Glossarium seni budaya L-M


Legenda
Adalah dongeng tentang asal mula suatu gejala alam atau bentuk keindahan alam. Lihat dongeng.

Lelucon
Karangan singkat yang khusus menceritakan sesuatu yang lucu agar orang tertawa (terhibur).

Lenong
Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua bentuk Lenong; Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan Lenong Denes (yang lakonnya tentang raja-raja dan pangeran), sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya. Pertunjukan lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat jelata), seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya, dimainkan semalam suntuk.
Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan. Bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki, lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung, oleh SM. Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu pertunjukannya diperpendek menjadi satu atau duasetengah jam saja. Teater tradisional Betawi yang lain; Topeng Betawi, Topeng Blantek dan Jipeng (Jinong).
Lenong menggunakan musik Gambang Kromong.
Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng Akar
Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang
Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.

Longser
Salah satu teater tradisional di Jawa Barat disebut Longser. Ada yang berpendapat, bahwa kata Longser berasal dari kata Melong (melihat) dan seredet (tergugah). Diartikan bahwa siapa yang melihat (menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah. Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang lain, tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan menghibur. Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.

Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional Jawa Timur yang bersifat kerakyatan. Asal-muasalnya dari Jombang. Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah-daerah di sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa Tengah. Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki-laki. Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan di dalam Ludruk pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, yang membuat Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang. Begini bunyi parikan itu:
“Pagupon omahe doro
melok Nipon tambah soro”.
Yang artinya, kira-kira begini: (Pagupon rumahnya burung dara ikut Nipon (Jepang) tambah sengsara).

Mamanda
Teater Tradisional Mamanda berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan Bangsawan Malaka ke Banjarmasin, yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek. Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan ini mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan berkembang lagi menjadi Bamanda atau mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata “mama” berarti paman atau pakcik dan “nda” berarti “yang terhormat”. Mamanda berarti “Paman yang terhormat”. Struktur dan perwatakan pada tontonan Mamanda sampai sekarang tidak berubah. Yang berubah hanyalah tata busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.

Makyong
Teater tradisional makyong berasal dari pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian dimainkan ceritacerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana-istana. Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan.
Tidak seperti tontonan teater tradisional yang lain, dimana umumnya dimainkan oleh laki-laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki-laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain wanita tidak memakai topeng.
Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Marcelino Acana JR
Penulis lakon “Mentang-mentang dari New York”. Berasal dari Filipina.

Moliere
Sebagaimana Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang dan mementaskan karya-karyanya sendiri, sekaligus menjadi pemeran utamanya. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya: Si Bakhil, Dokter Gadungan, Akal Bulus Scapin, dll.

Sumber : buku k13 seni budaya kelas xi