hapal lagu kebangsaan Indonesian Raya dan pembacaan teks Pancasila, padahal itu ikrar. Lagu hanya sebagai seremonial belaka kurang dipahami. Padahal di dalam lagu tersebut, kaya akan budi pekerti yang tak dipahami anak-anak,” tambah Habib Luthfi.
Home » Sejarah Indonesia
» Syekh Kramat Jati/Raden Tumenggung
Sumodiningrat/Senopati Agung Ing Mataram/
Singo Barong