Bismillahi Rahman Arrahim al
Hamdulillahi Rabil Alamin washalatu wasalamu ala asyrafil anbiyai wal
Mursalin waala alihi washahbihi. Ama’ Ba’du.
Wajib bagi para mukmin akan menjaga hakikat
dan memperkuat akidah salafus salihin dari segala yang merusak akidah
dan prasangka terhadap para salihin, tokoh-tokoh Ahlu Sunah wal Jamah
atau para A’imah, imam-imam. Sebab sering timbul
prasangka-prasangka yang kurang baik terhadap para a’immatu shalihin,
para imam-imam yang sholih. Akhirnya kita akan mengukur kealiman,
kealamahan para ulam al Mutaqadimin, ulama-ulama terdahulu. Seperti para
tokoh-tokoh tasawuf, tokoh fuqaha, tokoh-tokoh ahli tauhid, dan
tokoh-tokoh ahli hadis. Tokoh-tokoh Tauhid seperti Imam Abu Hasan al Asy’ari dan Imam Abu Mansur al Mathuridi.
Jika sudah timbul prasangka-prasangka yang kurang baik, mana mungkin
kita bisa menjaga tauhid, menjaga keimanan kita. Padahal ilmu-ilmu kita,
kita bisa beriman pada Allah dan RasulNya, kita terima melalui mereka.
Ilmu-ilmu beliau seperti lautan tiada bertepian. Dalam segala ilmu, pan-pan,
cabang-cabang, dalam ilmu agama beliau-beliau sangat menguasai.
Terutama ilmu hadIts, ilmu Tafsir, ilmu Sanad dalam ilmu Silsilahnya,
ilmu Khilaf, ilmu Fiqh, Balaghoh, Mantiq, Bayan Maani-nya. Beliau-beliau
itu sangat mumpuni sekali. Sehingga tahu persis ayat dengan ayat yang
terkait, hadits dengan hadits yag terkait dan lain sebagainya. Mereka
paham dimana harus berijtihad demi kepentingan umat. Mengambil salah
satu ayat yang berdekatan dengan peramasalahan, andaikata didalam suatu
permasalahan itu sendiri tidak terdapat dalam keterangan hadits atau
ayat yang tegas. Atau mengambil salah satu hadits yang bentuknya mujmal,
tidak merupakan tafsil; perincian-perincian didalam permasalahan. Maka
itulah, beliau-beliau sangat hati-hati sekali didalam menentukan, atau
memutuskan suatu permasalahan. Menghindarkan dari kepentingan ra’yu atau
pendapat akal, dan pendapat nafsu seperti pendapat manusia pada
umumnya. Beliau lebih jauh berpikir: bagaimana cara menghindarkan
hal-hal tersebut. Maka kearifan, kealimannya dan lain sebagainya, dan
ahwaliyahnya-akwaliyahnya tidak diragukan lagi. Allah Taala telah
memberikan satu bukti-bukti yang cukup kuat untuk kita semua. Sepeti
karangan-karangan beliau sampai sekarang. Satu contoh saja, Safinah al
Naja, Sulam al Munajat, Sulam taufiq, Bajuri dan lain-lainnya. Semua
atau seluruh kalangan pondok pesantren sampai Mesir-pun mengakui: tidak
pernah meninggalkan kitab-kitab yang pernah dikarang oleh
beliau-beliau.
Contoh yang kami tuliskan tadi, apa yang diterapkan dalam
akidah-akidah kalangan ahli tasawuf. Terutama yang di pegang; ijtihadnya
Imamuna al Ghazali dalam menerangkan dunia tasawuf. Lain daripada
Imam Gazali masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya. Tapi paling ringan
diantara kalangan ahli tasawuf adalah kitabnya Imam Ghazali. Beliau
mempunyai suatu prinsip; bagaimana membuat dasar-dasar untuk kalangan
ahli tasawuf.
Maka kalau sudah terjadi prasangka terhadap beliau-beliau: prasangka buruk atau mengukur tentang kealamahan beliau. Justru kita tidak akan berhasil apa-apa, malah kita sendiri yang akan rugi. Karena apa? Beliau-beliau sudah jauh langkahnya sedangkan kita baru hitungan satu langkah dua langkah, mengukur orang yang langkahnya sudah ribuan kilo meter.
https://bedjobanged.wordpress.com/2009/05/04/husnudzon-berbaik-sangka-terhadap-para-imam-sebagai-pijakan-psikologis-ahlu-sunnah/
Maka kalau sudah terjadi prasangka terhadap beliau-beliau: prasangka buruk atau mengukur tentang kealamahan beliau. Justru kita tidak akan berhasil apa-apa, malah kita sendiri yang akan rugi. Karena apa? Beliau-beliau sudah jauh langkahnya sedangkan kita baru hitungan satu langkah dua langkah, mengukur orang yang langkahnya sudah ribuan kilo meter.
https://bedjobanged.wordpress.com/2009/05/04/husnudzon-berbaik-sangka-terhadap-para-imam-sebagai-pijakan-psikologis-ahlu-sunnah/