Nasib Warung Bung Ahmad  di Negeri Mini Market 

[15/12, 21:54] Amar Sidik: Nasib Warung Bung Ahmad di Negeri Mini Market
Red: Muhammad Subarkah
Republika/ Tahta Aidilla Pekerja sedang mengatur produk di minimarket, Jakarta, Jumat (22/4). (Republika/Tahta Aidilla)

Nasib Warung Bung Ahmad  di Negeri Mini Market 
Oleh: Erie Sudewo, Pendiri Dompet Duafa

======

Belakangan ini perasaan saya teraduk-aduk. Antara terpana, kagum, gundah dan ngeri. Itu lho, minimarket. Gimana gak terpana. Jumlah minimarket sekarang capai puluhan ribu. Lima atau 10 tahun lagi bisa tembus sekian ratus ribu. 20 tahun ke depan, negeri ini bertambah lagi julukan: “Negeri minimarket”.

Maka sudah lama saya amat kecewa. Sebab saya tak lagi jumpai warung langganan dulu. Warung tempat saya ngobrol dengan Bang Ahmad, si pemilik. Warung-warung seperti Bang Ahmad jelas keok hadapi minimarket.
Gundahnya lagi, kini saya tak bisa lagi berbuat baik. Di warung seperti ini, pasti ada titipan lontong dan kue cucur. Ambil lontong sih dua atau tiga biji, cuma bayarnya bisa 10 atau 15 lontong. Kenapa? Ya itu sedekah ke yang titip makanan. Mereka pasti sulit hidup.

Memang minimarket punya program kepedulian. Tapi saya ogah lah. Uang uang saya, kenapa jadi dikelola minimarket. Program bolehlah, keren. Namun itu kan CSR-nya minimarket. Uang dari masyarakat. Kenapa minimarket yang dapat nama. Jadi ingat telur mata sapi. “Ayam punya telur, sapi punya nama”.

Otak saya memang jongkok. Cuma soal kepedulian, saya musti pintar-pintarkan diri. Saya tak tahu siapa pemilik minimarket. Saya tak tahu apa maunya dan apa agendanya. Sumpah, saya tak tahu pemilik minimarket orang baik atau serakah.

Saya sedih lihat mini market. Semua dagangan olahan pabrik. Tak ada titipan tetangga. Warung Bang Ahmad juga jual pabrikan. Cuma masih ada titipan lontong, bawan, tahu dan tempe goreng.
Saya linglung lihat pemerintah. Kenapa pemerintah diam saja. Seolah tak pernah ada apalagi bela warung kecil. Kalau sudah begini saya menyesal tak jadi pemegang kebijakan. Andai pejabat, saya mimpi saja bisa stop pertumbuhan minimarket.

Kalkulasi yuuuk. Katakan ABC minimarket, jumlah gerainya kini 20 ribu. Omset per hari pukul rata Rp 10 juta. Total omset per hari, 20 ribu x Rp 10 juta. Hasilnya Rp 200 milyar. Per bulan Rp 6 triliun.

Andai pemilik ABC minimarket ambil 1%, maka dia dapat Rp 60 milyar per bulan. Per hari dapat Rp 2 milyar. Katakan per hari nikmati Rp 100 juta. Untuk centeng keamanan, let say Rp 200 juta per hari. Dari saldo yang Rp 1,7 milyar, dia sisihkan Rp 1,5 milyar beli tanah.

Duuuh biyung. Ngeri kan bayangkan apa yang terjadi? Tiap hari dia beli tanah Rp 1,5 milyar. Gunung sawah pantai pun diborong. Ngeri ngerii ngeriii...

Jika sudah begini, kadang saya menyesal juga. Mengapa tak jadi ekonom. Karena tak tahu teori ekonomi, makin hari perut saya makin mual. Minimarket koq bisa tekuk kebijakan. Lha kalau begitu ngapain ada pemerintah.
Kambing congek itu masalah. “Pemerintah congek” itu lebih gawat. Pura-pura bolot saat rakyat susah, itu drama paling mengerikan. Hati-hati, malaikat gak tidur lho!

Katanya satu minimarket hancurkan 3 sampai 5 warung. Ada 20 ribu minimarket, tutuplah 100 ribu warung kecil. Karena tak tahu teori ekonomi, bolehkah saya bilang: “Minimarket menghancurkan fondasi ekonomi rakyat?”

Sekali lagi saya tak paham ilmu ekonomi. Saya cuma yakin, seilmiah apapun dukungan pada minimarket, ini jelas “tak adil” dan “tak beradab

[15/12, 21:57] Amar Sidik: *Kenapa sih pada demen banget belanja di Indomart alfamart termasuk (saya).*
🙃🙃🙃
*Sampe warung warung tetangga yang janda buat nafkahin anak yatimnya jadi sepi. Akhirnya anaknya ditinggalin dia nyari rejeki jadi kuli cuci.*
😭😭😭
*Kenapa sih pada betah banget bolak balik superindo padahal sebelah rumah ngewarung. Katanya lumayan juga indomie disebelah 2500 sebungkus. Di superindo cuma 2000. Padahal itu ibu nuturin duit 500 buat ngasih makan anaknya bekal sekolah.*
😰😰😰
*Kenapa sih pada betah banget ngabisin duit di Giant, Hypermart, padahal warung depan rumah muslim taat. Saban adzan pake sarung ama peci jalan kemasjid ditinggalin tuh warung demi panggilan Allah TuhanNya.*
🤕🤕🤕
*Kalaupun beli paling beli terasi, mecin, bahan bahan yang kelupaan kebeli saat belanja bulanan diSwalayan Besar kemarin...*
😩😩😩
*Aduh kasihan saudara/i kita. Dia susah kita nggak tau. Dia berjuang kita nggak bantu.*
😴😴😴
*Padahal kalau kita meninggal, dia yang pada nguburin...*🚑

#Gerakan belanja
Warung Tetangga