Teater
seperti yang kita kenal sekarang ini, berasal dari zaman Yunani purba.
Pengetahuan kita tentang teater bisa dikaji melalui peninggalan arkeologi dan
catatan-catatan sejarah pada zaman itu yang berasal dari lukisan dinding,
dekorasi, artefak, dan hieroglif.
Dari
peninggalan-peninggalan itu tergambar adegan perburuan, perubahan musim, siklus
hidup, dan cerita tentang persembahan kepada para dewa. Sekitar tahun 600 SM,
bangsa Yunani purba melangsungkan upacara-upacara agama, mengadakan festival
tari dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysius yakni dewa anggur dan
kesuburan. Kemudian mereka menyelenggarakan sayembara drama untuk menghormati
dewa Dionysius itu.
Menurut
berita tertua, sayembara semacam itu diadakan pada tahun 534 SM di Athena.
Pemenangnya yang pertamakali bernama Thespis, seorang aktor dan pengarang
tragedi. Nama Thespis dilegendakan oleh bangsa Yunani, sehingga sampai sekarang
orang menyebut aktor sebagai Thespian.
1.
Teater Yunani Kuno
Di
zaman Yunani kuno, sekitar tahun 534 SM, terdapat tiga bentuk drama; tragedi
(drama yang menggambarkan kejatuhan sang pahlawan, dikarenakan oleh nasib dan
kehendak dewa, sehingga menimbulkan belas dan ngeri), komedi (drama yang mengejek
atau menyindir orang-orang yang berkuasa, tentang kesombongan dan kebodohan
mereka), dan satyr (drama yang
menggambarkan tindakan tragedi dan mengolok-olok nasib karakter tragedi).
Tokoh
drama tragedi yang sangat terkenal adalah; Aeschylus (525 – 456 SM), Sophocles
(496 – 406 SM),dan Euripides (480 – 406 SM). Dan tokoh drama komedi bernama;
Aristophanes (446 – 386 SM). Beberapa dari karya mereka masih tersimpan hingga sekarang.
Dan sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Di
antaranya; Prometheus Bound (Belenggu
Prometheus) karya Aeschylus, Oedipus Rex,
Oedipus Di Colonus, dan Antigone,
karya Sophocles. Terjemahan Rendra, Hippolytus karya
Euripides dan Lysistrata, karya
Aristophanes. Terjemahan Rendra. Dramadrama ini dibahas oleh Aristoteles dalam
karyanya yang berjudul Poetic.
2.
Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th. 1700 M)
Kejayaan
teater di zaman Yunani kuno lahir kembali di zaman Renaissance. Di Inggris
muncul dramawan-dramawan besar. Dan yang paling terkenal hingga sekarang adalah
Williams Shakespeare (1564 – 1616). Beberapa karyanya
diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo, di antaranya; Romeo
& Juliet, Hamlet,
Machbeth, Prahara,
dll.
3.
Teater Zaman Renaisance Di Perancins (th. 1500 M – th. 1700 M)
Bangsa
Perancis juga mengambil hikmah dari kejayaan teater Yunani kuno. Mereka
menamakannya sebagai “neo klasik”. Artinya
klasik baru. Di mana mereka telah memberi jiwa baru kepada gaya klasik Yunani
kuno. Yaitu gaya yang lebih halus, anggun dan mewah. Di zaman itu muncullah Moliere
(1622
M
– 1673 M).
Sebagaimana
Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang dan mementaskan karya-karyanya
sendiri, sekaligus menjadi pemeran utamanya. Beberapa karyanya sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya: Si
Bakhil, Dokter Gadungan,
Akal Bulus Scapin, dll.
4.
Commedia Del ‘Arte Di Italia
Adalah
bentuk teater rakyat Italia abad ke enambelas, yang berkembang di luar
lingkungan istana. Drama ini dipertunjukkan di lapangan kota dalam
panggung-panggung yang sederhana.
Berdasarkan
pada naskah yang berisi garis besar plot saja. Pelaku-pelakunya mengenakan
topeng. Percakapan berlangsung spontan dan tanpa persiapan, diselingi nyanyian
dan tarian yang bersifat menyindir. Teater rakyat tersebut memberi jalan ke
arah timbulnya peran-peran pantomim tradisional (seperti Haelequin, Columbine).
Ikut sertanya pemain-pemain wanita membuat Commedia Del ‘arte terkesan lebih
luwes.