Pembacaan kitab-kitab maulid nabi
Muhammad Saw, seperti maulid Ad-Dhiba’i, maulid Al-Barzanji, maulid
Simtuddhurar, maulid Adh-Dhiya’ullaami’, dll. telah menjadi kegiatan
rutin mayoritas umat Islam Ahlussunnah di seluruh penjuru dunia.
Dan kegiatan ini lebih semarak di bulan
Rabi’ul awwal, bulan dimana nabi Muhammad Saw. dilahirkan. Namun ada
sebagian kecil umat Islam yang menganggap bahwa kegiatan maulid ini
bid’ah yang sesat, karena tidak dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Ketahuilah bahwa tidak semua yang tidak
dilakukan oleh nabi itu dilarang. Yang dilarang adalah apabila kegiatan
itu selaras dengan kaidah-kaidah hukum haram, yaitu yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Akan tetapi apabila kegiatan itu selaras
dengan kaidah-kaidah hukum sunnah atau mubah, maka kegiatan itu boleh
dilakukan karena tidak bertentangn dengan ajaran agama Islam.
Bahkan bisa jadi yang tidak ada di zaman
nabi itu termasuk perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan, karena di
dalamnya mengandung pengamalan perintah-perintah Allah dan sunnah-sunnah
Rasulillah Saw.
Di akhir pembacaan kitab-kitab maulid,
sebelum doa dibacakan semua jama’ah berdiri untuk membaca qasidah
(syair-syair pujian kepada baginda nabi Muhammad Saw.) dengan dipimpin
oleh salah seorang anggota jama’ah yang memiliki suara paling bagus.
Dengan harapan agar makna yang terkandung di daam qasidah itu bisa
diresapi, hingga membekas di dalam hati. Banyak air mata-air mata yang
tumpah ketika acara mahallul qiyam sedang berlangsung.
Hal ini karena kekhusu’an, ketenangan,
kedamaian, dan kenyamanan yang mereka rasakan, seakan-akan menyambut
kedatangan baginda Rasulullah Saw.
Timbul pertanyaan dibenak kita, siapakah yang bertama kali melakukanmahallul qiyaam pada acara pembacaan kitab maulid?. Ia adalah Tajuddin As-Subki, seorang ulama ahli hadis yang telah mencapai derajat hujjatul islaam(orang
yang telah hafal lebih dari tiga ratus ribu hadis, dengan seluruh sanad
dan matannya). Beliau adalah guru yang yang sangat alim dan terkenal di
zamannya di seluruh penjuru dunia. Beliau memiliki banyak murid yang
kebanyakan mereka telah mencapai derajat huffaazh (orang yang telah hafal lebih dari seratus ribu hadis, lengkap dengan sanad dan matannya).
Pada suatu hari beliau mengajak
murid-muridnya dan beberapa ulama teman-teman beliau untuk mengadakan
pembacaan qasidah. Ketika qasidah sedang dibacakan, tiba-tiba Syaikh
Tajuddin As-Subki memegang tongkatnya dan berdiri. Ketika beliau berdiri
seluruh jama’ah ikut berdiri.
Ketika berdiri itulah mereka merasakan
kedamaian, kenyamanan, dan kekhusyuan yang dahsyat. Air mata mereka
mengalir merindukan nabi Muhammad Saw.
Jadi, yang pertama kali melakukan mahallul qiyaam
adalah ulama besar, Hujjatul Islaam Syaikh Tajuddin As-Subki. Beliau
adalah ulama yang sederajat dengan Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Hajar
Al-Asqalani, dan imam-imam besar yang lain. Semoga kita semua dijaga
oleh Allah dari pendapat-pendapat yang tidak benar yang akan
menggoyahkan hati dan pikiran kita, sehingga kita tetapi istiqamah untuk
mengikuti jejak para ulama salafusshalih, pewaris para nabi.
Amiin ya Rabbal ‘aalamiin.
Sumber : embunhati.com, https://fahmialinh.wordpress.com/2015/08/18/asal-mula-dan-sejarah-mahallul-qiyaam-berdiri-di-dalam-acara-pembacaan-maulid/