Perbedaan derajat dari sinar matahari yang menyinari bumi pada daerah ekuator dan daerah kutub menyebabkan perbedaan panas di antara daerah tersebut; bersama dengan rotasi bumi, menciptakan aliran udara yang disebut angin. Kita dapat menangkap bentuk tidak langsung dari energi matahari ini dengan turbin angin yang dapat mengubahnya menjadi energi listrik. Akhir-akhir ini, pembangkit listrik tenaga angin menjadi sumber energi dunia terbesar kedua setelah panel surya.
Ada dua jenis pembangkit listrik tenaga angin yang saat ini dikembangkan, yaitu: pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan dan yang dibangun di pantai seperti yang tampak pada Gambar 9.8.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang Dibangun di Lautan Pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan harus terletak di daerah yang jauh dan sedikit populasi penduduk. Meskipun pembangkit yang dibangun di pantai membutuhkan biaya yang lebih besar, tetapi pembangkit ini memiliki potensi yang besar. Hal ini disebabkan angin akan bergerak lebih cepat di pantai, lebih kuat, dan lebih stabil daripada angin yang bergerak di daratan, selain itu suara yang ditimbulkan dapat diredam dengan adanya suara ombak.
Tidak seperti minyak dan batubara, angin tersebar luas dan tidak pernah habis, dan pembangkit listrik tenaga angin sangatlah bebas polusi. Pembangkit listrik ini dapat dibangun dalam waktu 9-12 bulan dan dapat dikembangkan lebih besar lagi jika diperlukan. Pembangkit listrik tenaga angin merupakan cara paling murah untuk menghasilkan listrik. Jika teknologi ini diterapkan di Indonesia diperkirakan Indonesia tidak akan kekurangan listrik, bahkan listrik di Indonesia akan berlebih.
Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan ketika membangun pembangkit listrik tenaga angin di suatu daerah di antaranya adalah keberadaan angin yang harus cukup besar dan stabil.
Coba kamu pikirkan, daerah manakah di daerah perkotaan yang padat penduduk dan daerah yang jarang penduduk yang membutuhkan banyak pasokan listirk? Daerah padat penduduk lebih banyak membutuhkan pasokan listrik, sedangkan pembangkit listrik tenaga angin harus dibangun di tempat yang jarang penduduknya. Oleh karena itu, pendistribusian listrik yang dihasilkan tidaklah mudah dan murah.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan di negara kita sehingga belum ada pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun dalam skala besar.
Meskipun demikian, di Indonesia sudah mulai mencoba membangun pembangkit listrik tenaga angin, misalnya di Nusa Penida, yaitu suatu pulau kecil di selatan pulau Bali dan juga di Nusa Tenggara Timur.
Setelah mengetahui beberapa kendala dalam penerapan pembangkit listrik tenaga angin bukan berarti kita tidak dapat mencoba menerapkannya di Indonesia. Hal tersebut bukanlah alasan bagi kita untuk tidak berusaha mencoba teknologi tenaga angin ini, justru sebagai anak bangsa kita harus terus berupaya melakukan inovasi dalam mengembangkan teknologi baru agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Coba perhatikan daerah tempat tinggalmu, apabila daerahmu merupakan tempat yang memiliki angin yang cukup besar dan stabil mungkin saja suatu saat nanti kamu dapat membangun pembangkit listrik tenaga angin untuk mencukupi kebutuhan listrik di daerahmu secara mandiri.
Sumber : Buku k 13 Ilmu Pengetahuan Alam kelas IX
Ada dua jenis pembangkit listrik tenaga angin yang saat ini dikembangkan, yaitu: pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan dan yang dibangun di pantai seperti yang tampak pada Gambar 9.8.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang Dibangun di Lautan Pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan harus terletak di daerah yang jauh dan sedikit populasi penduduk. Meskipun pembangkit yang dibangun di pantai membutuhkan biaya yang lebih besar, tetapi pembangkit ini memiliki potensi yang besar. Hal ini disebabkan angin akan bergerak lebih cepat di pantai, lebih kuat, dan lebih stabil daripada angin yang bergerak di daratan, selain itu suara yang ditimbulkan dapat diredam dengan adanya suara ombak.
Tidak seperti minyak dan batubara, angin tersebar luas dan tidak pernah habis, dan pembangkit listrik tenaga angin sangatlah bebas polusi. Pembangkit listrik ini dapat dibangun dalam waktu 9-12 bulan dan dapat dikembangkan lebih besar lagi jika diperlukan. Pembangkit listrik tenaga angin merupakan cara paling murah untuk menghasilkan listrik. Jika teknologi ini diterapkan di Indonesia diperkirakan Indonesia tidak akan kekurangan listrik, bahkan listrik di Indonesia akan berlebih.
Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan ketika membangun pembangkit listrik tenaga angin di suatu daerah di antaranya adalah keberadaan angin yang harus cukup besar dan stabil.
Coba kamu pikirkan, daerah manakah di daerah perkotaan yang padat penduduk dan daerah yang jarang penduduk yang membutuhkan banyak pasokan listirk? Daerah padat penduduk lebih banyak membutuhkan pasokan listrik, sedangkan pembangkit listrik tenaga angin harus dibangun di tempat yang jarang penduduknya. Oleh karena itu, pendistribusian listrik yang dihasilkan tidaklah mudah dan murah.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan di negara kita sehingga belum ada pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun dalam skala besar.
Meskipun demikian, di Indonesia sudah mulai mencoba membangun pembangkit listrik tenaga angin, misalnya di Nusa Penida, yaitu suatu pulau kecil di selatan pulau Bali dan juga di Nusa Tenggara Timur.
Setelah mengetahui beberapa kendala dalam penerapan pembangkit listrik tenaga angin bukan berarti kita tidak dapat mencoba menerapkannya di Indonesia. Hal tersebut bukanlah alasan bagi kita untuk tidak berusaha mencoba teknologi tenaga angin ini, justru sebagai anak bangsa kita harus terus berupaya melakukan inovasi dalam mengembangkan teknologi baru agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Coba perhatikan daerah tempat tinggalmu, apabila daerahmu merupakan tempat yang memiliki angin yang cukup besar dan stabil mungkin saja suatu saat nanti kamu dapat membangun pembangkit listrik tenaga angin untuk mencukupi kebutuhan listrik di daerahmu secara mandiri.
Sumber : Buku k 13 Ilmu Pengetahuan Alam kelas IX