Srikandi versi jawa vs versi india

Srikandi versi Jawa
Dewi Wara Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada , raja negara Cempalareja dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka mendongak, menandakan ia putri bersuara dencing. Bersanggul gede (nama bentuk sanggul). Berjamang dengan garuda membelakang. Sebagian rambut terurai bentuk polos. Berkalung bulan sabit. Berkain dodot putren (pakaian putri dalam kraton). Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Waktu masih remaja putri ia berguru memanah pada Raden Arjuna.
Pada suatu hari Srikandi melihat Arjuna mengajar memanah gundiknya, Rarasati. Lalu datang Srikandi pada Rarasati untuk belajar memanah. Tetapi ini sebenarnya hanya cara untuk bisa bertemu dengan Arjuna. Tingkah laku Srikandi ini menjadikan murka Dewi Drupadi, permaisuri Prabu Puntadewa dan kakak perempuan Srikandi. Drupadi menganggap kurang baik perbuatan adiknya itu.
Ketika ia menonton kawinnya Arjuna dengan Sumbadra, melihat tingkah laku kedua pengantin itu dan ingin menjadi pengantin pula. Menurut adat susila Jawa, seorang gadis dulu dilarang melihat pengantin. Tetapi jaman berobah dan gadis-gadis mengerumuni pengantin sekarang dianggap biasa.
Dewi Wara Srikandi pernah dipinang oleh seorang raja, Prabu Jungkungmardea dari kerajaan Parangkubarja. Prabu Drupada tertarik untuk menerima lamaran itu, tetapi Srikandi lalu mengadu pada Arjuna. Srikandi dibela Arjuna dan di dalam perang yang terjadi, mati terbunuhlah Jungkungmardea.
Karena hal itulah kemudian ia diperistri juga oleh Raden Arjuna. Selanjutnya Srikandi diperistri oleh Arjuna dengan adat kebesaran perkawinan seorang pangeran dengan seorang putri. Dalam perkawinan tersebut mereka tidak mempunyai anak.
Tabiat Srikandi seperti laki-laki, gemar berperang dan oleh karena itu disebut juga putri prajurit. Hingga kini, wanita-wanita yang berani menentang hal-hal yang tidak baik, terutama yang mengenai bangsa Indonesia, disebut Srikandi-Srikandi.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Srikandi seorang putri perwira yang senantiasa menjaga kehormatan suami, baik di masa damai maupun di masa perang.
Srikandi seorang putri yang gampang marah, tetapi kemarahannya lekas reda. Tanda bahwa ia sedang marah, membikin rujaklah ia dan memakannya sambil berkata-kaca keras tak berkeputusan. Kalau sangat marah barang-barang pecah belah dipecahkannya dan burung-burung perkutut kepunyaan Arjuna dilepaskannya.
Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dipenggal kepalanya saat sedang tidur oleh Aswatama (anak dari Pandita Durna) yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.
Srikandi versi Hindia
Shikandi adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabarata. Putra Drupada, ia berjuang dalam perang Kurukshetra di pihak Pandawa. Dia telah lahir di masa sebelumnya sebagai seorang wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba melakukan tapa dan penebusan dosa besar dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Amba kemudian dilahirkan kembali sebagai Shikhandini (wanita).
Dari dia lahir,terdengar suara dewata yang memerintahkan kepada ayahnya untuk membesarkannya sebagai anak laki-laki. Jadi Shikhandini dibesarkan seperti pria dan mengganti namanya Shikhandi, terlatih dalam peperangan dan akhirnya menikah. Pada malam pernikahannya, istrinya menghinanya pada saat menyadari kenyataan sebenarnya. Dengan maksud untuk bunuh diri, ia melarikan diri dari Pancala, tetapi diselamatkan oleh seorang Yaksha yang bersedia untuk menukarkan kelaminnya dengan Shikhandi .
Shikhandi kembali ke keraton sebagai seorang pria dan telah menikah hidup bahagia bersama istri dan punya anak juga. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kepada Yaksha dan Shikhandi mati sebagai wanita. Dalam pertempuran di Kurukshetra, Bisma mengenalinya sebagai titisan dari Amba yang terlahir kembali, dan tidak ingin untuk melawan 'seorang wanita', sehingga dia menurunkan senjatanya. Mengetahui bahwa Bisma akan bereaksi demikian terhadap Shikhandi, Arjuna bersembunyi di belakang Shikhandi dan menyerang Bisma dengan tembakan anak panah yang mematikan.
Jadi, hanya dengan bantuan Shikhandi, Arjuna mengalahkan Bisma, yang telah hampir tak terkalahkan sampai saat itu. Shikhandi akhirnya dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 pertempuran. Srikandi seorang putri perwira yang senantiasa menjaga kehormatan suami, baik di masa damai maupun di masa perang.