Pasareyan Hastana Kitha Ageng adalah
sebutan untuk pemakaman Kerajaan Mataram Islam yang berada di sebelah
barat Masjid Agung Mataram, dan dibangun bersamaan dengan selesainya
pembangunan masjid, yaitu tahun 1511 Saka = 1589 M. Hastana Kitha Ageng
adalah pemakaman kerajaan yang pertama dibangun oleh dinasti
Mataram-Islam. Pembangunan pemakaman kerajaan ini dilaksanakan atas
perintah Panembahan Senapati, dan dilakukan secara bertahap bahkan
sesudah Panembahan Senapati meninggal pun masih terus dilanjutkan.
Tampaknya sebelum Panembahan Senapati memerintahkan pembangunan
pemakaman itu, sudah ada beberapa tokoh yang dimakamkan di tempat
tersebut, di antaranya Ki Ageng Pemanahan, ayahanda Panembahan Senapati.
Setelah meninggal, Panembahan Senapati dimakamkan di sebelah barat
makam Ki Ageng Pemanahan sesuai dengan wasiatnya.
Seperti halnya Masjid Agung Mataram,
pemakaman kerajaan ini juga dikelola Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan
Surakarta secara bersama-sama. Oleh karena itu, kepada peziarah
dikenakan tata cara adat dalam hal berpakaian dan hari ziarah. Pakaian
yang harus dikenakan adalah pakaian Jawa untuk menghadap raja tanpa
mengenakan perhiasan, sedangkan hari ziarah adalah hari Senin dan
Jum’at. Secara umum, pemakaman ini terdiri atas dua unsur yaitu makam
dan sendang (kolam) di sebelah barat daya. Adapun pintu masuk ke
pemakaman berada di selatan halaman masjid. Pemakaman kerajaan ini
mempunyai pagar keliling dari batu padas dan bata, serta terdiri atas
tiga bagian/halaman. Halaman pertama berdenah segi empat seluas 27,5 x
30 m. Pada halaman ini terdapat sebuah bangsal tempat para abdi dalem
berjaga dan mengurus administrasi peziarah. Halaman pertama ini bersifat
profan, karena bersifat terbuka, dan peziarah dapat mengenakan pakaian
sehari-hari.
Di halaman berikutnya yaitu halaman kedua
yang juga berdenah segi empat terdapat empat buah bangunan yang
biasanya dipakai peziarah untuk berganti pakaian, dan untuk menunggu
giliran berziarah. Untuk masuk ke halaman kedua ini orang harus melalui
sebuah gapura paduraksa berdaun pintu dari kayu. Halaman kedua ini
tampak sudah bersifat semiprofan, karena peziarah sudah harus melepas
alas kaki.
Halaman ketiga merupakan halaman utama
yang dianggap paling sakral, karena di dalamnya terdapat makam-makam
para pembentuk dinasti Mataram Islam, raja-raja masa awal Kerajaan
Mataram Islam, beberapa raja masa berikutnya, beserta kaum kerabat
mereka. Seluruhnya ada 627 makam. Makam-makam yang tertua dilindungi
oleh suatu cungkup besar yang terdiri atas tiga bagian. Makam ini dan
bagian belakang masjid pernah mengalami kebakaran hebat yang merusakkan
bangunan-bangunan makam. Renovasi kemudian dilakukan atas perintah Sunan
Paku Buwana X, dengan menggunakan bahan bangunan dan gaya arsitektur
zaman itu.
Tokoh-tokoh yang dimakamkan di dalam
cungkup besar di antaranya adalah: Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Martani,
Nyi Ageng Nis, Panembahan Senapati, Panembahan Seda ing Krapyak, Sultan
Hamengku Buwana II, dan empat Adipati Paku Alam. Menarik perhatian
adalah makam Ki Ageng Mangir, yaitu salah seorang menantu sekaligus
musuh Panembahan Senapati. Makam Ki Ageng Mangir ini separoh berada di
dalam cungkup dan separoh berada di luar cungkup, sesuai dengan
statusnya. Di samping itu juga terdapat banyak makam yang tidak dinaungi
cungkup. Pemakaman ini sekarang sudah tertutup, dalam arti tidak ada
lagi makam baru.
Sumber : kebudayaanindonesia.net , https://fahmialinh.wordpress.com/2015/10/24/hastana-kitha-ageng-pemakaman-kerajaan-yang-pertama-dibangun-oleh-dinasti-mataram-islam/