Glosarium seni budaya H-M


Hieroglif
Sebelum ada bahasa tertulis, orang menggunakan gambar untuk berkomunikasi. Begitulah orang Mesir kuno mencatat ide-ide. Foto-foto mereka itulah yang disebut; hieroglif.
Imajinasi
Dari istilah Inggris Imagination. Kemampuan menciptakan citra dalam angan-angan atau pikiran tentang sesuatu yang tidak diserap oleh pancaindera atau yang belum pernah dialami dalam kenyataan.
Instrumental
Sifat suatu musik dalam hubungan dengan penyelenggaraannya. Dalam hal ini sepenuhnya dengan alatalat musik. Sebagai lawannya adalah music vocal, yaitu music yang diperdengarkan dengan suara manusia.
Kaba
(Dari kata Arab khabar= berita). Dalam kesusastraan Minangkabau kaba berarti prosa berirama yangmdapat didendangkan. Kalimat-kalimatnya terdiri atas kesatuan-kesatuan kata yang semuanya bersuku tujuh sampai sepuluh. Kaba biasanya dinyatakan dengan irama atau didendangkan, sering diiringi saluang, rebab atau kecapi. Biasanya tukang kaba membacakan atau mendendangkan kaba itu pada waktu perayaan kawin, menaiki rumah, sunatan, dsb. Beberapa kaba yang lazim dibacakan ialah: Kaba Cindua Mato, Kaba Nan Tongga Mageg Jabang, Kaba Rambun Jalua.
Kabuki
Salah satu bentuk teater tradisional \Jepang adalah Kabuki.Sebagaimana teater tradisional China, tata- rias dan tata busana Kabuki juga sangat rumit. Bentuk tontonannya campuran dari musik, tarian, dan nyanyian. Kabuki berasal dari tiga suku kata, Ka (menyanyi), bu (menari), dan ki (ketrampilan). Kabuki sering diartikan sebagai seni menyanyi dan menari. Kabuki sebagai teater tradisional telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh masyarakat pendukungnya. Dalam sejarahnya, Kabuki tidak banyak mengalami perubahan. Berbeda dengan teater Barat, di mana pelaku dan penonton dibatasi oleh lengkung proskenium; - dalam tontonan Kabuki pelaku dan penonton tidak berjarak. Panggung Kabuki menjorok ke arah penonton.
Karakter
Perwatakan atau tokoh dalam lakon drama yang memiliki dimensi Phisiologi, Sosiologi dan psikologi.
Kemidi Rudat
Salah satu teater tradisional yang terdapat di Nusa Tenggara Barat adalah Kemidi Rudat. Tontonan Kemidi Rudat hampir sama dengan tontonan di daerah-daerah lain. Bentuk tontonan Kemidi Rudat, pengajiannya dalam bentuk drama, yang dikombinasi dengan tarian dan nyanyian. Dialog yang dibawakannya pun seringkali dilakukan dalam nyanyian melalui syair-syair yang berupa pantun. Ada yang mengatakan Rudat berasal dari kata Rodat, yang artinya baris-berbaris. Dari tontonan teater tradisional Kemidi Rudat, tampak pengaruh Bangsawan, yang berlatar-belakang kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu. Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan. Bahkan lakon-lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
Ketoprak
Teater Tradisional yang paling populeh di Jawa Tengah adalah Ketoprak. Pada mulanya Ketoprak hanyalah permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung di bulan Purnama, yang disebut gejogan. Pada perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap. Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan dimasukkannya musik gendang, , terbang, suling, nyanyian dan lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang kita kenal sekarang, yang pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909.
Komedi
Drama yang mengejek atau menyindir orang-orang yang berkuasa, tentang kesombongan dan kebodohan mereka.
Kondobuleng
kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal dari kata kondo (bangau) dan buleng (putih). Kondobuleng berarti bangau putih. Tontonan Kondobuleng ni mempunyai makna simbolis. Sebagaimana teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah tidak adanya batas antara karakter dengan property yang berlangsung pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.
Kritik
Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krinien yang berarti mengamati, membandingi, dan menimbang. Selanjutnya bahasa Inggris menyebut criticism, dalam bahasa Prancis critique. Kritik adalah karangan yang bersifat memberikan pertimbangan secara jujur atau objektif terhadap hasil karangan orang lain. Kritik juga harus mengkaji dan mengevaluasi dari berbagai segi dan penuh pertimbangan. Kritik tidak hanya mencari kesalahan; kritik yang sehat menyebutkan sifat-sifat yang baik maupun yang buruk, mempertimbangkan baik buruknya, kemudian memberikan penilaian yang mantap.
Legenda
Adalah dongeng tentang asal mula suatu gejala alam atau bentuk keindahan alam. Lihat dongeng.
Lelucon
Karangan singkat yang khusus menceritakan sesuatu yang lucu agar orang tertawa (terhibur).
Lenong
Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua bentuk Lenong; Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan Lenong Denes (yang lakonnya tentang raja-raja dan pangeran), sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya. Pertunjukan lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat jelata), seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya, dimainkan semalam suntuk.
Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan. Bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki, lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung, oleh SM. Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu pertunjukannya diperpendek menjadi satu atau duasetengah jam saja. Teater tradisional Betawi yang lain; Topeng Betawi, Topeng Blantek dan Jipeng (Jinong).
Lenong menggunakan musik Gambang Kromong.
Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng Akar
Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang
Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.
Longser
Salah satu teater tradisional di Jawa Barat disebut Longser. Ada yang berpendapat, bahwa kata Longser berasal dari kata Melong (melihat) dan seredet (tergugah). Diartikan bahwa siapa yang melihat (menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah. Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang lain, tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan menghibur.
Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.
Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional Jawa Timur yang bersifat kerakyatan. Asal-muasalnya dari Jombang. Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah-daerah di sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa Tengah. Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki-laki. Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan di dalam Ludruk pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, yang membuat Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang.
Begini bunyi parikan itu:
“Pagupon omahe doro melok Nipon tambah soro”.
Yang artinya, kira-kira begini: (Pagupon rumahnya burung dara ikut Nipon (Jepang) tambah sengsara).
Mamanda
Teater Tradisional Mamanda berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan Bangsawan Malaka ke Banjarmasin, yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek.  Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan ini mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan berkembang lagi menjadi Bamanda atau mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata “mama” berarti paman atau pakcik dan “nda” berarti “yang terhormat”. Mamanda berarti “Paman yang terhormat”. Struktur dan perwatakan pada tontonan Mamanda sampai sekarang tidak berubah. Yang berubah hanyalah tata busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.
Makyong
Teater tradisional makyong berasal dari pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian dimainkan ceritacerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana-istana. Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan.
Tidak seperti tontonan teater tradisional yang lain, dimana umumnya dimainkan oleh laki-laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki-laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain wanita tidak memakai topeng.
Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Marcelino Acana JR Penulis lakon “Mentang-mentang dari New York”. Berasal dari Filipina.
Moliere
Sebagaimana Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang dan mementaskan karya-karyanya sendiri, sekaligus menjadi pemeran utamanya. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya: Si Bakhil, Dokter Gadungan, Akal Bulus Scapin, dll.