*Balaslah Keburukan Dengan Kebaikan*
{Kisah Al Imam Al Alim Al Allamah Al Arifbillah Al Habib Musayeikh bin Abdullah bin Ali bin Al Imam Al Quthb Abu Bakar As-Sakran}
================
{Kisah Al Imam Al Alim Al Allamah Al Arifbillah Al Habib Musayeikh bin Abdullah bin Ali bin Al Imam Al Quthb Abu Bakar As-Sakran}
================
[Idfa’ bil-lati hiya ahsan …] #QS. al-Mukminun [23]: 96
“Apabila datang keburukan menimpa dirimu, maka tolaklah keburukan itu dengan (cara, ucapan, perbuatan dan sikap) yang lebih baik.”
Dahulu ada seorang Saadah Ba Alwi yang bernama Alhabib Musayeikh ibn Abdullah ibn Syeikh Ali ibn Abi Bakar As-Sakrn. Beliau (Alhabib Musayeikh), di Tarim. Beliau memiliki “sighayah” (yaitu, seperti bangunan tempat air untuk para musafir).
Para musafir pun bisa singgah sejenak untuk meminum airnya, mengambil airnya atau untuk mengisi perbekalan perjalanannya nanti dipadang pasir nan luas.
Walhasil, suatu ketika datanglah seorang musafir menemui Alhabib Musayeikh. Kata Alhabib Musayeikh, “Gimana mampir gak ketempat minumnya saya, minum gak disitu?!” Lalu kata Si Musafir itu, “Saya mau minum Habib, cuma yang saya dapati banyak kotoran kambingnya?!”
Mendengar hal ini, Alhabib Musayeikh terheran-heran, “Lha kok bisa banyak kotoran kambing ya?!” Akhirnya beliau pun menyuruh pembantunnya untuk membersihkan bangunan tempat airnya tersebut. Setelah dibersihkan, diwangikan, diisi lagi dengan air yang baru.
Di sore harinya, datanglah lagi Si Musafir itu menemui Alhabib Musayeikh. Kata Habib Musayeikh, “Gimana sudah bersihkan?!” Lalu Si Musafir menjawab, “Masih banyak kotoran kambingnya?!” Lalu Alhabib Musayeikh berkata, “Waah, kalau sudah begini pasti ada yang usil, ada yang ngejahatin, siapa yah ini?!” Akhirnya Alhabib berkata kepada Si Pembantu, “Ya sudah kita bersihkan lagi saja, nanti malam ente tunggu disitu lihat apa yang terjadi tapi jangan bertindak apa pun jika ada orang yang ngejahatin, ada orang yang ngotorin, lihat saja siapa orangnya, kasih tau saya tapi jangan bertindak, diam-diam saja?!
Setelah dibersihkan tempat airnya itu, di malam harinya Si Pembantu datang menunggu tempat airnya tersebut, sambil mengintip dari kejahuan kira-kira siapa pelakunya.
Singkat cerita, datanglah seseorang membawa kotoran kambing lalu ia mengotori sighayah/ tempat air milik Alhabib Musayeikh.
Kemudian, dipagi harinya Si Pembantu itu melapor kejadian tersebut kepada Alhabib Musayeikh. Kata Si Pembantu, “Ya Habib, saya sudah tau siapa pelakunya yang mengotori tempat air milik antum?! Saya melihatnya dan saya tidak bertindak apa pun seperti perintah antum waktu itu?!” Lalu Alhabib Musayeikh berkata, “Siapa pelakunya?!” Si Pembantu menjawab, “Pelakunya, antum punya misanan ya Habib?!”
Mendengar hal ini Alhabib Musayeikh hanya berkata, “Ooo misanan saya, ya sudah, kholash, tutup mulut jangan bilang ke siapa-siapa?!”.
Kemudian di keesokan harinya, Alhabib Musayeikh berkata kepada anak-anaknya, “Ta’aal ya Auladi, sudah berapa lama ente ini tidak menjenguk saudara misanan saya Fulan bin Fulan?! Kapan ente terakhir menjenguknya, menziarahinya, kapan ente terakhir mengirim makanan, kapan ente terakhir membawakan hadiah?! Kapan?! Kapan?! Sudah berapa lama?! Sekarang ini, kita harus menyambung silaturahim. Datengin, kunjungin dia, Fulan bin Fulan, sambung jangan putus?!
Akhirnya, disambunglah tali silaturahim kepada saudara misanan Alhabib Musayeikh tersebut. Dibawakanlah makanan, diberikan hadiah dan lain-lain sebagainya.
Lalu Alhabib Musayeikh berkata lagi kepada pembantunya, “Ini malam coba ente lihat lagi ditempat air milik saya, apa yang terjadi disana?!” Begitu malam harinya, Si Pembantu melihat datanglah orang yang sama (yang waktu itu mengotori) membawa alat kebersihan, lalu dia-lah yang membersihkan sighayah atau tempat air milik Alhabib Musayiekh tersebut.
“Apabila datang keburukan menimpa dirimu, maka tolaklah keburukan itu dengan (cara, ucapan, perbuatan dan sikap) yang lebih baik.”
Dahulu ada seorang Saadah Ba Alwi yang bernama Alhabib Musayeikh ibn Abdullah ibn Syeikh Ali ibn Abi Bakar As-Sakrn. Beliau (Alhabib Musayeikh), di Tarim. Beliau memiliki “sighayah” (yaitu, seperti bangunan tempat air untuk para musafir).
Para musafir pun bisa singgah sejenak untuk meminum airnya, mengambil airnya atau untuk mengisi perbekalan perjalanannya nanti dipadang pasir nan luas.
Walhasil, suatu ketika datanglah seorang musafir menemui Alhabib Musayeikh. Kata Alhabib Musayeikh, “Gimana mampir gak ketempat minumnya saya, minum gak disitu?!” Lalu kata Si Musafir itu, “Saya mau minum Habib, cuma yang saya dapati banyak kotoran kambingnya?!”
Mendengar hal ini, Alhabib Musayeikh terheran-heran, “Lha kok bisa banyak kotoran kambing ya?!” Akhirnya beliau pun menyuruh pembantunnya untuk membersihkan bangunan tempat airnya tersebut. Setelah dibersihkan, diwangikan, diisi lagi dengan air yang baru.
Di sore harinya, datanglah lagi Si Musafir itu menemui Alhabib Musayeikh. Kata Habib Musayeikh, “Gimana sudah bersihkan?!” Lalu Si Musafir menjawab, “Masih banyak kotoran kambingnya?!” Lalu Alhabib Musayeikh berkata, “Waah, kalau sudah begini pasti ada yang usil, ada yang ngejahatin, siapa yah ini?!” Akhirnya Alhabib berkata kepada Si Pembantu, “Ya sudah kita bersihkan lagi saja, nanti malam ente tunggu disitu lihat apa yang terjadi tapi jangan bertindak apa pun jika ada orang yang ngejahatin, ada orang yang ngotorin, lihat saja siapa orangnya, kasih tau saya tapi jangan bertindak, diam-diam saja?!
Setelah dibersihkan tempat airnya itu, di malam harinya Si Pembantu datang menunggu tempat airnya tersebut, sambil mengintip dari kejahuan kira-kira siapa pelakunya.
Singkat cerita, datanglah seseorang membawa kotoran kambing lalu ia mengotori sighayah/ tempat air milik Alhabib Musayeikh.
Kemudian, dipagi harinya Si Pembantu itu melapor kejadian tersebut kepada Alhabib Musayeikh. Kata Si Pembantu, “Ya Habib, saya sudah tau siapa pelakunya yang mengotori tempat air milik antum?! Saya melihatnya dan saya tidak bertindak apa pun seperti perintah antum waktu itu?!” Lalu Alhabib Musayeikh berkata, “Siapa pelakunya?!” Si Pembantu menjawab, “Pelakunya, antum punya misanan ya Habib?!”
Mendengar hal ini Alhabib Musayeikh hanya berkata, “Ooo misanan saya, ya sudah, kholash, tutup mulut jangan bilang ke siapa-siapa?!”.
Kemudian di keesokan harinya, Alhabib Musayeikh berkata kepada anak-anaknya, “Ta’aal ya Auladi, sudah berapa lama ente ini tidak menjenguk saudara misanan saya Fulan bin Fulan?! Kapan ente terakhir menjenguknya, menziarahinya, kapan ente terakhir mengirim makanan, kapan ente terakhir membawakan hadiah?! Kapan?! Kapan?! Sudah berapa lama?! Sekarang ini, kita harus menyambung silaturahim. Datengin, kunjungin dia, Fulan bin Fulan, sambung jangan putus?!
Akhirnya, disambunglah tali silaturahim kepada saudara misanan Alhabib Musayeikh tersebut. Dibawakanlah makanan, diberikan hadiah dan lain-lain sebagainya.
Lalu Alhabib Musayeikh berkata lagi kepada pembantunya, “Ini malam coba ente lihat lagi ditempat air milik saya, apa yang terjadi disana?!” Begitu malam harinya, Si Pembantu melihat datanglah orang yang sama (yang waktu itu mengotori) membawa alat kebersihan, lalu dia-lah yang membersihkan sighayah atau tempat air milik Alhabib Musayiekh tersebut.