SALAH KAFRAH SALAFI WAHABI TENTANG AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH.



Sebagian orang seringkali bangga dengan menganggap dirinya sebagai golongan sedikit.mereka malahan mengaku sebagai Ahlus sunnah wal jama`ah .padahal yang di maksud Rasulullah bukanlah sebagaimana yang mereka sangka.
Andalan mereka hadits sbb :
Rasulullah bersabda:
“Berbahagialah orang yang asing itu (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di tengah orang-orang yang jahat. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada orang yang mengikuti mereka.” (Shahih, HR. Ahmad)
nah hadits diatas tidak bisa dipahami secara letterteks dan dipahami dengan cara gampangan karna akan berbenturan dengan hadits hadits lainnya.
Sesungguhnya Hadit diatas menjelaskan Priode perkembangan Islam masa lalu dimana pengaruh Kaum Jahiliyah Quarais dan kafir begitu dominan di tengah Orang Islam Yang sangat sedkit ketika itu.
Sedangkan tentang al-ghurabaa',rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"islam pada awalnya dalam keadaan asing,dan kelak akan menjadi asing sebagaimana awalnya,maka beruntunglah orang-orang yang asing.(HR.muslim dari sahabat abu hurairah)
Makna al-ghurabaa' adalah sebagai mana yang diriwayatkan oleh abdullah bin 'amr bin al-ash radhiallahu 'anhuma ketika suatu hari rasulullah menerangkan tentang makna dari al-ghurabaa',beliau shalallahu 'alaihi wassallam bersabda:
"ORANG ORANG YANG SHOLEH yang berada ditengah banyaknya orang-orang yang jelek,orang yang mendurhakai mereka lebih banyak dari pada yang mentaati mereka.(HR.ahmad).
“Dari ‘Abdurrahman bin ‘Amr as-Sulami, sesungguhnya ia mendengar al- Irbadl bin Sariyah berkata: Rasulullah SAW menasehati kami: kalian wajib berpegang teguh pada sunnahku dan perilaku al-khulafa’ar-Rosyidin yang mendapat petunjuk.’’ HR.Ahmad.
Hadits Ini menjalaskan Orang Orang Yang sholeh,memahami agama dengan benar,mengerti syariat islam dan mereka adalah generasi terbaik,para sahabat,tabiin dan tabiun (didalamnya para ahli hadits) dan para wali Wali Allah sebagaimana disebutkan dalam Quran,yang mana pada masa itu jumlah mereka sedikit sementara orang orang jahat sedemikian banyak pada masa itu.Orang orang jahat inilah yang menentang syariat islam krn sikap jahiliyah mereka yang sudah turun temurun.
Rasulullah bersabda:
“ Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad)
imam asy syaafi'i rahimahullah (wafat 204H)berkata:"apabila aku melihat seorang ahli hadits,seolah-olah aku melihat alah seorang sahabat nabi shalallahu 'alaihi wa sallam,mudah-mudahan allah memberikan ganjaran yang terbaik kepada mereka.mereka telah menjaga pokok-pokok agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka."(lihat dikitab siar a'lamin nubalaa'(X/60))
Rasulullah bersabda:
Sebaik-baik umatku adalah pada abadku ini (sahabat), kemudian yang sesudahnya (tabi’in) dan yang sesudahnya (tabi’ut tabi’in). Kemudian sesudah mereka muncul suatu kaum yang memberi kesaksian tetapi tidak bisa dipercaya kesaksiannya. Mereka berkhianat dan tidak dapat diamanati. Mereka bernazar (berjanji) tetapi tidak menepatinya dan mereka tampak gemuk-gemuk. (HR. Tirmidzi)
Atas dasar dasar itulah kemudian Rasulullah mengingatkan Umat islam Untuk bersatu dalam jama`ah,tidak terpecah krn jika dalam kondisi jumlah yang sedikit dan jika terpecah maka Umat islam makin terasing..ditengah tengah kaum kafir.
Sampai disini sudah paham maksud saya ??
Printah Rasulullah kemudian berlanjut mengingat kondisi Minoritas Islam ditengah kaum kafir dimasa masa awal ketika Rasulullah masih Hidup. Apa perintahnya kemudian ??
“Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan ; dan telah berpecah kaum Nashara menjadi tujuh puluh dua golongan; sedang umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kami-pun bertanya, siapakah yang satu itu ya Rasulullah? ; Beliau menjawab: yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku di hari ini” [HR. Tirmidzi].
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengabarkan bahwa ada 1 golongan yang selamat dari perpecahan yaitu orang-orang yang beragama dengan menempuh jalan Islam sebagaimana jalan Islam yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya pada masa itu. Dari sinilah muncul istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti keluarga, pemilik, pelaku atau seorang yang menguasai suatu permasalahan, dan kata ’sunnah’.
Imam Malik rahimahullah pernah ditanya : “Siapakah Ahlus Sunnah itu? Ia menjawab: Ahlus Sunnah itu mereka yang tidak mempunyai laqb (julukan) yang sudah terkenal. Yakni bukan Jahmiyah, bukan Qadariyah, dan bukan pula Syi’ah”. (Lihat Al-Intiqa fi Fadlailits Tsalatsatil Aimmatil Fuqaha. hal.35 oleh Ibnu Abdil Barr).
Ungkapan Imam Malik tentu bisa kita pahami karna ia baru mengatahui perpecahan islam saat itu. Dalam perkembangannya kemudian Muncul Wahabi di abad modern ini dan walaupun tidak disebut tetap merupakan Golongan yang terpecah sebagaimana yang beliau sebutkan.Demikian jelas bahwa yang di maksud Imam malik adalah sekte sekte,firqoh frqoh yang keluar dari paham generasi utama.
Kata”Al Jama’ah” artinya bersama atau berkumpul. Dinamakan demikian karena mereka bersama dan berkumpul dalam kebenaran, mengamalkannya dan mereka tidak mengambil teladan kecuali dari para sahabat, tabiin dan ulama–ulama yang mengamalkan syariat agama secara sanad Ilmu sehingga dari genarasi ke generasi syariat agama generasi awal tidak mengalami perubahan. ( sanad gunanya manjaga amanah ilmu).
Dari Muawiyah bin Abi Sufyan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ?Umat sebelummu dari ahli kitab terpecah menjadi 72 millah (aliran). Dan agama ini (Islam) terpecah menjadi 73. 72 diantaranya di neraka dan satu di surga. Yaitu Al-Jamaah." (HR Abu Daud)
Dalam kitab syarah (penjelasan) Sunan Abi Daud yaitu kitab Aunul Ma'bud disebutkan bahwa yang dimaksud dengan al-jamaah adalah ahli Al-Quran Al-Kariem, ahli hadits, ahli fiqih dan ahli ilmu yang bergabung untuk mengikuti Rasulullah SAW dalam segala halnya.
Sebagaimana yang dikemukakan Al-Haitami dalam Tathhirul Janan, hal. 7: Jika Ahlussunnah Wal Jamaah disebutkan, maka yang dimasud adalah orang-orang yang mengikuti rumusan yang digagas oleh Imam Asy’ari dan Imam Maturidi baik dalam hukum figh maupun akidah.
Asy-Syaikh Ibn Abidin al-Hanafi (w 1252 H) dalam kitab Hâsyiyah Radd al-Muhtâr ‘Alâ ad-Durr al-Mukhtâr, menuliskan: “Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah kaum Asy’ariyyah dan Maturidiyyah

Al Hafizh Murtadla az-Zabidi dalam Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin pada Fashl ke dua menegaskan:“Jika disebut Ahlusunnah Wal Jama’ah maka yang dimaksud dengan mereka ini adalah al Asya’irah dan al Maturidiyyah “.
Syekh Abu al-Fadl Abdus Syakur As-Senori dalam karyanya “Al-Kawakib al-Laama’ah fi Tahqiqi al-Musamma bi Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah” menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jamaah sebagai kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW dan thoriqoh para sahabatnya dalam hal akidah, amaliyah fisik (fiqh) dan akhlaq batin (tasawwuf).
Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani dalam kitabnya, Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haq juz I hal 80 mendefinisikan Ahlussunnah wal jamaah sebagai berikut “Yang dimaksud dengan assunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan Beliau). Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian jamaah adalah segala sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi SAW pada masa empat Khulafa’ur-Rosyidin dan telah diberi hidayah Allah “
Di masa tabi’in juga tercatat ada beberapa imam Aswaja seperti ‘Umar bin Abdul Aziz dengan karyanya “Risalah Balighah fi Raddi ‘ala al-Qodariyah”.
Para mujtahid fiqh juga turut menyumbang beberapa karya teologi (tauhid) untuk menentang paham-paham di luar Aswaja, seperti Abu Hanifah dengan kitabnya “Al-Fiqhu al-Akbar” dan Imam Syafi’i dengan kitabnya “Fi tashihi an-Nubuwwah wa Raddi ‘ala al-Barohimah” .
Imam dalam teologi Aswaja sesudah itu kemudian diwakili oleh Abu Hasan Al-Asy’ari, lantaran keberhasilannya menjatuhkan paham Mu’tazilah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa akidah Aswaja secara subtantif telah ada sejak masa para sahabat Nabi SAW. Artinya paham Aswaja tidak mutlak seperti yang dirumuskan oleh Imam Asy’ari dan Maturidi, tetapi beliau adalah dua diantara imam-imam yang telah berhasil menyusun dan merumuskan ulang doktrin paham akidah Aswaja secara sistematis sehingga menjadi pedoman akidah Aswaja. Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, istilah Aswaja secara resmi menjadi bagian dari disiplin ilmu keislaman.
Dalam hal akidah pengertiannya adalah Asy’ariyah atau Maturidiyah. Imam Ibnu Hajar Al-Haytami berkata “Jika Ahlussunnah wal jamaah disebutkan, maka yang dimaksud adalah pengikut rumusan yang digagas oleh Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi “
Dalam fiqh adalah madzhab empat, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Dalam tasawwuf adalah Imam Al-Ghozali, Abu Yazid al-Busthomi, Imam al-Junaydi dan ulama’-ulama’ lain yang sepaham. Semuanya menjadi diskursus islam paham Ahlussunnah wal jamaah.
Syekh Tajuddin as-Subki mengatakan:
Dan keempat madzhab ini –Alhamdulillah- dalam aqidah yang sama, kecuali oknum-oknum yang mengikuti pembawa aqidah I’tizal dan tajsim. Kecuali oknum-oknum tersebut, maka mayoritas pengikut madzhab empat berada dalam kebenaran. Mereka mengakui kebenaran aqidah Abu Ja’far ath-Thahawi yang diterima oleh para ulama salaf maupun khalaf. Mereka beragama kepada Allah dengan rumusan akidah yang disusun oleh Syaikh as-Sunnah Abu al Hasan al Asy’ari, tidak akan menentang beliau kecuali ahli bid’ah”.
Terkait Tuduhan dusta tentang imam Abul Hasan al Asy’ari,
pakar hadits, al Hafizh, sejarawan negeri Syam; Abul Qasim Ali bin al Hasan bin Hibatullah bin ‘Asakir (W. 571 H ). Beliau mengarang kitab yang dinamai Tabyin kadzib al Muftari Fi ma Nasaba ila al Imam Abi al Hasan al Asy’ari dan telah mematahkan berbagai perkataan para pendusta dan membantahnya satu persatu. Kitabnya tersebut telah berperan dalam menghilangkan kerancuan yang terdapat pada sebagian orang, yaitu prasangka mereka bahwa imam Abul Hasan al Asy’ari adalah seorang yang sesat dan ahli bid’ah.
Sebagian Tokoh Tokoh Salaf pendukung imam Abul Hasan al Asy’ari diantaranya : al Qadli Abu Bakr al Baqillani (W. 403 H), Ibn Furak (W. 406 H), Abu Ishaq al Asfarayini (W. 418 H), Abdul Qahir al Baghdadi (W. 429 H), al Qadli Abu ath-Thayyib ath-Thabari (W. 450 H), Abu Bakr al Bayhaqi (W. 458 H), Abu al Qasim al Qusyairi (W. 465 H), Abu Ishaq asy-Syirazi (W. 476 H); pimpinan madrasah an-Nizhamiyyah di Baghdad, Imam al Haramayn Abu al Ma’ali al Juwayni (W. 478 H), al Imam al Ghazali (W. 505 H), Ibn Tuumart al Maghribi (W. 524 H); murid al Ghazali yang menyebarkan akidah al Asya’irah di Marokko, asy-Syahrastani (W. 548 H) dan para ulama besar lainnya yang sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia, mereka menguraikan akidah Asy’ari, menyusunnya secara rapi dan sistematis dan membelanya dengan dalil-dalil dan argumentasi-argumentasi naqli dan aqli. Mereka berjasa besar dan memberikan pengaruh yang luas dalam keberhasilan madzhab al Asy’ari dan penyebarannya.
al Qadli Tajuddin as-Subki berkata: “Ketahuilah bahwa Abu al Hasan tidak pernah mencetuskan pemikiran baru dan tidak menggagas sebuah madzhab baru, beliau tidak lain menjelaskan ulang terhadap madzhab Salaf, membela ajaran yang diyakini oleh para sahabat Rasulullah. Penisbatkan kepadanya sesungguhnya hanya disebabkan karena ia merangkum dan menyusun keyakinan salaf, kemudian berpegang teguh dengannya serta menegakkan dalil dan argumentasinya”.
Abu Manshur Abdul Qahir bin Thahir at-Tamimi al Baghdadi dan merupakan salah seorang pemuka Asya’irah dalam kitabnya yang masyhur; al Farq bayn al Firaq mengatakan sbb :
“Kami telah menyebutkan pada bab pertama dari kitab ini bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam ketika menyebutkan tentang perpecahan ummatnya setelahnya menjadi 73 golongan, beliau juga mengabarkan bahwa satu dari golongan-golongan tersebut akan selamat. Ketika itu beliau ditanya tentang al Firqah an-Na-jiyah dan sifat-sifatnya, beliaupun menyifati mereka dengan sifat bahwa mereka adalah orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi dan para sahabatnya. Sekarang ini, kita tidak mendapatkan firqah yang sesuai dengan ajaran para sahabat kecuali Ahlusunnah Wal Jama’ah dari kalangan ahli fiqh ummat Muhammad dan ahli kalam yang menetapkan sifat-sifat bagi Allah (ash-Shifa-tiyyah)”.
Abu Manshur menyusun bab dengan judul (بَيَانُ الأُصُوْلِ الَّتِيْ اجْتَمَعَتْ عَلَيْهَا أَهْلُ السُّنَّةِ) “Penjelasan tentang prinsip-prinsip akidah yang disepakati oleh Ahlussunnah” sbb :
1. Ahlusunnah Wal Jama’ah bersepakat untuk menetapkan adanya hakekat segala sesuatu dan hakekat ilmu, berbeda dengan kalangan Sofis (السُّوْفْسْطَائِيَّةُ).
2.Ahlusunnah Wal Jama’ah bersepakat bahwa alam seluruhnya adalah baru dan alam bukanlah Allah dan bukan pula sifat-sifat Allah, berbeda dengan para filsuf, kalangan Bathiniyyah dan golongan semacamnya seperti orang-orang yang menganut paham Wahdatul Wujud yang disepakati oleh kaum muslimin untuk menyesatkan mereka dan pengikut-pengikut mereka, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Ahlusunnah dari kalangan para ulama Sufi seperti al Junaid al Baghdadi, as-Sayyid Ahmad ar-Rifa’i dan lainnya.
3.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah-lah Pencipta segala sesuatu, Allah yang menciptakan para hamba dan perbuatan-perbuatan mereka, berbeda dengan golongan Mu’tazilah.
4.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah tidak memiliki permulaan ada-Nya. Allah maha suci dari ukuran, batas akhir dan jism serta sifat-sifat jism, berbeda dengan golongan Karramiyyah.
5.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah mustahil disifati dengan bentuk, gambar dan anggota badan, berbeda dengan Dawud al Hawwal dan para pengikutnya.
6. Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah tidak diliputi oleh tempat dan tidak dilalui oleh perjalanan waktu, berbeda dengan perkataan sebagian dari golongan Karramiyyah yang mengatakan bahwa Allah menempel dan menyentuh ‘Arsy.
7.Ahlusunnah Wal Jama’ah sepakat mensucikan Allah dari sifat bergerak dan diam, berbeda dengan golongan Hisyamiyyah.
8.Ahlusunnah Wal Jama’ah sepakat bahwa Allah tidak membutuhkan makhluk, tidak mengambil manfaat dari makhluk dan tidak menjauhkan marabahaya dari Dzat-Nya dengan makhluk, berbeda dengan perkataan orang-orang Majusi.
9.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah satu (bukan dari segi bilangan), tidak ada sekutu bagi-Nya, berbeda dengan golongan ats-Tsanawiyyah dari kalangan Majusi.
10. Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa ilmu Allah, kekuasaan-Nya, hidup-Nya, kehendak-Nya, pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan kalam-Nya adalah sifat-sifat Allah yang azali (tidak bermula) dan abadi (tidak berpenghabisan), berbeda dengan golongan Muta’zilah yang menafikan sifat-sifat Allah.
11. Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah akan dilihat oleh orang-orang mukmin di akhirat tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa tempat dan tanpa arah, berbeda dengan golongan Qadariyyah dan Jahmiyyah.
12.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa kalam Allah ‘azza wa jalla adalah sifat Allah yang azali, bukan makhluk dan tidak diciptakan dan bukan baharu, berbeda dengan perkataan Qadariyyah yang mengklaim bahwa Allah menciptakan kalam-Nya pada jism (benda) tertentu, berbeda dengan perkataan Karramiyyah bahwa kalam Allah baharu (muncul) pada dzat-Nya.
13.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Allah mengutus para rasul kepada para hamba-Nya, berbeda dengan golongan Barahimah. Rasul pertama adalah Adam dan rasul terakhir adalah Muhammad shalawat dan salam Allah semoga tercurahkan kepada mereka semua.
14.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa para nabi lebih mulia dari para wali, berbeda dengan pendapat yang mengganggap di antara para wali ada yang lebih mulia dari para nabi.
15.Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa Abu Bakr adalah khalifah yang sah setelah Rasulullah.
16 Ahlusunnah Wal Jama’ah menyepakati bahwa nama iman tidak akan hilang karena sebuah dosa di bawah kekufuran. Barang siapa yang melakukan perbuatan dosa di bawah kekufuran maka ia dihukumi sebagai muslim, akan tetapi dinilai fasiq karena dosanya, berbeda dengan golongan Khawarij.
17.Ahlusunnah tidak saling mengkafirkan di antara mereka, dan tidak ada di antara mereka perbedaan yang mengakibatkan keterlepasan dari sebagian yang lain dan mengkafirkannya.
Dari Point Point diatas..
Lantas darimana segelintir orang ini mau mengklaim golongan mereka sebagai ahlus sunnah wal jama`ah (ASWJ) sedangkan mereka jumlahnya sedikit,terpecah dan Tidak sepaham dengan kebanyakan Ulama salaf,tabiin, tabiun baik bidang figh dan akidah,bahkan terkenal suka menuduh sembarangan ??
Bagaimana mungkin mrk dikatakan ahlus sunnah wal jama`ah sedang mereka suka terpecah pecah bahkan diketahui mereka makin kecil saja karna di tubuh mereka membuat kelompok kecil pula.sebut saja kelompok sururi.. halabi.. Ikhwani dan lain lain..yang satu sama lan saling klaim kelompok merekalah yang benar ??
Jika sudah begini apakah disebut Al jama`ah ??
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rosululloh SAW telah membuat untuk kami satu garis lurus dengan tangannya. Kemudian beliau bersabda, “Inilah jalan Allah yang lurus”
Lalu beliau membuat beberapa garis ke sebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda, “Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak ke arahnya.”Kemudian beliau membaca (ayat) Al An ‘aam 153. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim, Ibnu Abi ‘Ashim di kitabnya As Sunnah)
Pada Akhiranya saya Ingin jelaskan sabda Rasulullah sbb :
“Bergabunglah selalu dengan al Jama’ah dan janganlah kalian berpecah belah (memisahkan diri), karena sesungguhnya setan itu lebih dekat dengan orang yang menyendiri dan dia dari dua orang akan lebih jauh, barang siapa yang menginginkan tempat lapang di surga maka hendaklah ia menetapi (mengikuti) al Jama’ah” (H.R. at- Tirmidzi10 dan lainnya).
Kesimpulan saya bahwa firqoh sempalan adalah Golongan kecil yang keluar dari paham mayoritas bahkan sama sekali Tidak mengikuti Printah Rasulullah Untuk tetap pada paham Mayoritas Umat. bahkan mereka lebih fanatis Buta Pada pendirinya Muhammad bin abdul wahabi yang Bukan Ulama salaf,dikritik Ratusan Ulama semasanya dan sama sekali Tidak di kenal alias belum lahir di Era Tabiin dan tabiun.Sedangkan Aswaja jelas Ulamanya mayoritas dari kalangan salaf, Tabiin dan tabiun dan Tidak Pula Fanatis Buta pada salah satu dari mereka.Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi Hanya Maskot namun bukan Pencetus Utama prinsip Ahlis sunnah wal jamaah.KUnci Utama Aswaja adalah Aljama`ah,satu jalan,satu prinsip,satu paham figh dan akidah,berilmu dengan sanad dan siapapun Ulamanya,darimanapun ia berasal maka mereka adalah Panutan semua Aswaja.Jadi Ulama Ahlus sunnah wal jamaah sangat banyak dan tidak terhitung Jumlahnya.
Ini berbeda dengan firgoh sempalan yang Ulamanya itu itu saja bahkan tergolong Ulama Modren yang berijtihad semaunya sendiri. dan pada akhirnya jelas bahwa mrk bukanlah Ahlus sunah wal jama`ah melainkan sekte sempalan sebagaimana khawarij dan syiah.Intaha.
Sebarkan ..
Rosululloh SAW bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan
pahala yang sama dengan orang yang melakukannya.” (HR. Imam Muslim).
.
By.Von Edison Alouisci
Kingstones 5.maret 2015
.

Penulis dan Analisis : Von Edison Alouisci
www-v-e-alouisci.blogspot.com

KONTAK
.
GABUNG DI WHATSAPP
WA +6281273311201
.
GABUNG DI BBM
PIN 54CB428E
.
GABUNG DI OFFICIAL LINE
http://line.me/ti/p/%40cpu9611w
.
GABUNG DI CHANEL TELEGRAM
http://tlgrm.me/von_edison_alouisci
.
GABUNG DI FANS PAGE FACEBOOK
www.facebook.com/von.edison.alouisci
.
FOLLOW TWITTER
@von_edison
.
FOLLOW INSTAGRAM
@von.edison.alouisci