seandainya Al-Qur'an tidak ditafsirkan oleh ulama-ulama Ahlussunnah wal Jama'ah

Al-Qur'an merupakan salah satu sumber hukum Islam yang empat (Al-Qur'an, Hadits, Ijma, dan Qiyas) yang berisi tentang berbagai bidang keilmuan. Olehkarena itu, seandainya Al-Qur'an tidak ditafsirkan oleh ulama-ulama Ahlussunnah wal Jama'ah (bukan Ahlussunnah wal Jama'ah abal-abal) sesuai dengan skill atau keahliannya masing-masing di bidang keilmuan, maka ummat Islam akan selalu tetap (konstan) berada dalam kebodohan, sehingga mereka tidak akan pernah mengenal kitab-kitab karya ulama (bid'ah wajib) yang berisi tentang ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu tasawuf, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu (arabic grammer), ilmu sharaf (etimology), ilmu mantiq (logics), ilmu sastera Arab, ilmu falak (astronomi) dsb, juga sains dan teknologi.
Don't ever forget! Tafsir Al-Qur'an itu beragam pendekatan (approach)-nya dalam mengungkap "problem solving" yang dihadapi oleh kehidupan manusia di alam semesta ini. Olehkarena itu, kita harus berterima kasih kepada mereka yang telah melahirkan tafsir-tafsir Al-Qur'an lewat karya-karya mereka. Rasulullah SAW bersabda:
أشكر الناس لله أشكرهم للناس
(Asykurunnaasi lillaahi asykuruhum linnaasi)
Artinya:
"Orang yang paling bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling bersyukur kepada orang lain (karena jasanya dll)".
{Hadits Shohih riwayai Imam Ibnu Mas'ud di dalam kitab "As-Sunan al-Kubra", karya Imam Al-Baihaqi, 8/182, cetakan "Darul Fikr", Beirut, Lebanon}.
And it's the most important. Jangan pernah menafikan dan memandang rendah ulama-ulama ahli tafsir (mufassirin)! Karena, itu sangat berbahaya bagi aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah dan ancamannya akan "su'ul khatimah" jika tidak bertaubat sebelum ajal tiba.

KH. Thobary