Apa yang dimaksud dengan Alokasi Aset?
Marketplus.co.id – Seiring berkembangnya jaman, produk investasi juga ikut berkembang. Saat ini, di pasar terdapat banyak instrumen investasi baik baru maupun yang sudah lama kita kenal, sebagai contoh ada saham, obligasi, reksadana, mata uang asing, emas hingga
cryptocurrency. Dengan banyaknya pilihan instrumen investasi, tidak sedikit investor yang bingung, bahkan investor berpengalaman mengalami kesulitan memilih instrumen investasi yang sesuai untuk mereka. Namun, jika dilihat dari sisi positif, dengan banyaknya pilihan produk investasi membuka kesempatan bagi investor untuk menggabungkan beberapa produk dalam satu portfolio. Penggabungan ini umumnya disebut alokasi aset.
Alokasi aset adalah strategi investasi portfolio yang bertujuan untuk mengoptimalkan imbal hasil investasi dengan mempertimbangkan risiko, dengan membagi aset ke beberapa instrumen dengan tingkat risiko dan imbal hasil yang bervariasi. Ada pepatah yang sering kita dengar, “Do not put all your eggs in one basket”. Pepatah tersebut tidak menyarankan Anda membawa telur Anda dalam satu keranjang, karena jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dengan keranjang tersebut, Anda akan kehilangan semua telur Anda. Sebaliknya, jika Anda membagi telur menjadi beberapa keranjang, maka jika terjadi sesuatu yang buruk pada salah satu keranjang, Anda masih memiliki beberapa keranjang lainnya dengan telur yang utuh.
Alokasi aset mengadopsi pendekatan diversifikasi pada portfolio investasi. Diversifikasi instrumen yang tepat akan mengoptimalkan kinerja portfolio Anda, dan mengendalikan risiko pada saat yang sama.
Dalam memitigasi risiko likuiditas, jenis investasi dapat dibagi menjadi likuid dan non-likuid. Jenis investasi likuid umumnya adalah produk yang dipasarkan melalui bank dan institusi keuangan, seperti deposito, obligasi dan reksa dana. Sementara jenis investasi non-likuid seperti properti dan emas. Tentunya sebelum menentukan jenis instrumen ini, terlebih dahulu sebaiknya menentukan kebutuhan keuangan dalam jangka pendek, menengah dan panjang, diikuti dengan mengidentifikasi profil risiko investasi Anda sebagai investor. Sebagai contoh, properti memberikan imbal hasil yang cukup baik sebelum tahun 2013 ketika harga properti mencapai puncaknya namun setelah pemerintah mengatur kebijakan LTV dan menaikkan suku bunga, harga properti pun bergerak turun setelah tahun 2013. Saat terjadi kenaikan suku bunga, maka instrumen deposito lebih diuntungkan, sementara kelas aset obligasi mengalami penurunan. Jika saat itu terjadi kebutuhan keuangan secara mendadak, maka bagi investor properti belum tentu dapat menjual aset tersebut secara cepat tanpa mengalami kerugian.
Tips lainnya dalam melakukan alokasi aset, antara jenis instrumen yang dipilih dapat memiliki korelasi kinerja yang berlawanan, sehingga saat satu instrumen memiliki kinerja negatif, instrumen lainnya akan memiliki kinerja yang lebih positif. Dengan demikian, penurunan kinerja portfolio tidak akan terlalu dalam.
Perubahan iklim politik, arah kebijakan ekonomi, dan ekspektasi pertumbuhan dapat berpengaruh langsung pada return
investasi Anda. Kenyataan bahwa sangat sulit untuk memprediksi kinerja pasar secara akurat, membuat strategi alokasi aset cukup bijaksana untuk diterapkan. Selain itu, penting bagi investor untuk memiliki horison investasi jangka panjang, karena dengan berinvestasi dalam jangka panjang, risiko jangka pendek akan lebih dapat dimitigasi.