Dalam pengajaran Bahasa Arab, guru dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1). Metode Gramatika Terjemah
Metode ini merupakan gabungan (kombonasi) metode gramatika dan metode terjemahan. Metode gramatika sendiri adalah suatu metode yang pengajarannya menekankan pada penghafalan, Aturan-aturan gramatika dan sejumlah kata-kata tertentu. Adapun metode terjamah adalah suatu metode yang menitik beratkan kepada kegiatan-kegiatan yang berupa menterjemahkan bacaan.
Dalam pengajaran bahasa Arab kombinasi kedua metode tersebut kemudian dikenal dengan “tarikah al-qawa’id wa al-tarjamah”.
2). Metode Langsung
Metode ini dalam bahasa Arab disebut “tariqah mabasyarah”. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pada prinsip nya metode langsug sangat utama dalam pengajaran Bahasa Arab, karena melalui metode ini siswa dapat melatih kemahiran lidah.
3). Metode Membaca
Metode membaca ini adalah metode yang menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamatakan membaca, yaitu guru mula-mula membaca topik-topik bacaan kemudian diikuti oleh siswa.
Metode ini bertujuan untuk mengajarkan kemahiran membaca Bahas Arab dan merasa senang apa yang sedang dibaca, dan dapat menunjukkan kalimat yang baik dan betul ketika menulis, dan dapat memerintahkan untuk memperindah ucapan dalam berbicara.
Metode membaca ini dapat dilakukan dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh memperhatikan bacaan-bacaan gurunya dengan baik setelah itu guru mernunjuk salah satu diantara siswa untuk membacakannya dengan cara bergantian atau bergiliran.
4). Metode Meniru dan Menghafal
Kegiatan belajar mengajar Bahasa Arab, menurut metode ini berupa demonstarasi dan latihan-latihan kata, struktur kalimat, dengan meniru ucapan guru dengan mengikuti guru dengan informan penutur asli.
Cara langkah pengajaran metode ini menurut yang dijelaskan tersebut di atas bahwa pengajaran Bahas Arab adalah sebagai berikut :
“Pertama guru membaca atau mengucapkan kata-kata yang diajarkan dan struktur kalimat satu persatu yang lebih dipilih dan siswa meniru ucapan gurunya, dan satu persatu sampai tiga kali, dan guru dapat beralih pada kata-kata atau struktur kalimat lain, jika dianggap menguasaiaatau letak intonasinya dan seterusnya hingga selesai acara pengajaran” (Yusuf dan anwar, 1995 :174).
Berkaitan dengan hal tersebut Yusuf dan Anwar menambahkan bahwa dalam penyampaiaannya materi dalam metode ini adalah disampaikan secara bertahap. Dalam pengajaran Bahasa Arab dapat dilakukan melalui lima langkah sebagai berikut:
a). Langkah Persiapan
Pada langkah persiapan atau lanagkah pertama ini guru menyiapkan langkah yang menarik yang akan disajikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan penguasaan kemapuan anak didik.
b). Langkah Penyajian Materi
Pada langkah ini guru manyajikan materi, menghidangkan topik-topik yang telah disiapkan sedemikian rupa kepada siswa.
c). Langkah Asosiasi
Pada langkah ini siswa telah memperoleh pengamalan dan pengetahuan seperti kata kerja, kata benda, namun pada saat ini pengetahuan siswa masih terpencar-pencar.
d). Langkah Generalisasi
Pada langkah ini kemampuan dan pengalaman bahasa siswa dapat membaca dan menyusun serta mengasosiasikan pengetahuan tersebut dengan keahliannya sendiri. Namun pada saat ini siswa belum mampu dan belum trampil dan belum berani memperaktekkan yang diperolehnya
e). Langkah Aplikasi
Pada tahap ini dapat mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dan peragakan yang dilakukan oleh siswa dengan merangkaikan kalimat-kalimat dengan membaca, menterjemah, mengarang bebas dan latihan-latihan tertentu.
5). Metode Campuran
Metode camuran yaitu, cara peyajian pelajaran Bahasa Arab di dalam kelas dengan melalui macam-macam kombinasi beberapa metode.
Dalam praktek metode campuran dapat diterapkan oleh seorang guru dalam suatu situasi pengajaran di depan kelas, dengan persiapan yang baik dan kesungguhan dalam mempraktekkan metode ini.
Ada beberapa langkah pengajaran dengan metode ini sebagaimana yang disebutkan oleh Asadullah adalah sebagai berikut:
a). Dalam metode ini guru melalui kegiatannya berupa kegiatan lisan melalui latihan pengucapan, dan cara pengajarannya selalu dalam bentuk percakapan.
b). Guru menuliskan materi pengajaran yang baru didepan papan tulis kemudian diminta kepada siswa untuk menulisnya kembali pada buku tulis yang sudah disiapkan pada siswa sendiri.
c). Kemudian guru mulai membaca dengan suara yang keras diikuti oleh para siswa dengan bacaan keras.
d). Selanjutnya guru menugaskan kepada siswa untuk membaca satu persatu sesuai dengan urutan absensi atau urutan tempat duduk siswa dikelas.
e). Setelah itu guru menjelaskan makna kosakata yang langsung dengan bahasa sasaran (bahasa arab) kalau siswa mendapatkan kesulitan penjelasannya bisa dengan gambar atau alat bantu (media) kalau terpaksa dijelaskan dengan bahasa siswa.
f). Untuk mengetahui kemampuan pemahaman mereka terhadap teks Bahasa Arab yang dimaksud, kemukakan pertanyaan berupa “ asillah isti’ abiyah “. Disini guru menstitusikan tanya jawab seputar materi yang baru dibahas.
g). Baru kemudian guru menunjuk siswa yang paling pandai untukmenterjemahkan dengan bahasa siswa, sekali waktu guru membantu para siswa dalam menterjemah.
h). Terakhir guru mengungkapkan kaedah-kaedah “nahwu” atau bahasa dalam teks yang dibaca, melanjutkan dan menerapkan kaedah-kaedah tersebut dengan menuliskan di papan tulis dan menerangkan dengan keterangan sesuai dengan bahasa siswa (1995: 82-83)
c. Problematika Pengajaran Bahasa Arab
Belajar bahasa Arab, bahasa ibu atau bahasa national pada masa kanak-kanak merupakan proses yang tak bisa dipisahkan. Pada saat anak-anak belum bisa berbicara ia akan menerima dan mendengarkan bahasa itu sedikit demi sedikit, bahkan kata demi kata, dan kalimat demi kalimat. Yang dimaksud dengan belajar bahasa, disini bukan dalam arti secara kulikuler melainkan belajar dengan sekitarnya, mula-mla dari yang dekat dengan ibu, bapak, anak-anak, kemudian dari teman, sampai anak itu memasuki pendidikan formal. Akan tetapi belajar bahasa asing (bahasa Arab) merupakan kepandaian yang khusus tiap tahun ribuan bahkan jutaan yang belajar bahasa asing (bahasa Arab) akan tetapi kemungkinan beberapa orang saja yang mencapai sesuatu belajar itu.
Ada suatu prinsip dalam suatu pembelajaran bahasa asing pada umumya dan bahasa Arab pada khususnya, persamaan antara bahasa ibu/nasional dan bahasa Arab yang dipelajarinya akan menimbulkan kemudahan, sebaliknya perbedaan-perbedaan akan menimbulkan kesukaran-kesukaran.
Selanjutnya proses kemajuan belajar bahasa Arab sangat tergantung pada :
1). Sejauh mana persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu/nasional dengan bahasa yang dipelajari.
2). Sejauh mana bahasa ibu/nasional turut campur terhadap bahasa yang dipelajari.
Problematika pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing memang tidak sedikit mulai persoalan linguistik (ilmu bahasa) sampai persoalan non lingusistik (sosial dan psikologi dan faktor metodologi).
1). Linguistik (Ilmu Bahasa)
Istilah linguistik dipergunakan pada pertengahan abad sembilan belas dan banyak ahli bahasa yang berpendapat umur linguistikpun lebih banyak dari pada pemakaian istilah sendiri. Linguistik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bahasa bagian kebudayaan berdasarkn struktur bahasa tersebut (Parera, 2989:20).
Berbagai problem yang telah dihadapi oleh siswa Indonesia yaitu perbedaan-perbedaan. Perbedaan itulah yang mengalami kesulitan dalam belajar berbahasa.
Menurut Dahlan (1992:34), perbedaan-perbedaan itu antara lain:
a). Sistem bunyi (Ponolog).
b). Tata bahasa (Nahu Shorof).
c). Perbendaharaan kata (Mufradat).
d). Uslub (Susunan Kata).
e). Tulisan (Imla’)
Pada sistem bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid Al-Qur’an yaitu dengan mempelajari makhrijal huruf. Pada tingkat ini hendaknya guru bahasa Arab bersabar untuk melatih siswa berkali-kali mengucapkan huruf-huruf Arab, ada beberapa huruf Arab yang bunyi suaranya nyaring dijumpai dapa huruf lain/dalam bahasa ibu/nasional misalnya Tsa’, Ha’, Kha’, dan lain-lainnya (Dahlan, 1992 : 34).
Dalam sistem tulis, terdapat perbedaan bentuk huruf menurut posisinua: pada posisi awal, tengah dan akhir. Ada sistem sambung menyambung dalam huruf, ada tanda mad dan tasydid.
Dari segi struktur kalimat, bahasa Arab mempunyai beberapa spesifikasi antara lain :
a). Adanya I’rab
b). Banyaknya pemakaian jumlah fi’liah
c). Adanya prinsip mutabaqa (persesuaian) antara kalimat seperti “mubtada” dan khabar antara fi’il dan fa’il, na’at dan ma’nut dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan yang terdapat di atas ternyata menimbulkan kesulitan. Bila tidak diimbangi dengan kemahiran guru dalam mengerjakan akan menimbulkan kesan bahwa bahasa Arab sulit dipelajari, bahkan ada sementara yang menganggap mata pelajaran bahasa Arab sebagai “momok”.
Dengan berbagai masalah yang dihadapi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab tidak sama dengan bahsa-bahasa lain yaitu : bahasa Arab siswa/mahasiswa akan memahami bahasa (tulisan) terlebih dahulu sebelum tulisan itu bacaannya, ini sebabnya karena tulisan bahasa Arab biasanya tidak diberi harakat.
2). Non Linguistik (Psikologi dan Sosiologi)
Sebagai alat untuk menyatakan kehendak, keinginan pendapat dan perasaan, bahasa merupakan fenomena sosial yang paling penting peranannya. Oleh karena itu berhasil tidaknya pengajaran bahasa Arab sedikit banyak tergantung pada pembinaan yang diberikan oleh masyarakat seperti keluarga, teman belajar, guru, lingkungan sekolah, media penerangan seperti radio, TV, majalah dan surat kabar lainnya.
Sekelompok manusia akan terbiasa menggunakan suatu bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus menerus untuk menyampiakan maksud dan tujuan yang ada dalam hatinya, dan dengan siapa ia menggunakan bahasa secara kontinue mempunyai pengaruh terhadap kebiasaan dan keterampilan, dalam meningkatkan bahasa.
d. Alternatif Pemecahan Problematika Pengajaran Bahasa Arab
Berdasarkan faktor yang menimbulkan problematika dalam pengajaran Bahasa Arab yang telah dipaparakan sebelumnya, maka Bahasa Arab dengan sendirinya termasuk ke dalam salah satu bahasa yang sulit dipelajari dan dipahami maksudnya. Disamping itu juga bahasa memiliki kekayaan dalam arti atau kekayaan lafadz kadang-kadang satu lafadz mempunyai banyak arti hal-hal semacam ini menimbulkan kesukaran dalam mempelajari bahasa semacam ini menimbulkan kesukaran dalam mempelajari Bahasa Arab. Sehingga pengajaran bahasa arab tersebut belum mendapatkan hasil yang optimal.
Adapun alternatif pemecahan dalam mengatasi problematika tersebut adalah sebagai berikut:
1). Faktor Linguistik
Untuk mengatasi kesulitan yang timbul karena perbedaan antara Bahasa Arab dengan bahasa sehari-hari dalam sistem bunyi, perubahan bentuk kata yang bersifat sima’i (iriguler) struktur kalimat (I’rab) dan kosa kata yang telah diuraikan di atas maka:
a). Perlu metode yang memberi perhatian yang besar pada latihan-latihan pola kalimat/kata secara intensif.
b). Untuk mengatasi kesulitan yang menyangkut I’rab (struktur kalimat) hendaknya guru melatif mematikan sebagaimana besar huruf-huruf akhir kalimat.
c). Perlu penyederhanaan terutama dari segi nahwiyah yang selama ini mengesankan terlalu rumit.
d). Guru memberikan nahwu/qawaid secara berangsur-angsur atau secara insidentil.
e). Perlu mempunyai penilaian tentang kosa kata yang tinggi frekuensinya yang terdapat dalam buku-buku agama.
f). Memilih faktor kalimat Arab yang banyak dipakai (kalimat al-musta’malah) (Sudiputra, 1987 : 114).
2). Faktor Non Linguistik
Untuk mengatasi faktor ini sebaiknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut :
a). Membimbing anak didik kita kearah pengenalan, pengamalan dimana kegiatan belajar itu dapat berlangsung
b). Memberikan kepada anak didik itu kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang memadai.
c). Pada saat mengarahkan pengertian mereka terhadap tujuan (Sudiputra, 1989 : 114).
1). Metode Gramatika Terjemah
Metode ini merupakan gabungan (kombonasi) metode gramatika dan metode terjemahan. Metode gramatika sendiri adalah suatu metode yang pengajarannya menekankan pada penghafalan, Aturan-aturan gramatika dan sejumlah kata-kata tertentu. Adapun metode terjamah adalah suatu metode yang menitik beratkan kepada kegiatan-kegiatan yang berupa menterjemahkan bacaan.
Dalam pengajaran bahasa Arab kombinasi kedua metode tersebut kemudian dikenal dengan “tarikah al-qawa’id wa al-tarjamah”.
2). Metode Langsung
Metode ini dalam bahasa Arab disebut “tariqah mabasyarah”. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pada prinsip nya metode langsug sangat utama dalam pengajaran Bahasa Arab, karena melalui metode ini siswa dapat melatih kemahiran lidah.
3). Metode Membaca
Metode membaca ini adalah metode yang menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamatakan membaca, yaitu guru mula-mula membaca topik-topik bacaan kemudian diikuti oleh siswa.
Metode ini bertujuan untuk mengajarkan kemahiran membaca Bahas Arab dan merasa senang apa yang sedang dibaca, dan dapat menunjukkan kalimat yang baik dan betul ketika menulis, dan dapat memerintahkan untuk memperindah ucapan dalam berbicara.
Metode membaca ini dapat dilakukan dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh memperhatikan bacaan-bacaan gurunya dengan baik setelah itu guru mernunjuk salah satu diantara siswa untuk membacakannya dengan cara bergantian atau bergiliran.
4). Metode Meniru dan Menghafal
Kegiatan belajar mengajar Bahasa Arab, menurut metode ini berupa demonstarasi dan latihan-latihan kata, struktur kalimat, dengan meniru ucapan guru dengan mengikuti guru dengan informan penutur asli.
Cara langkah pengajaran metode ini menurut yang dijelaskan tersebut di atas bahwa pengajaran Bahas Arab adalah sebagai berikut :
“Pertama guru membaca atau mengucapkan kata-kata yang diajarkan dan struktur kalimat satu persatu yang lebih dipilih dan siswa meniru ucapan gurunya, dan satu persatu sampai tiga kali, dan guru dapat beralih pada kata-kata atau struktur kalimat lain, jika dianggap menguasaiaatau letak intonasinya dan seterusnya hingga selesai acara pengajaran” (Yusuf dan anwar, 1995 :174).
Berkaitan dengan hal tersebut Yusuf dan Anwar menambahkan bahwa dalam penyampaiaannya materi dalam metode ini adalah disampaikan secara bertahap. Dalam pengajaran Bahasa Arab dapat dilakukan melalui lima langkah sebagai berikut:
a). Langkah Persiapan
Pada langkah persiapan atau lanagkah pertama ini guru menyiapkan langkah yang menarik yang akan disajikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan penguasaan kemapuan anak didik.
b). Langkah Penyajian Materi
Pada langkah ini guru manyajikan materi, menghidangkan topik-topik yang telah disiapkan sedemikian rupa kepada siswa.
c). Langkah Asosiasi
Pada langkah ini siswa telah memperoleh pengamalan dan pengetahuan seperti kata kerja, kata benda, namun pada saat ini pengetahuan siswa masih terpencar-pencar.
d). Langkah Generalisasi
Pada langkah ini kemampuan dan pengalaman bahasa siswa dapat membaca dan menyusun serta mengasosiasikan pengetahuan tersebut dengan keahliannya sendiri. Namun pada saat ini siswa belum mampu dan belum trampil dan belum berani memperaktekkan yang diperolehnya
e). Langkah Aplikasi
Pada tahap ini dapat mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dan peragakan yang dilakukan oleh siswa dengan merangkaikan kalimat-kalimat dengan membaca, menterjemah, mengarang bebas dan latihan-latihan tertentu.
5). Metode Campuran
Metode camuran yaitu, cara peyajian pelajaran Bahasa Arab di dalam kelas dengan melalui macam-macam kombinasi beberapa metode.
Dalam praktek metode campuran dapat diterapkan oleh seorang guru dalam suatu situasi pengajaran di depan kelas, dengan persiapan yang baik dan kesungguhan dalam mempraktekkan metode ini.
Ada beberapa langkah pengajaran dengan metode ini sebagaimana yang disebutkan oleh Asadullah adalah sebagai berikut:
a). Dalam metode ini guru melalui kegiatannya berupa kegiatan lisan melalui latihan pengucapan, dan cara pengajarannya selalu dalam bentuk percakapan.
b). Guru menuliskan materi pengajaran yang baru didepan papan tulis kemudian diminta kepada siswa untuk menulisnya kembali pada buku tulis yang sudah disiapkan pada siswa sendiri.
c). Kemudian guru mulai membaca dengan suara yang keras diikuti oleh para siswa dengan bacaan keras.
d). Selanjutnya guru menugaskan kepada siswa untuk membaca satu persatu sesuai dengan urutan absensi atau urutan tempat duduk siswa dikelas.
e). Setelah itu guru menjelaskan makna kosakata yang langsung dengan bahasa sasaran (bahasa arab) kalau siswa mendapatkan kesulitan penjelasannya bisa dengan gambar atau alat bantu (media) kalau terpaksa dijelaskan dengan bahasa siswa.
f). Untuk mengetahui kemampuan pemahaman mereka terhadap teks Bahasa Arab yang dimaksud, kemukakan pertanyaan berupa “ asillah isti’ abiyah “. Disini guru menstitusikan tanya jawab seputar materi yang baru dibahas.
g). Baru kemudian guru menunjuk siswa yang paling pandai untukmenterjemahkan dengan bahasa siswa, sekali waktu guru membantu para siswa dalam menterjemah.
h). Terakhir guru mengungkapkan kaedah-kaedah “nahwu” atau bahasa dalam teks yang dibaca, melanjutkan dan menerapkan kaedah-kaedah tersebut dengan menuliskan di papan tulis dan menerangkan dengan keterangan sesuai dengan bahasa siswa (1995: 82-83)
c. Problematika Pengajaran Bahasa Arab
Belajar bahasa Arab, bahasa ibu atau bahasa national pada masa kanak-kanak merupakan proses yang tak bisa dipisahkan. Pada saat anak-anak belum bisa berbicara ia akan menerima dan mendengarkan bahasa itu sedikit demi sedikit, bahkan kata demi kata, dan kalimat demi kalimat. Yang dimaksud dengan belajar bahasa, disini bukan dalam arti secara kulikuler melainkan belajar dengan sekitarnya, mula-mla dari yang dekat dengan ibu, bapak, anak-anak, kemudian dari teman, sampai anak itu memasuki pendidikan formal. Akan tetapi belajar bahasa asing (bahasa Arab) merupakan kepandaian yang khusus tiap tahun ribuan bahkan jutaan yang belajar bahasa asing (bahasa Arab) akan tetapi kemungkinan beberapa orang saja yang mencapai sesuatu belajar itu.
Ada suatu prinsip dalam suatu pembelajaran bahasa asing pada umumya dan bahasa Arab pada khususnya, persamaan antara bahasa ibu/nasional dan bahasa Arab yang dipelajarinya akan menimbulkan kemudahan, sebaliknya perbedaan-perbedaan akan menimbulkan kesukaran-kesukaran.
Selanjutnya proses kemajuan belajar bahasa Arab sangat tergantung pada :
1). Sejauh mana persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu/nasional dengan bahasa yang dipelajari.
2). Sejauh mana bahasa ibu/nasional turut campur terhadap bahasa yang dipelajari.
Problematika pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing memang tidak sedikit mulai persoalan linguistik (ilmu bahasa) sampai persoalan non lingusistik (sosial dan psikologi dan faktor metodologi).
1). Linguistik (Ilmu Bahasa)
Istilah linguistik dipergunakan pada pertengahan abad sembilan belas dan banyak ahli bahasa yang berpendapat umur linguistikpun lebih banyak dari pada pemakaian istilah sendiri. Linguistik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bahasa bagian kebudayaan berdasarkn struktur bahasa tersebut (Parera, 2989:20).
Berbagai problem yang telah dihadapi oleh siswa Indonesia yaitu perbedaan-perbedaan. Perbedaan itulah yang mengalami kesulitan dalam belajar berbahasa.
Menurut Dahlan (1992:34), perbedaan-perbedaan itu antara lain:
a). Sistem bunyi (Ponolog).
b). Tata bahasa (Nahu Shorof).
c). Perbendaharaan kata (Mufradat).
d). Uslub (Susunan Kata).
e). Tulisan (Imla’)
Pada sistem bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid Al-Qur’an yaitu dengan mempelajari makhrijal huruf. Pada tingkat ini hendaknya guru bahasa Arab bersabar untuk melatih siswa berkali-kali mengucapkan huruf-huruf Arab, ada beberapa huruf Arab yang bunyi suaranya nyaring dijumpai dapa huruf lain/dalam bahasa ibu/nasional misalnya Tsa’, Ha’, Kha’, dan lain-lainnya (Dahlan, 1992 : 34).
Dalam sistem tulis, terdapat perbedaan bentuk huruf menurut posisinua: pada posisi awal, tengah dan akhir. Ada sistem sambung menyambung dalam huruf, ada tanda mad dan tasydid.
Dari segi struktur kalimat, bahasa Arab mempunyai beberapa spesifikasi antara lain :
a). Adanya I’rab
b). Banyaknya pemakaian jumlah fi’liah
c). Adanya prinsip mutabaqa (persesuaian) antara kalimat seperti “mubtada” dan khabar antara fi’il dan fa’il, na’at dan ma’nut dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan yang terdapat di atas ternyata menimbulkan kesulitan. Bila tidak diimbangi dengan kemahiran guru dalam mengerjakan akan menimbulkan kesan bahwa bahasa Arab sulit dipelajari, bahkan ada sementara yang menganggap mata pelajaran bahasa Arab sebagai “momok”.
Dengan berbagai masalah yang dihadapi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab tidak sama dengan bahsa-bahasa lain yaitu : bahasa Arab siswa/mahasiswa akan memahami bahasa (tulisan) terlebih dahulu sebelum tulisan itu bacaannya, ini sebabnya karena tulisan bahasa Arab biasanya tidak diberi harakat.
2). Non Linguistik (Psikologi dan Sosiologi)
Sebagai alat untuk menyatakan kehendak, keinginan pendapat dan perasaan, bahasa merupakan fenomena sosial yang paling penting peranannya. Oleh karena itu berhasil tidaknya pengajaran bahasa Arab sedikit banyak tergantung pada pembinaan yang diberikan oleh masyarakat seperti keluarga, teman belajar, guru, lingkungan sekolah, media penerangan seperti radio, TV, majalah dan surat kabar lainnya.
Sekelompok manusia akan terbiasa menggunakan suatu bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus menerus untuk menyampiakan maksud dan tujuan yang ada dalam hatinya, dan dengan siapa ia menggunakan bahasa secara kontinue mempunyai pengaruh terhadap kebiasaan dan keterampilan, dalam meningkatkan bahasa.
d. Alternatif Pemecahan Problematika Pengajaran Bahasa Arab
Berdasarkan faktor yang menimbulkan problematika dalam pengajaran Bahasa Arab yang telah dipaparakan sebelumnya, maka Bahasa Arab dengan sendirinya termasuk ke dalam salah satu bahasa yang sulit dipelajari dan dipahami maksudnya. Disamping itu juga bahasa memiliki kekayaan dalam arti atau kekayaan lafadz kadang-kadang satu lafadz mempunyai banyak arti hal-hal semacam ini menimbulkan kesukaran dalam mempelajari bahasa semacam ini menimbulkan kesukaran dalam mempelajari Bahasa Arab. Sehingga pengajaran bahasa arab tersebut belum mendapatkan hasil yang optimal.
Adapun alternatif pemecahan dalam mengatasi problematika tersebut adalah sebagai berikut:
1). Faktor Linguistik
Untuk mengatasi kesulitan yang timbul karena perbedaan antara Bahasa Arab dengan bahasa sehari-hari dalam sistem bunyi, perubahan bentuk kata yang bersifat sima’i (iriguler) struktur kalimat (I’rab) dan kosa kata yang telah diuraikan di atas maka:
a). Perlu metode yang memberi perhatian yang besar pada latihan-latihan pola kalimat/kata secara intensif.
b). Untuk mengatasi kesulitan yang menyangkut I’rab (struktur kalimat) hendaknya guru melatif mematikan sebagaimana besar huruf-huruf akhir kalimat.
c). Perlu penyederhanaan terutama dari segi nahwiyah yang selama ini mengesankan terlalu rumit.
d). Guru memberikan nahwu/qawaid secara berangsur-angsur atau secara insidentil.
e). Perlu mempunyai penilaian tentang kosa kata yang tinggi frekuensinya yang terdapat dalam buku-buku agama.
f). Memilih faktor kalimat Arab yang banyak dipakai (kalimat al-musta’malah) (Sudiputra, 1987 : 114).
2). Faktor Non Linguistik
Untuk mengatasi faktor ini sebaiknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut :
a). Membimbing anak didik kita kearah pengenalan, pengamalan dimana kegiatan belajar itu dapat berlangsung
b). Memberikan kepada anak didik itu kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang memadai.
c). Pada saat mengarahkan pengertian mereka terhadap tujuan (Sudiputra, 1989 : 114).