Kolonialisme adalah penguasaan
oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas
negara itu.
Imperialisme adalah sistem
politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapat kekuasaan dan
keuntungan yang lebih besar.
Kolonialisme dan imperialisme ditumbuhkembangkan
bangsa-bangsa Eropa di seluruh dunia, termasuk di Nusantara. Sejak terjadinya
Perang Salib dan jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki Usmani (Turki Ottoman)
pada tahun 1453 yang mengakibatkan ditutupnya jalur perdagangan Asia - Eropa
lewat laut tengah, bangsa Eropa setelah mencapai kemajuan dibidang teknologi
terutama teknologi pelayaran, mulai mencari dan membuka jalur perdagangan baru.
Negara-negara Eropa yang memiliki andil dalam membentuk dan mengembangkan
kolonialisme dan imperialisme di Indonesia adalah Portugis, Belanda, Prancis
dan Inggris.
Adapun tujuan kedatangan
bangsa-bangsa Barat/Eropa ke dunia timur membawa tujuan khusus yang dikenal
dengan 3G yaitu:
1 Gold, bertujuan mencari sebanyak-banyaknya logam mulia berupa
emas, perak, dan batu permata seperti intan dan berlian, juga termasuk disini
adalah hasil bumi atau rampah-rempah.
2 Gospel, membawa tujuan suci yaitu untuk menyebarkan agama yang
dianutnya yakni Kristen Katolik dan Kristen protestan.
3 Glory, bertujuan mendapatkan kekayaan negeri asalnya dengan
memperluas wilayah kekuasaannya di negeri yang baru ditemukan dan dikuasainya.
Penyebab atau faktor politik
pendorong bangsa-bangsa Eropa mencari daerah rempah-rempah di Indonesia, yakni
sejak abad XV, perdagangan rempah-rempah di Eropa mengalami perkembangan pesat.
Rempah-rempah laku keras di pasaran Eropa walaupun dengan harga yang tinggi.
Hal inilah yang mendorong bangsa Eropa datang ke Nusantara mencari daerah
penghasil rempah-rempah.
Bangsa Eropa yang pertama masuk
dan menjajah Indonesia yaitu bangsa Portugis. Raja Portugis mengutus Diego
Lopes de Sequiera untuk ekspedisi ke Malaka. Pada tahun 1509, Sequiera tiba di
Malaka. Pada mulanya disambut dengan senang hati oleh Sultan Mahmud Syah,
tetapi kemudian Sultan Mahmud Syah berbalik melawan Sequiera.
Pada tahun 1511, Alfonso
d’Albuquerque (seorang tokoh penjelajah samudera Portugis), melakukan pelayaran
dari Goa (India) menuju Malaka. Sesampainya di Malaka terjadilah peperangan
dengan Sultan Mahmud, hingga pada akhirnya Malaka dapat ditaklukkan dan
dikuasai oleh Portugis. Setelah menetap di Malaka, Albuquerque memerintahkan
untuk segera mencari kepulauan rampah-rempah. Misi pencarian rempah-rempah
tersebut dipimpin Francisco Serrao. Sementara itu, Albuquerque kembali ke India
dengan sebuah kapal yang besar. Akan tetapi di laut lepas Pantai Sumatra kapal
tersebut karam beserta barang rampasan dari Malaka.
Pada tahun 1512, Francisco Serrao
berhasil mencapai Pulau Hitu (sebelah Utara Ambon), dalam usahanya untuk
mencari kepulauan rempah-rempah.
Pada tahun 1522, Portugis
mengadakan persekutuan dengan Ternate dan membagun benteng disana. Hubungan
mereka mulai tegang ketika misionaris Portugis melakukan kristenisasi terhadap
penduduk Ternate yang beragama Islam dan juga prilaku orang-orang Portugis yang
tidak sopan. Perlawanan rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun mengepung
benteng Portugis yakni Benteng Santo Paulo, tapi sayang Sultan Hairun gagal karena
kena tipu muslihat Portugis dan meninggal pada tahun 1570. Akhirnya di bawah
pimpinan Sultan Baabullah pada tahun 1575 orang-orang Portugis diusir dari
Ternate setelah terjadi pengepungan yang berlangsung selama lima tahun.
http://azanulahyan.blogspot.com/2013/11/kolonialisme-dan-imperialisme-barat-di.html