Makna Sholawat

Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
Senin, 25 April 2016
Habib Ja’far Bin Baghir Alathos

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Mari kita baca niat dari pada belajar mengajar Alhabib Abdullah Bin Alwi Al Haddad :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين
والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا

ونور قلوبنا محمد وعلى آله وصحبهأجمعين

 

Hadirin hadirot Rahimakumullah, wabil Khusus Guru-guru  kita Alhabib Muhammad Albaghir Bin Alwi Bin Yahya, K.H. Khairullah dan Habib Husein Buftein dan K.H. Abdussalam dan para tokoh masyarakat dan para asyatidzah yang hadir bersama kita semuanya yang laki/perempuan, yang tua/muda, yang kita niatkan didalam hati kita yang kita niatkan didalam sanubari kita, dalam kerabat kita, dalam keluarga kita, family kita, tetangga kita, umat Nabi Besar Muhammad SAW dimanapun berada yang mudah-mudahan dipenghujung daripada bulan Rajab ini Allah SWT berikan Limpah ruah keberkahannya yang berlipat-lipat dari sebelumnya, hidayah yang berlimpah ruah, taufiq yang berlimpah ruah, rahmat Allah SWT yang berlimpah ruah untuk kita semuanya dan untuk yang mendengarkan daripada website streaming www.majelisrasulullah.org maupun yang menonton dari tv Nabawi semuanya, kita minta sama Allah SWT agar tercurah yang terbesar yang terindah untuk kita semuanya (aammiiinn yaa Robbal’alamiinn).
Bacaan kita didalam kitab Safinnatunnajah kemarin masuk didalam bacaan “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”, kemarin kita kutip baru 2 dari pada hukum hamdallah yang pertama hukumnya wajib yang kedua hukumnya sunnah, yang ketiga hukumnya makruh dan yang keempat hukumnya Haram. Sama seperti Basmallah dalam hal yang makruh apa saja? Baik itu cabut uban, memakan makanan yang berbau dimulut dan melakukan hal-hal yang makruh lainnya kalau kita membaca Alhamdulillah maka Hamdallah  itu di makruhkan oleh para ulama, begitu juga pada hukum yang haram, apabila kita melakukan hal-hal yang haram maka hukum membaca Hamdallah tersebutpun juga Haram. Bahkan sudah dikatakan bahwa hukum bacaan kalau kita sengaja, kita tau hukumnya harom kita baca juga maka kata sebagian ulama mengatakan kita Kufur terhadap Allah SWT, keluar kita dari agama Allah SWT dan wajib kita untuk bersyahadat lagi, kalau tau kita hukumnya dan dengan sengaja memperolok-olok Allah SWT, karena disitu ada mempermainkan mengolok-olok Allah SWT dengan kita mengucapkan Alhamdulillah (نعوذ بالله من ذلك).

Kita teruskan didalam :

وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

“Kepada Allah kita memohon pertolongan atas segala urusan dunia dan agama”
Minta pertolongan sama Allah SWT sampai hebatnya Allah SWT menginginkan kita untuk selalu minta pertolongan kepada Allah SWT paling tidak kita didalam setiap sholat kita membaca surat Al Fatihah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

 “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”.

Begitu juga para ulama meminta pertolongan didalam setiap karangan-karangan mereka dengan mengatakan “وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ”kalau didahului dengan kata Jar “بِهِ” (Bihi) berarti “dengan hanyalah kepadanya kami minta pertolongan” maknanya “lil Ikhtishosh” kata ulama kalau kata Jar Majrur didahului dengan kata Fi’ilnya maka maknanya “Ikhtishosh” penghususan. “Hanyalah kepadanya kita minta pertolongan”, “عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ” atas segala urusan dunia dan agama. Dunia bisa diartikan dari kata “Dana’ah” (hinaa Kotor) atau dari kata “ Dani’ ”(rendah, kecil, sedikit) itu dunia! Karena yang paling hakiki yang paling kekal yang paling besar yang paling banyak adalah Rahmatnya Allah SWT diakhirat Nanti. Adapun dunia adalah sedikit, sebentar, kotor, penuh dengan penghinaan diri, orang cari dunia kalau hanya untuk dunia saja, Lihat! Dia mempermalukan dirinya buang-buang waktunya padahal yang didapatkan belum tentu sesuai dengan apa yang dia inginkan. Makanya kemarin kita didalam majelis kita kata Al Habib Abdullah Al Haddad didalam kitab Al Hikam mengutarakan :
Ajaaban liman yatluubuddunya wa huwaa ala tafsiliha ala wahmin, waminal intifa’i bihaa ala syakim wa minal huruj minha ala yaqin
“Heran orang yang mencari dunia , sedangkan dia dari mendapatkan dunia tersebut hanya perasangka dia saja (contoh: kalau aku keluar saat ini kalau aku kerja saat ini, melakukan aktifitas ini aku bejalan dari rumah, dll) masih dalam khayalan, untuk mendapatkan apapun dunia terbagi menjadi dua yaitu “Al Mal” yaitu Harta dan “Al Jah” yaitu Jabatan. Untuk mencari keduanya ini masih dalam khayalan kata Habib Abdullah Alhaddad. Dan untuk menggunakannya kepada hal yang bermanfaat diatas keraguan (memang pertamanya kita dibisikkin sama syaiton “sudah, cari dunia habis-habiskan waktu dan masih muda juga masih kuat, cari dunia sebanyak-banyaknya, nanti kalau sudah tua tidak bisa cari dunia susah. Nanti kalau sudah dapet dunia gampang mau sedekah gampang, mau infaq gampang”. padahal nanti ketika dapat untuk menggunakan kepada hal-hal yang bermanfaat Ragu. Di bisikkin lagi sama syaiton “udah cape ente cari dunia, ente keluar dari pagi udah habis-habisan ente buang-buang begitu saja? Ente sedekahin sama orang? Kasih-kasih orang?”, mulai datang itu penyakitnya dibisikkin syaiton keraguan yang datang timbul dalam menggunakan yang sebenarnya yang hakikatnya harus digunakan dikeluarkan untuk jalan Allah SWT. Dan untuk keluar dari dunia pasti yakin semua orang pasti akan keluar dari dunia, mau tidak mau pasti dijemput oleh Izrail, pasti datang kematian untuk dia”.
Makanya kita datang kepada Allah SWT, minta perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT, untuk urusan dunia kita karena, untuk kita selamat. Karena dunia terbagi menjadi 3 yaitu ada dunia yang terpuji, ada dunia yang tercela, ada dunia yang boleh-boleh saja. Dunia yang terpuji kita gunakan untuk semua dijalan Allah SWT melakukan semua perintah Allah SWT, menjalankan perintah Allah SWT, menjauhkan yang dilarang oleh Allah SWT untuk melakukan kebaikan dijalan Allah SWT sebanyak-banyaknya, itu lah dunia terpuji. Kalau dunia yang tercela yaitu untuk melakukan maksiat kepada Allah SWT, melakukan yang tercela kepada Allah SWT, itu dunia tercela kita gunakan. Untuk dunia yang boleh-boleh saja yaitu kepada hal yang tidak menyebabkan kita jatuh kepada sesuatu yang hal yang haram, tidak menyebabkan kita meninggalkan perintah dari Allah SWT, itu boleh-boleh saja kita punya dunia seperti itu. Yang halalnya saja kita masih banyak perhitungan sama Allah SWT apalagi kalau kita dapatkannya dari yang haram, itu pasti dapat siksa Allah SWT (نعوذ بالله من ذلك).
Maka dunia ini harus benar-benar kita minta pertolongan Allah SWT, paling tidak guru kita menasehati, waktu kita datang ke Hadramaut kepada orang-orang yang belajar kepda Tholibul Ilmi “jangan lupa istikharah kepada Allah SWT, dalam 2 waktu saja yaitu sehabis Sholat Isyrak gabungin niatnya Sholat Isyrak dan Istikharah “usholi sunnatal Isyrak wal Istikharah” boleh tambahin “wattaubah” tambahin boleh dengan niat-niat yang mutlak. Niatin disitu minta pilihan dari Allah SWT istikhrah sama Allah pada waktu Isyrak dan Sembahyang Maghrib” jadi dipagi hari kita minta pertolongan dari Allah SWT dengan kita sodorkan semua pilihan kita kepada Allah SWT minta pilihan yang terbaik dari Allah SWT begitu juga habis Maghrib malam harinya kita minta sama Allah SWT, minta pertolongan dari Allah SWT untuk milihkan kita yang terbaik lagi. Paling tidak Tholibul Ilm seperti itu. Mudah-mudahan kita bisa amalin ini (اَمِين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن ).

عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

atas segala urusan dunia dan agama”.

Agama kita, “Dinn” maknanya “Al Jaza’ ” dalam makna Syariah juga bisa diartikan syariat atas agama kita atas balasan yang akan kita dapat dari Allah SWT atas semua amaliah kita dari yang kita lakukan dikehidupan kita pasti ada balasan dari Allah SWT. Sebagaimana engkau melakukan, maka akan dibalas oleh Allah SWT. Atau “Millah” juga karena agama ini yaitu dikasih “Imla’ “ malaikan memberikannya sedikit demi sedikit meng Imla’ kepada Nabi SAW tentang urusan agamanya, maka “AdDinn” bisa dikatakan “Al Jaza” atau “Syariah” atau “Millah”.

وَصلىاللهعَلَىسيدنَا

“Dan sholawat Allah SWT atas pimpinan kita”

“Dan sholawat Allah SWT atas pimpinan kita, keagungan kita, manusia yang terluhur, sholawat Allah SWT (ini bulan rajab bukan berarti bulan Istighfar aja, bulan juga banyakin Sholawat kepada Rasulullah SAW. Dalam kitab “Durrunnasihin” dikatakan : kata Rasulullah SAW “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai surga yang didalamnya sungai yang lebih putih airnya daripada susu, lebih manis daripada madu, lebih wangi daripada misk, tidak akan masuk kedalamnya juga meminum darinya kecuali orang-orang yang bersholawatku dibulan Rajab) sholawat kepada Rasullullah SAW dianjurkan juga di bulan Rajab. “وَصلىالله” Sholawat maknanya yaitu “AdDu’a” imam nawawi mengatakan “AdDu’a bil khoir” yaitu Do’a maknanya atau Do’a dengan yang baik-baik, itu maknanya “Assholah” dan makna yang fiqihnya atau syariahnya ialah “Do’a yang sesuai untuk kedudukannya Nabi SAW” beda dengan maknanya Sholat didalam ibadah, kalau sholat disini maknanya “Du’a al munasib al’laaik lii maghamin Nabi SAW”. Makanya para ulama mengatakan “tidak boleh kita sembarangan mendoakan Nabi SAW” contoh: “Rahimahullahun Nabi” atau Radiallahun Nabi” itu tidak boleh kata ulama, harus diawali dengan Sholat kepada Rasulullah SAW “Allahumma Sholi” atau “Sholallhu’alaih”, tidak boleh kita mendoakan Nabi SAW kecuali didahului dengan kata Sholat, didahuli dengan kata Sholawat dan Salam kepada Rasulullah SAW. Begitu juga para Sahabat juga tidak sembarangan “Rahimahullahu Abubakr” itu tidak boleh, harus pakai “Radiallahu Anhu” pakai kata “Radiallahu Anhu”. Kalau yang lainnya selain Nabi SAW dan para Sahabatnya boleh bebas pakai do’a do’a yang lain, pakai kata yang bebas dengan do’a yang ingin ucapkan dalam kata do’a do’a kita. Tapi kalau sholawat kepada Rasulullah SAW dan para Nabi kita harus menggunakan kata “Ashollah” sebagian kata ulama kalau para Anbiya yang lain “Alaihi Salam” saja, itu kata sebagian ulama. Tapi kalau kita mau pakai sholawat maka itu dibolehkan.

وَصلىالله

“dan Sholawat Allah SWT”
 Sholawat dimaknakan 3, kalau dari Allah SWT maknanya Rahmahnya Allah SWT merahmati Nabi SAW, Nabi pasti dapat Rahmat kenapa kita bacakan rahmat lagi? Kata Imam Samlawi “iya benar, tapi Nabi SAW terus karena Rahmat Allah SWT tidak ada batasannya, tidak ada tingkatan yang terhenti terus naik maka ketika kita bersholawat kepada Nabi SAW dinaikin terus rahmat diatas rahmat, rahmat diatas rahmat” walaupun beliau mengatakan “tidak pantas kita kalau kita itu mengatakan memberikan manfaat kepada Nabi SAW, walaupun sholawat itu tetap bermanfaat kepada Nabi SAW atas makna Rahmat Allah SWT yang tidak ada hentinya dan tidak ada batasannya tadi, tetapi tetap tidak pantas kita mengatakan kita memberikan manfaat kepada Nabi SAW, Tetapi kita dalam membaca Sholawat kepada Nabi SAW ialah bertawasul kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dari Allah SWT”. Jadi kalau kita baca maka akan di bales oleh Allah SWT, dan balasannya Allah SWT tidak sebanding apa yang kita ucapkan (kita baca 1 (satu) kali di bales 10 (sepuluh) kali oleh Allah SWT) tapi 1 (satu)nya kalau di terima oleh Allah SWT dari sholawat Allah SWT dengan ibadah semua makhluknya Allah SWT, jikalau di terima sama Allah SWT maka akan lebih berat dalam timbangan Allah SWT dari ibadah semua makhluk Allah SWT. Jadi jangan diremehin, kita sholawat 1 (satu) kali dibalas 10 (sepuluh) kali dari Allah SWT tidak bisa dibandingkan atau dibayar dengan apapun dari kerjaan semua makhluknya, amalan semua makhluknya. Maka dari itu sangat dahsyat Sholawat dari Allah SWT (mudah-mudahan kita di terima sama Allah SWT. Aammiinnnn) laa ilaa hailallah.

عَلَىسيدنَا

“Atas pimpinan kita”

Disini tidak di sebutkan salam tetapi dikitab yang lain ada:

الصلاة والسلام

“Sholawat dan salam”

Salam maknanya ialah “Attahiyyah” yaitu mengucapkan selamat kepada Nabi SAW itu dalam bahasanya, dalam kata fiqihnya ialah “Assalam Attahiyyah ala iqah lii maghami nubuwwah Sholallahu ‘alaihi wa salam” begitu juga kata selamat kepada Rasulullah SAW yang pantas yang sesuai untuk kedudukan Nabi SAW, dan Sholawat yang dikatakan oleh Imam Syafi’i di akhir kitabnyaAl Umm, ketika Imam Syafi’i ditanya oleh sahabatnya “Dengan apa Allah SWT mengampuni Engkau wahai Imam Syafi’i?” kata Imam Syafi’i “Dituliskan Sholawat kepada Nabi SAW di akhir kitabnya :

اللَّهُمَّصَلِّعَلَىسَيِّدِنامُحَمَّدٍوَعَلَىآلِسَيِّدِنامُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ.


dengan itu saja imam syafi’i diampuni oleh Allah SWT, padahal kita mendengar semua tentang Imam Syafi’i tentang ibadahnya yang indah-indah ibadahnya yang begitu dahsyat tetapi Allah SWT mengampuni beliau dalam mimpi seorang temannya kepada Imam Syafi’i sendiri “Apa yang menyebabkan engkau diampuni oleh Allah SWT” dijawab oleh Imam Syafi’i “Dengan sholawatku kepada Rasulullah SAW dipenghujung kitabku aku tulis:

اللَّهُمَّصَلِّعَلَىسَيِّدِنامُحَمَّدٍوَعَلَىآلِسَيِّدِنامُحَمَّدٍ كُلَّما ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ”

عَلَىسيدنَا

“Atas pimpinan kita”
kata “Sayyid” ada 4 dan semua berada didalam diri Nabi SAW, yang pertama ialah orang yang memimpin didalam suatu kaum, itu namanya Sayyid. Yang kedua yaitu yang banyak pengikutnya, banyak tentaranya, itu juga di panggil Sayyid. Yang ke tidak yaitU orang yang sabar yang tidak bisa terbawa dengan emosinya, begitu Rasulullah SAW dikatakan oleh seorang sahabat ketika ingin mencari bukti kriteria sifat keNabian yang dia baca didalam kitab Tauratnya bahwa semakin Nabi SAW dibikin marah maka semakin sabar dan semakin Bijak Nabi SAW, dan akhirnya dia masuk kedalam islam dalam sebab bukti yang dia lihat langsung dalam diri Rasulullah SAW. Yang ke Empat yaitu orang yang kembali dalam urusan-urusan besar yang masalah-masalah pelik kepadanya, orang itu bisa dibilang kepala suku, jika ada masalah-masalah yang berat masalah yang pelik maka dia yang dicari, itu bisa di panggil Sayyid. Dulu pernah datang kepala suku Al Amri / Sholeh Al Amri itu kalau ada permasalahan perang itu dia yang dicari untuk mendamaikannya.

سَيِّدِنامُحَمَّدٍ

“Sayyidina Muhammadin” Muhammadin, Nama Muhammad untuk banyak ujian manusia kepadanya, yang pertama dikatakan yang memberikan pertama ialah Abdul Mutholib kata ulama pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya Rasulullah SAW ditanya “kenapa engkau memberikan nama Muhammad sedangkan tidak ada nama orang-orang tuamu dan datuk-datukmu orang yang bernama Muhammad?” dijawab oleh Abdul Mutholib “aku berharap dia menjadi manusia yang dipuji oleh penduduk langit dan bumi” dan Allah SWT sudah membuktikan hal itu Nabi Muhammad SAW telah dipuji oleh penduduk langit dan penduduk bumi semuanya mendapat keberkahan Rahmat dari Rasulullah SAW. Dan pendapat yang kedua ialah Ibunya ketika hamil didatangi oleh sayyidina Jibril mengatakan“kau telah hamil dan mengandung Pimpinan Manusia, kalau engkau nanti melahirkannya maka namakan ia dengan Muhammad, didalam dunia jasad dinamakan Muhammad dan dialam arwah dikenal dengan Ahmad”.

خاتمالنبيين

“Penutup Para Nabi”
Khotaman dimakna Akhir, dimakna Thobi’. Makna Khotam berarti penyempurna atau yang Cap Terakhir udah tidak ada lagi keNabian setelahnya ialah Akhir keNabian itu maknanya Khotam. “النبيين” yaitu para Nabi, seorang manusia yang merdeka yang diturunkan kepadanya Wahyu dan dibanyak ilmu Fiqih yang tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut, tapi Al Imam Al Bhaidhowi mengatakan ini kesalahan fatal katanya, Imam Bhaidhowi mengatakan “tetap diperintahkan untuk menyabarkan, menyampaikan wahyu yang diterima tapi tidak membawa perubahan dari syariat Rasul yang ada dizamannya, itu Nabi. Kalau Rasul ialah ia membawa syariah memperbaharui syariah dari yang sebelumnya, bersih daripada kehinaan orang tua (Ibunya dan Bapaknya) tidak sebagai orang-orang yang melakukan hal yang diharamkan oleh Allah SWT, atau kerendahan Bapaknya (Contoh : tukang sapu atau hal-hal yang kurang pantas untuk kedudukan Ke Nabian Disisi Allah SWT).

وآله

“Dan Keluarganya”
dan keluarganya, maknanya keluarga ada 4 bagian kata ulama yaitu yang pertama dalam kedudukan doa, dan mendoakan setiap hamba Allah yang beriman kepada Allah SWT, itu keluarganya Nabi SAW. Yang kedia ialah kedudukan pujian, yang dipuji, setiap yang beriman yang bertakwa, itu juga termasuk keluarganya Nabi SAW. Yang ke tiga yaitu dalam kedudukan dalam menerima Zakat itu ialah Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Yang ke Empat yaitu Ahlul Baiyt, keluarga rumah tangganya Nabi SAW yang di gelar dengan Ahlul Kisa’ yang diselendangi oleh Nabi SAW itu hanya Sayyidahtuna Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan wal Sayyidina Husein dan Rasulullah SAW, dan keturunan daripada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein itu Ahlul Kisa’. Banyak orang sekarang sudah ramai di youtube, sudah mulai kelihatan yang busuk-busuk hatinya mengatakan “tidak ada keluaganya Nabi SAW, sudah terputus sudah tidak ada keturunan lagi” (نعوذ بالله من ذلك). Dalam hadits Nabi SAW :

كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة الا سببى ونسبى.

( رواه الطبرانى والحاكم والبيهقى )

“ Semua sebab dan nasab putus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.”
(HR. At Tobroni, Al Hakim dan Al Baihaqi)
Yaa mungkin karena oknum-oknumnya juga, kita tidak menyalahkan. Mungkin dia tidak suka ada Habaib-Habaib ada keturuan Nabi SAW yang dilihat didepan matanya, itu wajibkan kita nasehatin. Mereka itu sama dengan manusia biasa harus dapat nasehat, harus dapet ingetan. Dulu Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir dan Habib Thohir Bin Husein Bin Thohir ketika datang ke Tarim ziarah ke Zambal keluar mendapatkan 1 orang Masyaekh diingetin “alhamdulillah aku tidak menjadi keturunan Nabi SAW” ditanya “kenapa?” dijawab “kalau akau jatuh, maka akan jatuh dari tangga yang kecil, kalau ente jatuh dari tingkat yang tinggi, engkau memegang kedudukan yang sangat besar, maqam yang sangat tinggi yaitu maqamnya Rasulullah SAW”, “maka dari situ aku semangat beribadah semanga menuntut ilmu, semangat untuk melakukan hal-hal yang terbaik untuk membahagiakan dari pada datukku Rasulullah SAW”. Boleh saja mengkritik tapi jangan sampai memperlihatkan kebencian takutknya nanti berbaliknya yang tidak enak, kita tidak minta disanjung tidak minta dipuji-puji, apakah ada para habaib yang kita kenal minta dipuji minta disanjung minta diciumin tangan? Itu paling sakit, dulu Habib Husein berani beliau paling tidak mau dicium tangannya, tapi karena dari kriteria orang yang tidak mau disalamin, itu terpaksa dia walaupun dia paling tidak mau dicium tangan sama orang kerena berat, malu kita, tau diri kita, tapi kita perlu nasehat perlu ingetin kalau ada hal-hal yang tidak baik dari kalangan keluarganya Raslullah SAW, wajib untuk kita nasehatin, wajib untuk kita nasehatin, wajib untuk kembali kejalan yang lurus sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Jangan kita jadi kaum yang benci kepada keluarganya Nabi SAW, benci kepada sahabatnya Nabi SAW (نعوذ بالله منغضبالله).

وصحبه

“Dan para sahabatnya”
Para sahabatnya ada 4 juga kriterianya. Yang pertama ialah orang yang berkumpul bersama Nabi SAW pada masa hidupnya, yang kedua yaitu yang berkumpul bersama Nabi SAW dibumi bukan di langit (ada yang ketemu dilangit? Ada, pada waktu isra’ wal mi’raj Nabi SAW ketemu dengan para Nabi dan para malaikat. Namun apakah semuanya dinamakan sahabat? Tidak),yang ke tiga ialah orang yang berkumpul bersama Nabi SAW setelah Nabi SAW dinobatkan sebagai Nabi yaitu setelah diperintahkan untuk menyampaikan keNabiannya, kemuadian yang ke empat yang meninggal dengan keadaan beriman kepada Nabi SAW. Kita tidak menutupi ada sahabat yang kembali dalam kekufuran itu tidak dinamakan sahabat, pada dasarnya sudah hilang gelar sebagai sahabat Nabi SAW ketika ia keluar dari keimanan, namun ketika ia mati dalam keadaan iman kepada Nabi SAW itulah yang dinamakan sahabat Nabi SAW.

sumber :  http://www.majelisrasulullah.org/2016/04/makna-sholawat/