(RENUNGAN DIRI.)
JIDAL DALAM ILMU
PENULIS : VON EDISON ALOUISCI
Bismillahirokhmanirokhi
Selama kita tidak merenungkan nasehat dari seseorang maka kita tidak akan pernah bisa meresapi bait bait pesan yang disampaikan.
selama kita tidak menyimak dengan benar, teliti,memikirkannya dengan hati yang jernih maka kita tidak akan
bisa mengerti maksud maksud yang disampaikan orang orang yang berilmu.para ahli.ulama ulama yang credible.
Kita ambil contoh sederhana..
ketika seorang anak diajarkan ilmu fisika,kimia dan matematika yang demikian rumit,dan sepanjang dirinya tidak focus menyimak dengan sungguh sungguh maka ia tidak akan dapat menyerap pelajaran dengan benar .
jika sudah demikian..dipastikan ia tidak akan pernah paham dan tidak pula menjadi seorang
murid yang cerdas dan pandainya hanya mencontek
kecerdasan orang lain.
Jika kita kembalikan pada persoalan agama yang lebih
banyak mengajarkan keyakinan ketimbang perhitungan matematika maka jika seorang yang mengaku dirinya islam
dan tidak focus serta tidak menyimak dengan sungguh
sungguh maka apa yang ia pahami hanyalah sebatas kulit
luar dan belum menyentuh pada persoalan yang lebih dalam.pandainya hanya mencontek .
Mottonya “yang penting beres dan ada jawaban”. ia tidak paham isinya sesungguhnya yang ia contek yang penting dikatakan betul oleh orang lain padahal ia bodoh.
Orang semacam ini mengukur kebenaran hanya sebatas
apa yang ia pahami secara umum sebagaimana seorang
anak sekolah hanya paham beberapa bagian ilmu matematika,kimia dan fisika namun tidak banyak.seoarang
guru akan mengukur dirinya dengan nilai dibawah angka 6.
nah bagaimana bisa dikatakan orang islam yang cerdas jika hanya paham kulit luarnya saja sementara ajaran islam itu luas dan banyak jika di tela`ah satu persatu ??
Soal berdebat ilmu pengetahuan :
satu hal lagi .debat itu terkadang terpuji dan terkadang tercela; terkadang membawa mafsadat (kerusakan) dan terkadang membawa mashlahat (kebaikan); terkadang merupakan sesuatu yang haq dan terkadang merupakan sesuatu yang bathil.”
kita harus cerdas dan cermat
membedakannya. Jidal (adu hujjah) adalah masalah yang hukumnya belum pasti; dan untuk menentukan hukum tentang masalah ini,tergantung kepada kondisi yang ada.
Sedangkan debat yang sesuai dengan syari’at, maka hukumnya terkadang wajib dan terkadang mustahab yang tercela menurut kacamata syar’i adalah sesuatu yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti debat dalam rangka membenarkan yang bathil dan debat kusir (tanpa ilmu) dan mendiskusikan sebuah kebenaran yang jelas dan gamblang (seperti hukum wajibnya shalat dan lain-
lain).
larangan para salaf dalam berdebat adalah yang dilakukan
oleh orang yang tidak memenuhi syarat untuk melakukan perdebatan (kurang ilmu dan lain-lain) atau perdebatan yang tidak mendatangkan kemaslahatan yang pasti;
berdebat dengan orang yang tidak menginginkan kebenaran, serta berdebat untuk saling unjuk kebolehan dan saling mengalahkan yang berujung dengan ujub (bangga diri) dan kesombongan.
Adapun debat yang sesuai syari’at (dalam rangka mendakwahi orang-orang jahil, atau dalam rangka sama-sama mencari kebenaran) adalah yang diperintahkan Allah seperti dalam firman-Nya,
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik.” (QS. an-Nahl:125)
…dan ayat-ayat lain yang semisalnya. Bahkan justru
merupakan sesuatu yang wajib atau mustahab(yang dianjurkan).
Jidal (adu hujjah) seperti ini tidaklah dilarang dan tidak dicela oleh syari’at yang mana satu sama lain dalam dialog mengedepankan adab dan akhlak ketika Jidal.
Maka sebaiknya mari kita belajar dengan Mujtahid yang memenuhi memiliki syarat:
Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an dan berbagai kajian ilmu tafsirnya (bukan menafsirkan dengan akal sendiri)
2. Memiliki pengetahuan tentang Sunnah dan segala disiplin ilmu pendukungnya termasuk paham pendapat pendapat aslinya para ulama terdahulu. (salaf,tabiin.tabiun dan generasinya yang terkait sanad)
3, Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’ sebelumnya.
Banyak memang kaula muda tertipu tapi tidak sadar jika
diajarkan pemahaman yang salah.
Kaula muda inilah yan banyak menyebarkan pengetahuan
dangkal orang itu padahal pendapatnya itu kadang masih
cacat sumber yang tidak diteliti ulang kaula muda jenis
ini.
Siapa yang salah ??
“sudah bodoh ditipu namun membodohi orang, sudah diajarkan salah mengajarkan hal yang salah pada orang.ini sama artinya sudah kena fitnah namun memfitnah orang dan juga penerus ajaran yang salah”
MARI KITA INGATI NASEHAT IMAM SAFII
berkata Imam Syafii :“Orang yang belajar ilmutanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar
digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul
Qadir juz 1 hal 433)
“ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺠْﻤِﻊُ ﺃُﻣَّﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ﻭَﻳَﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻭَﻣَﻦْ ﺷَﺬَّ ﺷَﺬَّ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ”
“Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas
kesesatan. DAN DITANGAN ALLAH BERSAMA AL JAMA’AH.
Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168). “Barangsiapa yang menolak sunnahku maka bukan dari golonganku” (Shahih
Bukhari).
SEMOGAMENJADI RENUNGAN KITA BERSAMA.
"BERLIMU TANPA AMAL ADALAH SIA SIA.BERAMAL TANPA ILMU ADALAH CELAKA"
SALAM UKHUWAH..BAGI SESAMA ISLAM SEAKIDAH ( INGAT SESAMA ISLAM BELUM TENTU SEAKIDAH)
.
By.Von Edison Alouisci.
Kingstones street 01.01.2011
.
.
KONTAK :
WHATSAPP
WA +6281273311201
.
GABUNG DI BBM
PIN 54CB428E
.
GABUNG DI OFFICIAL LINE
http://line.me/ti/p/%40cpu9611w
.
GABUNG DI CHANEL TELEGRAM
http://tlgrm.me/von_edison_alouisci
.
GABUNG DI FANS PAGE FACEBOOK
www.facebook.com/von.edison.alouisci
.
FOLLOW TWITTER
@von_edison
.
FOLLOW INSTAGRAM
@von.edison.alouisci
JIDAL DALAM ILMU
PENULIS : VON EDISON ALOUISCI
Bismillahirokhmanirokhi
Selama kita tidak merenungkan nasehat dari seseorang maka kita tidak akan pernah bisa meresapi bait bait pesan yang disampaikan.
selama kita tidak menyimak dengan benar, teliti,memikirkannya dengan hati yang jernih maka kita tidak akan
bisa mengerti maksud maksud yang disampaikan orang orang yang berilmu.para ahli.ulama ulama yang credible.
Kita ambil contoh sederhana..
ketika seorang anak diajarkan ilmu fisika,kimia dan matematika yang demikian rumit,dan sepanjang dirinya tidak focus menyimak dengan sungguh sungguh maka ia tidak akan dapat menyerap pelajaran dengan benar .
jika sudah demikian..dipastikan ia tidak akan pernah paham dan tidak pula menjadi seorang
murid yang cerdas dan pandainya hanya mencontek
kecerdasan orang lain.
Jika kita kembalikan pada persoalan agama yang lebih
banyak mengajarkan keyakinan ketimbang perhitungan matematika maka jika seorang yang mengaku dirinya islam
dan tidak focus serta tidak menyimak dengan sungguh
sungguh maka apa yang ia pahami hanyalah sebatas kulit
luar dan belum menyentuh pada persoalan yang lebih dalam.pandainya hanya mencontek .
Mottonya “yang penting beres dan ada jawaban”. ia tidak paham isinya sesungguhnya yang ia contek yang penting dikatakan betul oleh orang lain padahal ia bodoh.
Orang semacam ini mengukur kebenaran hanya sebatas
apa yang ia pahami secara umum sebagaimana seorang
anak sekolah hanya paham beberapa bagian ilmu matematika,kimia dan fisika namun tidak banyak.seoarang
guru akan mengukur dirinya dengan nilai dibawah angka 6.
nah bagaimana bisa dikatakan orang islam yang cerdas jika hanya paham kulit luarnya saja sementara ajaran islam itu luas dan banyak jika di tela`ah satu persatu ??
Soal berdebat ilmu pengetahuan :
satu hal lagi .debat itu terkadang terpuji dan terkadang tercela; terkadang membawa mafsadat (kerusakan) dan terkadang membawa mashlahat (kebaikan); terkadang merupakan sesuatu yang haq dan terkadang merupakan sesuatu yang bathil.”
kita harus cerdas dan cermat
membedakannya. Jidal (adu hujjah) adalah masalah yang hukumnya belum pasti; dan untuk menentukan hukum tentang masalah ini,tergantung kepada kondisi yang ada.
Sedangkan debat yang sesuai dengan syari’at, maka hukumnya terkadang wajib dan terkadang mustahab yang tercela menurut kacamata syar’i adalah sesuatu yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti debat dalam rangka membenarkan yang bathil dan debat kusir (tanpa ilmu) dan mendiskusikan sebuah kebenaran yang jelas dan gamblang (seperti hukum wajibnya shalat dan lain-
lain).
larangan para salaf dalam berdebat adalah yang dilakukan
oleh orang yang tidak memenuhi syarat untuk melakukan perdebatan (kurang ilmu dan lain-lain) atau perdebatan yang tidak mendatangkan kemaslahatan yang pasti;
berdebat dengan orang yang tidak menginginkan kebenaran, serta berdebat untuk saling unjuk kebolehan dan saling mengalahkan yang berujung dengan ujub (bangga diri) dan kesombongan.
Adapun debat yang sesuai syari’at (dalam rangka mendakwahi orang-orang jahil, atau dalam rangka sama-sama mencari kebenaran) adalah yang diperintahkan Allah seperti dalam firman-Nya,
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik.” (QS. an-Nahl:125)
…dan ayat-ayat lain yang semisalnya. Bahkan justru
merupakan sesuatu yang wajib atau mustahab(yang dianjurkan).
Jidal (adu hujjah) seperti ini tidaklah dilarang dan tidak dicela oleh syari’at yang mana satu sama lain dalam dialog mengedepankan adab dan akhlak ketika Jidal.
Maka sebaiknya mari kita belajar dengan Mujtahid yang memenuhi memiliki syarat:
Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an dan berbagai kajian ilmu tafsirnya (bukan menafsirkan dengan akal sendiri)
2. Memiliki pengetahuan tentang Sunnah dan segala disiplin ilmu pendukungnya termasuk paham pendapat pendapat aslinya para ulama terdahulu. (salaf,tabiin.tabiun dan generasinya yang terkait sanad)
3, Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’ sebelumnya.
Banyak memang kaula muda tertipu tapi tidak sadar jika
diajarkan pemahaman yang salah.
Kaula muda inilah yan banyak menyebarkan pengetahuan
dangkal orang itu padahal pendapatnya itu kadang masih
cacat sumber yang tidak diteliti ulang kaula muda jenis
ini.
Siapa yang salah ??
“sudah bodoh ditipu namun membodohi orang, sudah diajarkan salah mengajarkan hal yang salah pada orang.ini sama artinya sudah kena fitnah namun memfitnah orang dan juga penerus ajaran yang salah”
MARI KITA INGATI NASEHAT IMAM SAFII
berkata Imam Syafii :“Orang yang belajar ilmutanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar
digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul
Qadir juz 1 hal 433)
“ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺠْﻤِﻊُ ﺃُﻣَّﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ﻭَﻳَﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻭَﻣَﻦْ ﺷَﺬَّ ﺷَﺬَّ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ”
“Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas
kesesatan. DAN DITANGAN ALLAH BERSAMA AL JAMA’AH.
Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168). “Barangsiapa yang menolak sunnahku maka bukan dari golonganku” (Shahih
Bukhari).
SEMOGAMENJADI RENUNGAN KITA BERSAMA.
"BERLIMU TANPA AMAL ADALAH SIA SIA.BERAMAL TANPA ILMU ADALAH CELAKA"
SALAM UKHUWAH..BAGI SESAMA ISLAM SEAKIDAH ( INGAT SESAMA ISLAM BELUM TENTU SEAKIDAH)
.
By.Von Edison Alouisci.
Kingstones street 01.01.2011
.
.
KONTAK :
WA +6281273311201
.
GABUNG DI BBM
PIN 54CB428E
.
GABUNG DI OFFICIAL LINE
http://line.me/ti/p/%40cpu9611w
.
GABUNG DI CHANEL TELEGRAM
http://tlgrm.me/von_edison_alouisci
.
GABUNG DI FANS PAGE FACEBOOK
www.facebook.com/von.edison.alouisci
.
FOLLOW TWITTER
@von_edison
.
FOLLOW INSTAGRAM
@von.edison.alouisci