Makna Ratib
Perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan di sini berasal dari perkataan (rattaba) berarti mengaturkan atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sholat sunnah Rawatib adalah antara sholat-sholat sunnah yang diamalkan pada waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi s.a.w. Ratib al-Attas mengandung zikir, ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah disusun oleh al-Habib Umar bin Abdul Rahman al-Attas yang juga dibaca pada waktu-waktu yang tertentu.
Istilah Ratib biasanya digunakan di negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan bilangan jumlah zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), mudah diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam. Ada beberapa macam ratib, diantaranya: Ratib al-Haddad, Ratib al-Aidrus, Ratib al-Muhdhor dan lain-lain.
Kelebihan Ratib Al-Haddad
Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya;
Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiyun (Hadhramaut): "Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami tidak dapat meneruskan perjalanannya karena tidak ada angin yang menggerakkannya. Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, karena kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami coba meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan asin, lalu kami buang air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat.
Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu. Belum sempat kami selesai membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami bergembira sekali. Tetapi bila mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ.
Namun rupanya Allah Ta'ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati kami berhenti di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk membawa kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif tanpa mengganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Allah kerana berkat membaca Ratib.
Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: "Sekali waktu saya berangkat dari negeri Ahsa'i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya melihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan kuasa Allah mereka melintas di hadapanku seperti orang yang tidak melihatku, sedang aku memandang mereka."
Begitu juga pernah terjadi hal semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka berjumpa dengan gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini. Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mencelakakan siapa pun, malah mereka lalu dengan tidak mengganggu.
Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.
Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentara untuk menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tentaranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib ini dengan bertitah: "Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas karena kita ada benteng yang kuat, yaitu Ratib Haddad ini." Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan selamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berokah Ratib Haddad ini.
Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, iaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin berhenti bertiup, lalu kapal itu pun berhenti tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun angin belum juga bertiup. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkat membaca Ratib ini.
Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba'alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu salah jalan sehingga membawa kapalnya kandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu angin juga berhenti tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami semua merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Allah akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Allah datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami.
Maka karena itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun terbangun dari tidur dan lalu membaca Ratib Haddad itu.
Di antaranya yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, yaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: "Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu kepada Habib Abdullah Haddad, maka dia memberikan kepadaku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.
Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta dariku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majelis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu."
Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua waktu itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sudah meyakini sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.
Di antaranya lagi, apa yang diceritakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: "Sekali waktu aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: "Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu segera membaca Ratib Haddad itu.
Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: "Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang mengerikankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tiada pula bermimpi apa-apa pun."
Di antara yang diberitakan lagi, bahwa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai'ar, dia bercerita: "Dari adat kebiasaan Sayyid Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sayyid Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya, kami tiada membaca Ratib dan tidak sholat Isya, semua orang termasuk Sayyid Habib Zainul Abidin. Kami tiada terbangun melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.
Kini tahulah kami bahawa semua itu terjadi karena tidak membaca Ratib ini. Sebab itu kemudiannya kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatu pun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak khawatir lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan."
Saya rasa cukup dengan beberapa cerita yang saya sampaikan di sini mengenai kelebihan Ratib ini dan anda sendiri dapat meneliti bicara yang saya catatkan di sini, sehingga Sayyid Habib Muhammad bin Zain bin Sumait sendiri pernah mengatakan dalam bukunya Ghayatul Qasd Wal Murad, bahawa roh Sayyidina penyusun Ratib ini akan hadir apabila dibaca Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia kebatinan yang lain yang dapat dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab dan benar-benar mujarab, tiada perlu diragukan lagi.
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: "Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta'ala, dan hal ini pernah terjadi dan bukan omong-omong kosong."
Berkata Sayyid Habib Muhammad bin Zain bin Sumait Ba'alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: "Sesiapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini sama dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu, maka akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit." ( Thaha: 124 )
Allah berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman." ( Az-Zukhruf: 36 )
Allah berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingai Tuhannya, Kami akan melorongkannya kepada seksa yang menyesakkan nafas." ( Al-Jin: 17)Apa lagi yang hendak diterangkan mengenai Ratib ini untuk mendorong anda supaya melazimkan mengamalkan bacaannya setiap hari, sekurang-kurangnya sehari setiap malam, mudah-mudahan anda akan terbuka hati untuk melakukannya dan mendapat faedah daripada amalan ini.
*Syarif atau Asyraf ialah orang-orang yang berketurunan dari Rasulullah SAW yang juga dikenal dengan Sayyid
Allahumma Solli Ala Sayyidina Muhammad, Wa'ala Aali Sayyidina Muhammad..
Perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan di sini berasal dari perkataan (rattaba) berarti mengaturkan atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sholat sunnah Rawatib adalah antara sholat-sholat sunnah yang diamalkan pada waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi s.a.w. Ratib al-Attas mengandung zikir, ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah disusun oleh al-Habib Umar bin Abdul Rahman al-Attas yang juga dibaca pada waktu-waktu yang tertentu.
Istilah Ratib biasanya digunakan di negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan bilangan jumlah zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), mudah diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam. Ada beberapa macam ratib, diantaranya: Ratib al-Haddad, Ratib al-Aidrus, Ratib al-Muhdhor dan lain-lain.
Kelebihan Ratib Al-Haddad
Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya;
Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiyun (Hadhramaut): "Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami tidak dapat meneruskan perjalanannya karena tidak ada angin yang menggerakkannya. Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, karena kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami coba meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan asin, lalu kami buang air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat.
Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu. Belum sempat kami selesai membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami bergembira sekali. Tetapi bila mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ.
Namun rupanya Allah Ta'ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati kami berhenti di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk membawa kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif tanpa mengganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Allah kerana berkat membaca Ratib.
Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: "Sekali waktu saya berangkat dari negeri Ahsa'i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya melihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan kuasa Allah mereka melintas di hadapanku seperti orang yang tidak melihatku, sedang aku memandang mereka."
Begitu juga pernah terjadi hal semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka berjumpa dengan gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini. Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mencelakakan siapa pun, malah mereka lalu dengan tidak mengganggu.
Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.
Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentara untuk menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tentaranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib ini dengan bertitah: "Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas karena kita ada benteng yang kuat, yaitu Ratib Haddad ini." Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan selamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berokah Ratib Haddad ini.
Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, iaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin berhenti bertiup, lalu kapal itu pun berhenti tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun angin belum juga bertiup. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkat membaca Ratib ini.
Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba'alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu salah jalan sehingga membawa kapalnya kandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu angin juga berhenti tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami semua merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Allah akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Allah datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami.
Maka karena itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun terbangun dari tidur dan lalu membaca Ratib Haddad itu.
Di antaranya yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, yaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: "Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu kepada Habib Abdullah Haddad, maka dia memberikan kepadaku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.
Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta dariku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majelis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu."
Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua waktu itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sudah meyakini sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.
Di antaranya lagi, apa yang diceritakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: "Sekali waktu aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: "Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu segera membaca Ratib Haddad itu.
Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: "Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang mengerikankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tiada pula bermimpi apa-apa pun."
Di antara yang diberitakan lagi, bahwa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai'ar, dia bercerita: "Dari adat kebiasaan Sayyid Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sayyid Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya, kami tiada membaca Ratib dan tidak sholat Isya, semua orang termasuk Sayyid Habib Zainul Abidin. Kami tiada terbangun melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.
Kini tahulah kami bahawa semua itu terjadi karena tidak membaca Ratib ini. Sebab itu kemudiannya kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatu pun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak khawatir lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan."
Saya rasa cukup dengan beberapa cerita yang saya sampaikan di sini mengenai kelebihan Ratib ini dan anda sendiri dapat meneliti bicara yang saya catatkan di sini, sehingga Sayyid Habib Muhammad bin Zain bin Sumait sendiri pernah mengatakan dalam bukunya Ghayatul Qasd Wal Murad, bahawa roh Sayyidina penyusun Ratib ini akan hadir apabila dibaca Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia kebatinan yang lain yang dapat dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab dan benar-benar mujarab, tiada perlu diragukan lagi.
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: "Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta'ala, dan hal ini pernah terjadi dan bukan omong-omong kosong."
Berkata Sayyid Habib Muhammad bin Zain bin Sumait Ba'alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: "Sesiapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini sama dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu, maka akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit." ( Thaha: 124 )
Allah berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman." ( Az-Zukhruf: 36 )
Allah berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingai Tuhannya, Kami akan melorongkannya kepada seksa yang menyesakkan nafas." ( Al-Jin: 17)Apa lagi yang hendak diterangkan mengenai Ratib ini untuk mendorong anda supaya melazimkan mengamalkan bacaannya setiap hari, sekurang-kurangnya sehari setiap malam, mudah-mudahan anda akan terbuka hati untuk melakukannya dan mendapat faedah daripada amalan ini.
*Syarif atau Asyraf ialah orang-orang yang berketurunan dari Rasulullah SAW yang juga dikenal dengan Sayyid
Allahumma Solli Ala Sayyidina Muhammad, Wa'ala Aali Sayyidina Muhammad..