MusliModerat.Com - Jangan bangga jika Anda bagian dari peneriak jihad. Orang yang jihad bisa kalah derajatnya di hadapan Allah karena bisa saja orang jihad itu ghoflah (lupa) kepada Allah. Demikian salah satu isi tausiyah Habib Luhfhi bin Yahya, dalam kajian Keliwonan di Kanzus Sholawat, Pekalongan (Jumat, 5 Februari 2016).
Menurut Habib Luthfi, kalau dalam jihad masih dituntun rasa balas dendam, itu bukan Jihad li i’la’i kalimatillah (meninggikan kalimat Allah), tapi karena nafsu. Habib Lutfhi memberikan contoh Sayyidina Ali dalam berperang.
Habib Luthfi bin Yahya , Pekalongan “Imam Ali pada waktu itu bertempur dengan seorang jagoan. Begitu dihantam oleh Imam Ali, ia jatuh. Namun jatuhnya sambil meludahi Imam Ali bin Abi Thalib. Seketika pedang dihununs, mau dihantam, tapi diurungkan. Tidak jadi. Ali Mundur. Lalu ditanya oleh seorang sahabatnya. Itu kuffar kenapa tidak kau hantam saja. Itu musuh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Benar omonganmu, kata Ali. Karena yang pertama untuk li’i’lai kalimatillah, tapi yang kedua dia meludahiku, saya dendam, saya tarik pedang saya. Tidak jadi saya bunuh,”kisahnya.
Bahkan, dalam kesempatan tersebut, Habib Luthfi mengingatkan jika dalam berdzikir pun acap diserang nafsu. Dalam shalat misalnya, ketika akan takbiratul ihrom, orang masuk dalam kekhusyu’an. Tapi begitu selesai takbir awal shalat tersebut, nafsunya mulai berlomba. “Inginnya cepat empat rakaat ekspres, selesai,” jelas Habib .
Dalam kondisi dzikir tengah sholat itulah, kata
Habib, kita dituntun oleh nafsu kita sendiri. Jihad yang sungguh sulit ada dalam situasi perang antara mengingat Allah dan melawan nafsu sendiri. Habib Luthfi sempat mengutip hadits “Fain lam takun taroh, fainnahu yarok/ Andai jika engkau tidak melihat-Nya, maka, sesungguhnya Dia (Allah), pasti melihatmu”. Hadits Nabi inilah yang harusnya direnungkan untuk melawan nafsu kita masing-masing. (ISNU/ islamnusantara.com)