Melakukan kritik tari tidak selamanya dimaknai untuk menilai



Pengertian Kritik Tari
Melakukan kritik tari tidak selamanya dimaknai untuk menilai kelebihan dan kelemahan suatu karya tari. Akan tetapi lebih dari itu, kegiatan kritik tari dapat menjadi wahana media pendidikan antara seniman atau koregrafer dengan penikmat karya seni atau penonton. Selain itu, kritik tari sering dilakukan pula oleh pelaku seni lainnya sebagai pemerhati perkembangan seni tari (budayawan tari, akademisi tari, atau seorang jurnalis tari). Dengan demikian, kegiatan kritik tari tidak hanya dibatasi dalam menilai atau suatu report tentang peristiwa berkesenian, tetapi dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan yang turut serta memperhatikan laju mundurnya sebuah perkembangan karya tari.
istilah kritik itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata ‘krites’ (kata benda) yang bersumber dari kata ‘Kriterion’ yaitu kriteria, sehingga kata itu diartikan sebagai kriteria atau dasar penilaian. Dengan demikian, kita memberikan kritik itu harus memiliki dasar kriteria sebagai acuan. Pengertian lainnya yang dapat dijadikan acuan, bahwa secara etimologis, kritik berasal berasal dari kata Yunani ‘Krineiyang artinya memisahkan, merinci. Dalam kenyataan yang dihadapinya, orang membuat pemisahan, perincian, antara nilai dan bukan nilai, arti, dan yang bukan arti, baik dan jelek (Kwant, 1975:12).
Dari kedua pendapat di atas, dapat dimaknai secara sederhana beberapa esensi dari penjelasannya bahwa kegiatan kritik adalah suatu aktivitas menilai dan merinci. Kedua kata kunci ini dapat memberikan sedikit gambaran umum tentang pengertian kritik tari itu sendiri. Pada umumnya, kritik tari selalu dimaknai sebagai suatu proses menilai atau aktivitas melaporkan ulang pada publik tentang terjadinya suatu peristiwa pertunjukan tari. Dengan begitu, orang yang tidak berada pada saat pertunjukan berlangsung dapat mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang peristiwa seni tari yang telah dipertunjukan pada saat itu. Ulasan ini pun mampu memberikan manfaat bagi seniman pelaku untuk dijadikan sebagai bagian evaluasi dan koreksi untuk kemudian lebih ditingkatkan kembali mutu karya seni yang dibuatnya kedepan. Apabila digambarkan secara sederhana proses terjadinya suatu aktivitas kritik tari, sebagai berikut.

Fungsi Kritik Tari
Perlu ditegaskan kembali bahwa kegiatan kritik tari tidak diartikan sebagai aktivitas menilai kelemahan dan kelebihan dari sebuah peristiwa karya tari yang telah dipentaskan. Akan tetapi, perlu dimaknai positif sebagai sarana penyampaian informasi yang mampu memberikan manfaat besar bagi berbagai pihak baik seniman sebagai pelaku seni utamanya maupun penonton sebagai penikmat karya seni tersebut. Kedua pihak ini akan terjadi timbal balik positif pula terhadap kelangsungan hidupnya. Timbal balik yang diharapkan adalah positif, yakni sebagai peningkatan atau perbaikan pola hidupnya. Melalui karya seni yang dipentaskan, diharapkan seniman mampu mendapatkan masukan berharga demi kemajuan profesinya dalam berkarya tari. Sebaliknya masukan bagi penonton, dapat mengambil nilai dan pesan positif bagi perbaikan pola hidupnya setelah melalui proses perenungan diri pada saat dan setelah menyaksikan karya seni tari yang dipersembahkan seniman atau koreografer.
Apabila memperhatikan bagan di atas, proses timbal balik atau interaksi dalam karya seni dapat digambarkan seperti bagan tersebut. Karya seni itu dapat diibaratkan sebagai pesan moral, pesan etika, pesan sosial, pesan kehidupan, dan lain sejenisnya. Sementara di posisi awal, koreografer adalah si pembuat pesan tersebut. Adapun pesan yang dibuatnya, karena terinspirasi oleh suatu keadaan emosional sebagai refleksi dari kemampuan sensibilitasnya terhadap menanggapi keadaan sekelilingnya. Di posisi lain terdapat penonton, penikmat seni, pemerhati seni, atau kritikus seni tari yang turut serta membaca, menyimak, merasakan dan merenungkan nilai pesan yang disampaikan seniman melalui karyanya. Proses interaksi ini yang mampu memicu terjadinya sebuah kegiatan kritik tari. Secara rinci kegiatan kritik tari memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut.
1. Media informasi bagi publik.
2. Media evaluasi diri bagi seniman dan penonton.
3. Media peningkatan kualitas produk karya tari.
4. Media komunikasi antara seniman, kritikus dan pembaca.

Tujuan Kritik Tari
Siapapun seniman atau koregrafernya, dalam proses berkarya tari pasti akan mengharapkan adanya tanggapan atau respon dari penikmatnya. Semakin karya itu dikenal oleh banyak orang, akan semakin terkenal juga sang penciptanya dalam dunia seni. Semakin banyak dipublikasikan karyanya pada penikmatnya, akan semakin sering pula seniman tersebut mendapat kritikan dan penilaian. Akan tetapi, semakin terbiasa dengan kritikan yang diberikan, akan semakin meningkat juga kualitas karya yang diciptakannya. Siklus ini menjadi keharusan yang terjadi dalam dunia seni pertunjukan, karena kritikan dan penilaian dari publik sudah dipastikan tidak dapat dihindarkan.
Ketika seniman sudah terbiasa dan mampu bertahan dengan berbagai kritikan dari publik, dirinya akan semakin mampu membuktikan kualitas terbaiknya. Oleh karena dari kritikan-kritikan tersebut kreator menjadi lebih tahu akan kelemahan atau kelebihan dari karya yang dibuatnya. Intinya, seorang kreator seni yang diprediksi akan berhasil adalah seorang seniman yang sudah mempersiapkan dirinya dengan kuat ketika karya yang dipresentasikannya dikritik oleh publik dengan berbagai makna bahasa kritikan. Karena dalam hal ini, kritik tari memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan laporan ulasan peristiwa pertunjukan.
2. Memberikan penilaian dan tanggapan terhadap karya yang dipentaskan.
3. Memberikan bahan evaluasi dan masukan posistif terhadap karya seniman tari.
4. Dasar evaluasi guna meningkatkan kualitas karyanya.
5. Memberikan informasi tentang kelebihan dan kelemahan karya yang dibuat seniman.
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa memiliki kompetensi sebagai berikut.
a. Mampu memahami prinsip dasar dalam melakukan kritik tari.
b. Mampu mengindentifikasi masalah tari berdasarkan pendekatan nilai estetika.
c. Mampu mengidentifikasi tari berdasarkan unsur-unsur pendukungnya
d. Mampu mendeskripsikan tari berdasarkan pendekatan nilai estetika.
e. Mampu melakukan kritik tari berdasarkan tahapan-tahapan atau prosedur dalam proses melakukan kritik tari.
f. Mampu mengomunikasikan kritik tari melalui bahasa tulisan dan lisan.