Mengenai cabang olahraga tenis meja ini sebenarnya dan dari mana asalnya, kapan, dan siapa yang pertama kali menemukannya tidaklah diketahui secara pasti.Pada permulaan abad ke-20, permainan ini mulai berkembang dan mulai mendapat sambutan yang baik terutama di negara Inggris dan benua Eropa pada umumnya.
Mengenai sarana yang dipergunakan sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Pertama kali bentuk yang dipergunakan mengalami perubahan semacam raket bulutangkis dengan menggunakan tali permanen sebagai tali senarnya. Jadi, tali ini harus selalu dipanaskan terlebih dahulu sebelum dipergunakan agar berkembang menjadi lebih tegang.
Adapun bolanya yang dipergunakan terbuat dari selluloid. Jadi tidak menggunakan bola tenis dan setiap kali menyentuh meja dan raket selalu menimbulkan bunyi ping pong. Jadi nama ping pong ini boleh jadi karena perkenaan antara bola dengan meja dan raket.
Khususnya di Indonesia, cabang olahraga tenis meja ini baru dikenal pada tahun 1930. Pada masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang Belanda sebagai suatu permainan rekreasi. Begitu pula bangsa pribumi yang boleh ikut hanya terdiri dari golongan tertentu yaitu keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai pertemuan tersebut.
Baru pada tanggal 5 Oktober 1951, beberapa tokoh tenis meja Indonesia mendirikan apa yang disebut Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia (PPPSI).
Tahun 1958 dalam konggresnya di Surakarta dirubah menjadi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).
Tahun 1960 masuk Federasi tenis Meja Asia dan tahun l961 PTMSI telah pula diterima menjadi anggota penuh dari Federasi Tenis Meja Intemasional atau ITTF (Interational Table Tenis Federation).
1. Fasilitas dan Perlengkapan Tenis Meja
a. Meja
Meja harus terbuat dari kayu keras berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran :
1) Panjang : 2,74 m
2) Lebar : 1,52 m
3) Tebalmeja : 3cm
4) Lebar garis sisi : 1 cm
5) Tinggi meja dari lantai : 76 cm
b. Jaring(Net)
Panjang jaring termasuk tali penggantungnya 183 cm, tinggi jaring tersebut sepanjang penggantungnya diatas permukaan meja 15,25 cm. Sedang bagian bawah jaring tersebut harus rapat menyentuh bidang permainan sepanjang jaring tersebut. Net ini terpasang pada tiang yang menonjol ke luar tingginya 15,25cm.
c. Bola
Harus mutlak berbentuk bulat, terbuat dari bahan selluloid putih dengan ukuran:
1) Berat : 24,0 - 25,3 gram
2) Diameter : 37,2-38,2 mm
d. Bed atau Raket
Tidak ada ketentuan atau persyaratan mengenai ukuran, bentuk maupun berat raket atau bed. Permukaannya harus berwarna gelap dan pudar. Bahan terbuat dari kayu untuk bidang pemukulnya tidak bersambung, sama tebal, datar, dan kaku.
Apabila bidang pemukulnya dilapisi karet pada kedua bidangnya, maka lapisan boleh salah satu atau kedua-duanya terdiri atas :
1) Karet berbintik biasa, dengan bintiknya menonjol keluar dan tebalnya tidak melebihi 2 mm.
2) Sandwich (penyelipan), terdiri atas lapisan karet busa yang dilapisi oleh karet biasa, menonjol keluar maupun ke dalam dengan tebal lapisan pada tiap permukaan tidak melebihi 4 mm.
Mengenai sarana yang dipergunakan sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Pertama kali bentuk yang dipergunakan mengalami perubahan semacam raket bulutangkis dengan menggunakan tali permanen sebagai tali senarnya. Jadi, tali ini harus selalu dipanaskan terlebih dahulu sebelum dipergunakan agar berkembang menjadi lebih tegang.
Adapun bolanya yang dipergunakan terbuat dari selluloid. Jadi tidak menggunakan bola tenis dan setiap kali menyentuh meja dan raket selalu menimbulkan bunyi ping pong. Jadi nama ping pong ini boleh jadi karena perkenaan antara bola dengan meja dan raket.
Khususnya di Indonesia, cabang olahraga tenis meja ini baru dikenal pada tahun 1930. Pada masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang Belanda sebagai suatu permainan rekreasi. Begitu pula bangsa pribumi yang boleh ikut hanya terdiri dari golongan tertentu yaitu keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai pertemuan tersebut.
Baru pada tanggal 5 Oktober 1951, beberapa tokoh tenis meja Indonesia mendirikan apa yang disebut Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia (PPPSI).
Tahun 1958 dalam konggresnya di Surakarta dirubah menjadi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).
Tahun 1960 masuk Federasi tenis Meja Asia dan tahun l961 PTMSI telah pula diterima menjadi anggota penuh dari Federasi Tenis Meja Intemasional atau ITTF (Interational Table Tenis Federation).
1. Fasilitas dan Perlengkapan Tenis Meja
a. Meja
Meja harus terbuat dari kayu keras berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran :
1) Panjang : 2,74 m
2) Lebar : 1,52 m
3) Tebalmeja : 3cm
4) Lebar garis sisi : 1 cm
5) Tinggi meja dari lantai : 76 cm
b. Jaring(Net)
Panjang jaring termasuk tali penggantungnya 183 cm, tinggi jaring tersebut sepanjang penggantungnya diatas permukaan meja 15,25 cm. Sedang bagian bawah jaring tersebut harus rapat menyentuh bidang permainan sepanjang jaring tersebut. Net ini terpasang pada tiang yang menonjol ke luar tingginya 15,25cm.
c. Bola
Harus mutlak berbentuk bulat, terbuat dari bahan selluloid putih dengan ukuran:
1) Berat : 24,0 - 25,3 gram
2) Diameter : 37,2-38,2 mm
d. Bed atau Raket
Tidak ada ketentuan atau persyaratan mengenai ukuran, bentuk maupun berat raket atau bed. Permukaannya harus berwarna gelap dan pudar. Bahan terbuat dari kayu untuk bidang pemukulnya tidak bersambung, sama tebal, datar, dan kaku.
Apabila bidang pemukulnya dilapisi karet pada kedua bidangnya, maka lapisan boleh salah satu atau kedua-duanya terdiri atas :
1) Karet berbintik biasa, dengan bintiknya menonjol keluar dan tebalnya tidak melebihi 2 mm.
2) Sandwich (penyelipan), terdiri atas lapisan karet busa yang dilapisi oleh karet biasa, menonjol keluar maupun ke dalam dengan tebal lapisan pada tiap permukaan tidak melebihi 4 mm.