Qadiriyah wan-Naqsyabandiyah
Seseorang yang memasuki dan mengambil thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah ini, maka dia harus melaksanakan kaifiah atau tata cara sebagai berikut;
1. Datang kepada guru mursyid untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya.
2. Mandi taubat yang dilanjutkan dengan shalat taubah dan shalat hajat.
3. Membaca istighfar 100 kali.
4. Shalat istikharah, yang bisa dilakukan sekali atau lebih sesuai dengan petunjuk sang Mursyid.
5. Tidur miring kanan dan menghadap kiblat sambil membaca shalawat Nabi Saw sampai tertidur.
Setelah lima hal tersebut dilakukan, selanjutnya adalah; Pelaksanaan Talqin Dzikir/Bai’at dengan cara kurang lebihnya seperti tersebut di atas. Melakukan puasa dzir-ruh (puasa sambil menghindari memakan makanan yang berasal dari yang bernyawa) selama 41 hari.
Baru setelah itu, dia tercatat sebagai murid thariqah qodiriyah wan naqsyabandiyah. Adapun setelah menjadi murid thariqah ini, dia berkewajiban mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut;
a. Diawali dengan membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×
b. Hadrah Al-Fatihah kepada Ahli silisilah Thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah.
c. Membaca Al-Ikhlas 3 kali,Al-Falaq 1kali, dan An-Nas 1 kali.
d. Membaca shalawat umm 3 kali.
اللهم صل على سيدنا محمد النبى الامى وعلى اله وصحبه وسلم
e. Membaca istighfar 3 kali.
استغفر الله الغفور الرحيم
f. Rabithah kepada guru mursyid sambil membaca:
لااله الا الله حي باق, لا اله الا الله حي موجود, لا اله الا الله حي معبود
g. Membaca dzikir nafi itsbat (لا اله الا الله) ) enam puluh lima kali.
kemudian dilanjutkan dengan;
h. Membaca lagi:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×
i. Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati ,kemudian kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi direkatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat alam kubur dan kiamat dengan segala kerepotannya.
j. Kemudian dengan hatinya mewiridkan dzikir ismudz-dzat ( (الله seribu kali
Keterangan:
- Semua wirid tersebut dilaksanakan setiap kali setelah shalat maktubah.
- Untuk dzikir ismudz- dzat, kalau sudah bisa istiqomah setelah shalat maktubah maka ditingkatkan dengan di tambah qiyamul lail dan setelah shalat dhuha.
- Untuk dzikir ismudz-dzat boleh dilakukan sekali dengan cara di ropel 5000 x (bagi yang masih ba’da maktubah) aau 7000 X (bagi yang sudah di tingkatkan)
- Sikap duduk waktu melaksanakan wirid tersebut tidak ada keharusan tertentu. Jadi bisa dengan cara tawarruk,iftirasy atau bersila.
- Bacaan aurad tersebut adalah bagi para mubtadi’ atau pemula.
- Ajaran aurad dan pelaksanaan amalan dzikir lainnya yang ada dalam thariqah qodiriah wan Naqsyabandiyah ini secara lebih detail dan terperinci, dapat diketahui apabila seseoang telah masuk menjadi anggotanya dan meningkat ajarannya.
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah
Untuk memasuki dan mengambil dzikir dari thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, seorang harus melaksanakan kaifiyah atau tata cara sebagai berikut:
1. Datang kepada calon guru mursyid untuk meminta izin memasuki thoriqohnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izin dan perkenannya.
2. Mandi taubat setelah sholat isya’ sekaligus berwudlu’ secara sempurna.
3. Sholat hajat dua rakaat dengan niat masuk thoriqoh. Setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.
4. Setelah salam membaca:
اللهم انى اسئلك التوبة الانابة والاستقامة على الشريغة الغراء والطريقة البيضاء.
5. Dan dilanjutkan dengan membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.
6. Membaca Al-Fatihah sekali dan Al-Ikhlas tiga kali, dengan niat menghadiahkan pahalanya ke Hadlratusy Syaikh Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy, serta memohon pertolongannya mudah-mudahan keinginannya masuk thoriqoh diterima.
7. Tidur miring ke kanan dengan menghadap kiblat.
Setelah prosesi tersebut dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang kemudian setelah itu akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu kepadanya.
Setelah menerima talqin dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota thoriqoh Naqsyabandiyyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban untuk mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:
1. Membaca istighfar 5 kali,atau 15 kali, atau 25 kali.
2. Membaca al-Fatihah sekali dan surat Al-Ikhlas 3 kali, yang dihadiahkan kepada para guru mursyid thoriqoh ini sejak zaman ini sampai kepada Rasulullah Saw, hhususnya Hadlratusy Syaikh Muhammad Baha-udin An-Naqsyabandiy.
3. Kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi di rekatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil memgingat alam qubur dan kiamat dengan berbagai kerepotannya.
4. Rabithah kepada guru mursyid.
5. Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat pada Allah Swt.
6. Munajat dengan hatinya membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
7. Kemudian dengan hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat (Allah…Allah…Allah…)5000 kali, dengan tanpa menggerakkan lidah, bibir,dan seluruh anggota tubuhnya kecuali jari penunjuk untuk menarik hitungan tasbih. Dan setiap 100 kali diselingi membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
8. Setelah selesai wirid, diam sejenak dan rabithah kepada guru mursyid disertai permohonan anugerah barakahnya, kemudian berdo’a sebagai berikut:
اللهم يا حيى يا قيوم يا بديع السموات والارض ياملك الملك ياذاالجلال والاكرام, صل على سيدنا محمدافضل صلواتك وعدد معلوماتك وعلى اله وصحبه وبارك وسلم كذالك, وارزقنا الاستقامة على الشريعة الغراء والتمسك التام بهذه الطريقة النقشبندية المجددية الخالدية, وةارزقنا كمال اتباع خير البرية صلى الله عليه وسلم والصدق فى محبة ورثة اولى الحصوصية.
Keterangan:
Pelaksanaan pembacaan aurad (wirid-wirid) tersebut dilakukan sehari sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa istiqomah.
Sikap duduk pada saat membaca aurad tersebut adalah dengan duduk tawarruk sholat terbalik, artinya telapak kaki kanan dimasukkan di bawah lutut kaki kiri , kecuali ada udzur.
Para murid pemula cukup mengamalkan aurad tersebut. Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya, akan mendapatkan ajaran dzikir lainnya seperti dzikir Latho-if, Dzikir Nafi Itsbat, Dzikir Wuquf, Dzikir Muroqobah Muthlak, Dzikir Muroqobah Ahadiyatul Af’aal, Dzikir Muroqobah Ma’iyyah, dan Dzikir Tahlil bil lisan.
Disamping itu masih ada ajaran Muroqobah, yaitu Muroqobah Aqrobiyah, Muroqobah Ahadiyah Adz-Dzat Ash-Shomad dan Muroqobah Ahadiyyah Adz-Dzat Ash-Shirf wal Baht.
Disamping ada ajaran suluk, khawajikan, dan tawajuhhan, yang semua hal tersebut di atas secara terperinci dapat di baca dalam kitab Risalatul mubarakah, yang di susun oleh Kiai Muhammad Hambali Sumardi Al-Quddusiy.
Suluk Thoriqoh
Dalam Thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, karena ada aturan-aturan tertentu dalam kaifiyah atau tata caranya, yaitu sebagai berikut;
1. Memperoleh izin dari guru mursyid atau izin dari orang yang telah mendapat ijazah dari guru mursyidnya untuk mengajarkan suluk.
2. Kholwah, artinya menyepi atau memisahkan diri dari anak istri atau saudara-saudaranya yang sedang tidak melakukan suluk.
3. Berniat suluk selama 40 hari ,atau 20 hari atau minimal 10 hari, dengan niatan sebagai berikut:
نويت ان ادخل فى السلوك اربعين يوما/ عشرين يوما/ عشرة ايام لاقتداء السلف الصالحين ولاتباع النبي صلى الله عليه وسلم لله تعالى
Sedang rukun-rukun suluk yang harus dipenuhi adalah;
Menyedikitkan bicara yang tidak perlu atau tidak ada manfaatnya.
Menyedikitkan makan,namun juga jangan sampai kelaparan sehingga tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir.
Menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti yang biasanya dilakukan.
Melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan adab dan tata kramanya,dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan pengajarannya.
Tawajjuhan 3 kali sehari semalam, Yaitu 1). Setelah sholat Isya’ dengan terlebih dahulu mengkhatamkan khawajikan selain malam selasa dan jum’at, 2).Pada waktu sahur setelah khataman khawajikan selain malam selasa dan jum’at, 3).Setelah dhuhur dengan tanpa khataman khawajikan. Setelah Ashar hanya dengan khataman khawajikan saja.
Di samping itu ada adab atau tata krama suluk yang juga harus di perhatikan,yaitu sebagai berikut;
Ketika akan melakukan suluk, hendaknya minta izin dahulu kepada guru mursyidnya.
Mandi taubat dan berwudlu dengan sempurrna.
Sholat hajat dua rakaat dengan niat memasuki suluk.
Ketika masuk ke tempat khalwat, membaca ta’awudz dan basmalah dengan ikhlas.
Niat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan memenjarakan nafsu.
Melanggengkan wudlu’ (suci).
Tidak berbicara kecuali dzikrullah.
Melanggengkan rabithah kepada guru mursyidnya.
Sungguh-sungguh memperhatikan sholat jum’at, jama’ah lima waktu, sholat rowatib qobliyah dan ba’diyah dan sholat-sholat sunnah lainnya yang muakkadah.
Melanggengkan dzikir, baik jahri maupun sirri, baik dzikir nafi itsbat maupun dzikir ismudz-dzat.
Membiasakan tidak tidur. Artinya tidak tidur kecuali sangat kantuk dan kalaupun tidur niatnya untuk menghilangkan capeknya badan.
Tidak menyandarkan tubuhnya pada sesuatu dan tidak tiduran diatas lemek (tikar ataupun lainnya).
Ketika keluar dari tempat khalwatnya menundukkan kepala dan tidak melihat-lihat sesuatu kecuali ada perlu.
Ketika berbuka, tidak memakan makanan yang berasal dari yang bernyawa.
Catatan
Keterangan tentang Thoriqoh Naqsyabandiah Mujaddadiyah Kholidiyyah ini di nukil dari kitab risalatul mubarakah yang disusun oleh kiai Muhammad Hambali Mawardi Al-Quddusy, disamping juga penjelasan dari KH. M. Salman Dahlawiy seorang mursyid Thoriqoh Naqsyabandiah Mujaddadiyah Kholidiyyah yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren “Al-Manshur”, Popongan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
http://www.thoriqoh-indonesia.org
Seseorang yang memasuki dan mengambil thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah ini, maka dia harus melaksanakan kaifiah atau tata cara sebagai berikut;
1. Datang kepada guru mursyid untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya.
2. Mandi taubat yang dilanjutkan dengan shalat taubah dan shalat hajat.
3. Membaca istighfar 100 kali.
4. Shalat istikharah, yang bisa dilakukan sekali atau lebih sesuai dengan petunjuk sang Mursyid.
5. Tidur miring kanan dan menghadap kiblat sambil membaca shalawat Nabi Saw sampai tertidur.
Setelah lima hal tersebut dilakukan, selanjutnya adalah; Pelaksanaan Talqin Dzikir/Bai’at dengan cara kurang lebihnya seperti tersebut di atas. Melakukan puasa dzir-ruh (puasa sambil menghindari memakan makanan yang berasal dari yang bernyawa) selama 41 hari.
Baru setelah itu, dia tercatat sebagai murid thariqah qodiriyah wan naqsyabandiyah. Adapun setelah menjadi murid thariqah ini, dia berkewajiban mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut;
a. Diawali dengan membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×
b. Hadrah Al-Fatihah kepada Ahli silisilah Thariqah Qodiriah wan Naqsyabandiyah.
c. Membaca Al-Ikhlas 3 kali,Al-Falaq 1kali, dan An-Nas 1 kali.
d. Membaca shalawat umm 3 kali.
اللهم صل على سيدنا محمد النبى الامى وعلى اله وصحبه وسلم
e. Membaca istighfar 3 kali.
استغفر الله الغفور الرحيم
f. Rabithah kepada guru mursyid sambil membaca:
لااله الا الله حي باق, لا اله الا الله حي موجود, لا اله الا الله حي معبود
g. Membaca dzikir nafi itsbat (لا اله الا الله) ) enam puluh lima kali.
kemudian dilanjutkan dengan;
h. Membaca lagi:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى, اعطنىمحبتك ومعرفتك ولا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم 3×
i. Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati ,kemudian kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi direkatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat alam kubur dan kiamat dengan segala kerepotannya.
j. Kemudian dengan hatinya mewiridkan dzikir ismudz-dzat ( (الله seribu kali
Keterangan:
- Semua wirid tersebut dilaksanakan setiap kali setelah shalat maktubah.
- Untuk dzikir ismudz- dzat, kalau sudah bisa istiqomah setelah shalat maktubah maka ditingkatkan dengan di tambah qiyamul lail dan setelah shalat dhuha.
- Untuk dzikir ismudz-dzat boleh dilakukan sekali dengan cara di ropel 5000 x (bagi yang masih ba’da maktubah) aau 7000 X (bagi yang sudah di tingkatkan)
- Sikap duduk waktu melaksanakan wirid tersebut tidak ada keharusan tertentu. Jadi bisa dengan cara tawarruk,iftirasy atau bersila.
- Bacaan aurad tersebut adalah bagi para mubtadi’ atau pemula.
- Ajaran aurad dan pelaksanaan amalan dzikir lainnya yang ada dalam thariqah qodiriah wan Naqsyabandiyah ini secara lebih detail dan terperinci, dapat diketahui apabila seseoang telah masuk menjadi anggotanya dan meningkat ajarannya.
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah
Untuk memasuki dan mengambil dzikir dari thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, seorang harus melaksanakan kaifiyah atau tata cara sebagai berikut:
1. Datang kepada calon guru mursyid untuk meminta izin memasuki thoriqohnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izin dan perkenannya.
2. Mandi taubat setelah sholat isya’ sekaligus berwudlu’ secara sempurna.
3. Sholat hajat dua rakaat dengan niat masuk thoriqoh. Setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.
4. Setelah salam membaca:
اللهم انى اسئلك التوبة الانابة والاستقامة على الشريغة الغراء والطريقة البيضاء.
5. Dan dilanjutkan dengan membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.
6. Membaca Al-Fatihah sekali dan Al-Ikhlas tiga kali, dengan niat menghadiahkan pahalanya ke Hadlratusy Syaikh Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy, serta memohon pertolongannya mudah-mudahan keinginannya masuk thoriqoh diterima.
7. Tidur miring ke kanan dengan menghadap kiblat.
Setelah prosesi tersebut dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang kemudian setelah itu akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu kepadanya.
Setelah menerima talqin dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota thoriqoh Naqsyabandiyyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban untuk mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:
1. Membaca istighfar 5 kali,atau 15 kali, atau 25 kali.
2. Membaca al-Fatihah sekali dan surat Al-Ikhlas 3 kali, yang dihadiahkan kepada para guru mursyid thoriqoh ini sejak zaman ini sampai kepada Rasulullah Saw, hhususnya Hadlratusy Syaikh Muhammad Baha-udin An-Naqsyabandiy.
3. Kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi di rekatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil memgingat alam qubur dan kiamat dengan berbagai kerepotannya.
4. Rabithah kepada guru mursyid.
5. Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat pada Allah Swt.
6. Munajat dengan hatinya membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
7. Kemudian dengan hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat (Allah…Allah…Allah…)5000 kali, dengan tanpa menggerakkan lidah, bibir,dan seluruh anggota tubuhnya kecuali jari penunjuk untuk menarik hitungan tasbih. Dan setiap 100 kali diselingi membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
8. Setelah selesai wirid, diam sejenak dan rabithah kepada guru mursyid disertai permohonan anugerah barakahnya, kemudian berdo’a sebagai berikut:
اللهم يا حيى يا قيوم يا بديع السموات والارض ياملك الملك ياذاالجلال والاكرام, صل على سيدنا محمدافضل صلواتك وعدد معلوماتك وعلى اله وصحبه وبارك وسلم كذالك, وارزقنا الاستقامة على الشريعة الغراء والتمسك التام بهذه الطريقة النقشبندية المجددية الخالدية, وةارزقنا كمال اتباع خير البرية صلى الله عليه وسلم والصدق فى محبة ورثة اولى الحصوصية.
Keterangan:
Pelaksanaan pembacaan aurad (wirid-wirid) tersebut dilakukan sehari sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa istiqomah.
Sikap duduk pada saat membaca aurad tersebut adalah dengan duduk tawarruk sholat terbalik, artinya telapak kaki kanan dimasukkan di bawah lutut kaki kiri , kecuali ada udzur.
Para murid pemula cukup mengamalkan aurad tersebut. Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya, akan mendapatkan ajaran dzikir lainnya seperti dzikir Latho-if, Dzikir Nafi Itsbat, Dzikir Wuquf, Dzikir Muroqobah Muthlak, Dzikir Muroqobah Ahadiyatul Af’aal, Dzikir Muroqobah Ma’iyyah, dan Dzikir Tahlil bil lisan.
Disamping itu masih ada ajaran Muroqobah, yaitu Muroqobah Aqrobiyah, Muroqobah Ahadiyah Adz-Dzat Ash-Shomad dan Muroqobah Ahadiyyah Adz-Dzat Ash-Shirf wal Baht.
Disamping ada ajaran suluk, khawajikan, dan tawajuhhan, yang semua hal tersebut di atas secara terperinci dapat di baca dalam kitab Risalatul mubarakah, yang di susun oleh Kiai Muhammad Hambali Sumardi Al-Quddusiy.
Suluk Thoriqoh
Dalam Thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, karena ada aturan-aturan tertentu dalam kaifiyah atau tata caranya, yaitu sebagai berikut;
1. Memperoleh izin dari guru mursyid atau izin dari orang yang telah mendapat ijazah dari guru mursyidnya untuk mengajarkan suluk.
2. Kholwah, artinya menyepi atau memisahkan diri dari anak istri atau saudara-saudaranya yang sedang tidak melakukan suluk.
3. Berniat suluk selama 40 hari ,atau 20 hari atau minimal 10 hari, dengan niatan sebagai berikut:
نويت ان ادخل فى السلوك اربعين يوما/ عشرين يوما/ عشرة ايام لاقتداء السلف الصالحين ولاتباع النبي صلى الله عليه وسلم لله تعالى
Sedang rukun-rukun suluk yang harus dipenuhi adalah;
Menyedikitkan bicara yang tidak perlu atau tidak ada manfaatnya.
Menyedikitkan makan,namun juga jangan sampai kelaparan sehingga tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir.
Menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti yang biasanya dilakukan.
Melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan adab dan tata kramanya,dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan pengajarannya.
Tawajjuhan 3 kali sehari semalam, Yaitu 1). Setelah sholat Isya’ dengan terlebih dahulu mengkhatamkan khawajikan selain malam selasa dan jum’at, 2).Pada waktu sahur setelah khataman khawajikan selain malam selasa dan jum’at, 3).Setelah dhuhur dengan tanpa khataman khawajikan. Setelah Ashar hanya dengan khataman khawajikan saja.
Di samping itu ada adab atau tata krama suluk yang juga harus di perhatikan,yaitu sebagai berikut;
Ketika akan melakukan suluk, hendaknya minta izin dahulu kepada guru mursyidnya.
Mandi taubat dan berwudlu dengan sempurrna.
Sholat hajat dua rakaat dengan niat memasuki suluk.
Ketika masuk ke tempat khalwat, membaca ta’awudz dan basmalah dengan ikhlas.
Niat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan memenjarakan nafsu.
Melanggengkan wudlu’ (suci).
Tidak berbicara kecuali dzikrullah.
Melanggengkan rabithah kepada guru mursyidnya.
Sungguh-sungguh memperhatikan sholat jum’at, jama’ah lima waktu, sholat rowatib qobliyah dan ba’diyah dan sholat-sholat sunnah lainnya yang muakkadah.
Melanggengkan dzikir, baik jahri maupun sirri, baik dzikir nafi itsbat maupun dzikir ismudz-dzat.
Membiasakan tidak tidur. Artinya tidak tidur kecuali sangat kantuk dan kalaupun tidur niatnya untuk menghilangkan capeknya badan.
Tidak menyandarkan tubuhnya pada sesuatu dan tidak tiduran diatas lemek (tikar ataupun lainnya).
Ketika keluar dari tempat khalwatnya menundukkan kepala dan tidak melihat-lihat sesuatu kecuali ada perlu.
Ketika berbuka, tidak memakan makanan yang berasal dari yang bernyawa.
Catatan
Keterangan tentang Thoriqoh Naqsyabandiah Mujaddadiyah Kholidiyyah ini di nukil dari kitab risalatul mubarakah yang disusun oleh kiai Muhammad Hambali Mawardi Al-Quddusy, disamping juga penjelasan dari KH. M. Salman Dahlawiy seorang mursyid Thoriqoh Naqsyabandiah Mujaddadiyah Kholidiyyah yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren “Al-Manshur”, Popongan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
http://www.thoriqoh-indonesia.org