MENANAM POHON = MENANAM DZIKIR

  Setiap dari kita pastilah ingin melakukan sesuatu hal yang bisa mendatangkan pahala kebaikan dimanapun dan kapanpun dan dalam kondisi apapun. Oleh karena itu banyak sekali kita jumpai warna- warni perbuatan manusia yang berlomba- lomba ingin mendapatkan pahala kebaikan disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan cara- cara yang tersamar, tersembunyi ataupun terang- terangan. Semua itu tak lain dan tak bukan, mereka memahami bahwa jalan kebaikan yang bisa mendatangkan pahala itu sangat banyak caranya, mulai dari hal yang kecil dan terlihat sepele, hingga hal yang besar yang membuat berdecak kagum, Masya Allah Laa quwwata Illa Billah.  Setiap manusia yang beriman pastilah faham bahwa sekecil dan sekecil apapun kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas pasti akan dinilai pahala disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

Hikmah Menanam Pohon
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertemu Abu Darda’ yang sedang menanam pohon. Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda’, ”Hai Abu Darda’, mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya.” Abu Darda’ menjawab, ”Bukankah aku akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?”



Bagi sebagian orang menanam pohon adalah hal sepele. Apalagi bila umur telah lanjut seperti Abu Darda’. Namun, Islam sebagai agama yang kaffah mengajarkan untuk cinta lingkungan. Menanam pohon adalah ibadah dan bila pohon tersebut berbuah dan buahnya dimakan burung dan manusia maka di hadapan Allah SWT itu bernilai sedekah.

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menyebut cerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ”Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, ‘Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurusnya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT’.” (HR Ahmad).

Dari Jabir Radiallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Setiap orang muslim yang menanam sebuah pohon, setiap buah yang dimakan orang dari pohon tersebut baginya pahala sedekah dan setiap buah yang dicuri orang dari pohon tersebut baginya pahala sedekah, dan tidak seorangpun yang mengurangi buah dari pohon tersebut melainkan baginya pahala sedekah” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain:

“Setiap orang muslim yang menanam pohon sekalipun ia tidak merawatnya, setiap manusia yang makan buah dari pohon tersebut, dan binatang melata dan burung, niscaya ia akan mendapatkan pahala sedekah hingga hari kiamat.“

Dalam riwayat lain:

“Setiap muslim yang menanam pohon sekalipun ia tidak merawatnya, setiap manusia yang makan buah dari pohon tersebut dan binatang melata dan makhluk apapun jua melainkan ia mendapat pahala sedekah.”

Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist ini, Imam Bukhari dengan no. 2320 dan Imam Muslim dengan no. 1553 dari riwayat Anas Bin Malik Radiallahu’ Anhu. (Riyadhus Sholihin bab 13)

Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus menghormati eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak.

Melalui mekanisme hujan, pohon yang ditanam manusia tumbuh. Dan dengan itu Allah menumbuhkan buah-buahan dari pohon yang kita tanam sebagai rezeki bagi manusia. Sebagaimana firman Allah SWT, ”Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS al-Baqarah [2] : 22).

Tuntunan Islam memelihara pohon juga berlaku saat terjadi perang. Nabi Muhammad berkal-kali memesankan kepada para sahabatnya, dalam peperangan janganlah kalian membunuh wanita, anak-anak, dan jangan menebang/merusak tanaman (pohon).

“Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh maka itu adalah untuk dirinya” (QS. Al Jatsiyah: 15)

Dan ternyata pohon juga adalah makhluk Allah Swt selalu berzikir “setiap detiknya 1000 kali”

Firman Allah Swt yang artinya :
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS.Al-Israa( 17) : 44)

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS.An-Nuur( 24) : 41)

Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.At-Taghaabun( 64) : 1)

Sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan di Barat yang mengadakan penelitian telah menemukan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa.

Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang bernama Oscilloscope.

Para ilmuwan Barat selama hampir 3 tahun belakangan, meneliti fenomena keajaiban yang mencengangkan.

Mereka berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah ) dengan sebuah alat canggih Oscilloscope.

Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!

1000 getar / detik = 1 KHz 
batas pendengaran manusia : 20 Hz - 20 KHz. 
> amplitude yang lemah bisa ditangkap dengan preamp LF dan akan ditayangkan dalam bentuk gelombang sinusoidal, "balok" atau "gigi gergaji" di layar oscilloscope.

Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut.

Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengang tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India.

Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1.400 tahun yang lalu!”

Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu.

Sang ilmuwan muslim segera menyitir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“…Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra`: 44)

Tidaklah suara denyutan halus tersebut melainkan lafazh jalalah (nama Allah) sebagaimana tampak dalam layar.

Maka keheningan dan keheranan yang luar biasa menghiasi aula di mana ilmuwan muslim tersebut berbicara.

Subhanallah, Maha suci Allah! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih mengagungkan nama Allah.

Akhirnya orang yang bertanggung jawab terhadap penelitian ini, yaitu profesor William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang di bawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1.400 tahun lalu tentang fenomena ini.

Maka ilmuwan muslim tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah al-Qur`an dan terjemahnya kepada sang profesor.

Selang beberapa hari setelah itu, profesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnich – Miloun, ia mengatakan: “Dalam hidupnya belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. 

Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam al-Qur`an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan syahadatain:

“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya!” ucapnya.

http://bogotabb.blogspot.com/2014/04/menanam-dzikir-dan-pahala-sedekah.html