cara mengajar siswa kritis

Ingin mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa yang Anda ajar? Jika iya, pastikan Anda memberikan kesempatan kepada mereka untuk menganalisis seluruh informasi secara mendalam. Sejatinya, diskusi kelas merupakan medium yang sempurna untuk mendorong munculnya kreativitas dan pola pikir yang terbuka. Oleh karena itu, selalu ajarkan siswa Anda untuk bertanya "mengapa?" sesering mungkin dan mengenali pola sebuah informasi. Selain itu, ajarkan pula mereka untuk mengidentifikasi informasi yang berkualitas dan tidak berkualitas.


Langkah

Bagian 1 dari 3: 
Mendorong Siswa untuk Memiliki Pola Pikir Terbuka

Awali diskusi kelas dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Sejatinya, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban. Tegaskan kepada siswa Anda bahwa tidak ada jawaban yang benar dan salah! Mintalah mereka memperbaiki perspektifnya, yaitu bahwa beberapa jawaban mungkin akan bekerja lebih baik dalam sebuah situasi. Jika jawaban mereka bukan salah satunya, artinya mereka memiliki kesempatan untuk belajar dan memperluas pengetahuannya. Memiliki perspektif tersebut ampuh membantu siswa untuk berpikir dengan lebih kritis dan kreatif tanpa harus takut dipersalahkan. Tunjukkan antusiasme Anda terhadap jawaban-jawaban yang unik dan kreatif agar mereka semakin terpacu untuk memperluas imajinasi dan membuka pintu bagi ide-ide yang berbeda.[1]

Misalnya, ajukan pertanyaan terbuka seperti, "Kira-kira bagaimana cara yang ampuh untuk mendorong lebih banyak orang melakukan daur ulang di sekolah?"


Meski jawaban mereka terdengar kurang realistis, tetaplah memberikan pujian untuk jawaban yang terdengar unik dan baru seperti, “Kita bisa meletakkan patung raksasa yang terbuat dari bahan daur ulang di tengah-tengah lapangan. Ketika melihatnya, orang-orang akan tertarik untuk menambahkan sesuatu di sana. Di akhir tahun, kita bisa mendokumentasikan hasilnya dan membawa semua bahan yang terkumpul ke depo daur ulang."


Berikan waktu kepada siswa untuk berpikir. Pola pikir yang sempit sering kali muncul karena seseorang merasa diburu-buru untuk memberikan jawaban. Oleh karena itu, pastikan Anda selalu memberikan waktu beberapa menit kepada siswa untuk berpikir baik-baik sebelum mengajukan ide, baik di dalam kegiatan diskusi maupun proyek kelas. Untuk hasil yang terbaik, mintalah siswa menyingkirkan buku dan bolpoinnya, lalu duduk dengan tenang sambil merefleksikan idenya. [2]

Di awal kelas, cobalah mengadakan permainan kreatif sederhana untuk melatih kinerja otak mereka. Misalnya, mintalah siswa mengidentifikasi 5 kegunaan sepatu selain untuk menjadi alas kaki.


Susun daftar berisi hal-hal positif dari dua ide yang berseberangan. Ubah pola pikir bahwa selalu ada jawaban yang “benar” dan “salah” dengan menunjukkan sisi positif dari dua ide yang bertentangan. Buat tabel berisi dua buah kolom (yang juga berisi dua buah ide) di papan tulis atau sebuah poster besar, lalu mintalah siswa menuliskan hal-hal positif dari setiap ide, dan memikirkan opsi ide ketiga yang mampu menghubungkan kedua ide tersebut. [3]

Misalnya, buat kolom berisi aspek positif dari ide berkemah dan berpelesir di dalam kota. Setelah itu, mintalah mereka menemukan opsi ketiga berupa medium positif yang mampu menghubungkan kedua ide tersebut.


Bagian 2 dari 3: 
Membantu Siswa Membangun Relasi

Mintalah siswa mencari pola dan relasi.Apa pun subjek yang Anda ajarkan, selalu dorong siswa untuk mencari pola dan relasi subjek dengan dunia yang nyata. Melakukannya ampuh membantu siswa untuk mengaitkan materi sesederhana apa pun dengan konsep yang lebih besar, sekaligus membantu mereka untuk mengaplikasikan konsep tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Saat mempelajari sesuatu, dorong siswa untuk mencari tema dan/atau ide yang sebelumnya pernah mereka temukan. [4]

Misalnya, tema lingkungan umumnya muncul di pelajaran sains, sejarah, sastra, dan seni.


Jika Anda mengajarkan konsep geometri kepada siswa, cobalah bertanya apakah mereka pernah melihat bangunan yang menyerupai bentuk yang sedang Anda ajarkan. Jika ingin, Anda juga bisa mencari bangunan dengan bentuk yang mirip dan mempresentasikannya kepada siswa.


Tunjukkan gambar yang bermakna samar kepada siswa Anda dan tanyakan asumsi mereka. Misalnya, tunjukkan sebuah gambar yang bermakna kurang jelas dan mintalah siswa Anda untuk menebak situasi yang terjadi di dalam gambar tersebut. Setelah itu, mintalah mereka menyebutkan petunjuk apa saja yang menggiring mereka hingga mencapai asumsi tersebut. Pada akhirnya, mintalah mereka memikirkan bagaimana caranya sebuah kepercayaan atau pengalaman dapat membentuk asumsi seseorang terhadap sesuatu. [5]

Jelaskan bagaimana petunjuk dan pengaruh personal mereka dapat membentuk kesimpulan akhir mereka mengenai gambar tersebut.


Misalnya, tunjukkan gambar seorang pria dan wanita sedang berjabat tangan di depan sebuah rumah yang diberi tanda "Dijual". Mintalah siswa menjelaskan situasi yang menurut mereka terjadi di dalam gambar, dan perlahan-lahan mengidentifikasi hal-hal apa saja yang membuat mereka mencapai asumsi tersebut.


Analisis sebuah pertanyaan dengan bertanya "mengapa" sebanyak lima kali.Pahami pentingnya mendorong siswa Anda untuk memikirkan dan menjelaskan alasan di balik jawaban-jawaban mereka. Untuk itu, cobalah mengadakan permainan sederhana yang bertujuan untuk menginterogasi setiap klaim dengan bertanya "mengapa?" sebanyak lima kali. Permainan ini dapat Anda lakukan di setiap topik yang Anda ajarkan, terutama pada topik yang berhubungan dengan sejarah atau bahan bacaan. Dorong siswa untuk memahami akar masalah dari setiap hal dan mengevaluasi segala informasi secara lebih mendalam. [6]

Jika Anda sedang mengajak siswa mengulas sebuah bahan bacaan atau naskah drama, Anda bisa bertanya, “Kenapa Bob pergi ke stasiun kereta api?" dan menerima respons yang beragam seperti:

"Untuk naik kereta."


"Kenapa?"


"Untuk pergi ke kota."


"Kenapa?"


"Untuk bertemu temannya."


"Kenapa?"


"Karena dia merindukan temannya."


"Kenapa?"


"Karena dia kesepian."


Pada tataran yang lebih tinggi, siswa akan terbantu untuk menginterogasi penelitiannya sendiri dan mencari relevansinya.


Bagian 3 dari 3: 
Membantu Siswa Mengenali Informasi yang Tepercaya

Ajarkan siswa mengenai perbedaan pendapat dan pernyataan yang faktual.Jelaskan bahwa setiap klaim yang mereka buat hanya akan dianggap sebagai pendapat subjektif, sampai mereka bisa menyediakan bukti untuk mendukung pendapat tersebut. Bukti tersebut bisa berupa hasil eksperimen sederhana yang mereka lakukan, atau informasi faktual yang dipublikasikan oleh sumber tepercaya. Di dalam setiap diskusi dan proyek kelas, selalu ingatkan siswa Anda untuk menyokong setiap klaim yang mereka ajukan dengan data faktual. [7]

Jika menurut siswa Anda jumlah perpustakaan saat ini semakin berkurang, mintalah dia menyediakan informasi statistik yang aktual dan faktual untuk mendukung argumentasinya.


Ingatkan siswa untuk menerima pandangan yang berbeda dengan pikiran terbuka. Kemungkinan besar, siswa akan merasa lebih nyaman untuk berfokus pada sumber-sumber yang mendukung pandangannya. Namun, keterbatasan tersebut justru akan mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir kritis! Oleh karena itu, dorong siswa untuk mempelajari kedua sisi yang berbeda dari setiap perdebatan, dan untuk menerima berbagai pendapat yang berbeda dengan pikiran terbuka. Tegaskan bahwa melakukannya dapat membantu mereka memahami sebuah topik secara lebih komprehensif sebelum menentukan posisi akhir mereka.


Bantu siswa mengenali keberadaan iklan yang tersembunyi di balik informasi. Mengemas promosi produk dalam bentuk informasi yang “netral” adalah salah satu cara mengiklankan produk yang lazim dipraktikkan saat ini. Oleh karena itu, cobalah menunjukkan contoh artikel iklan berbayar atau potongan iklan yang dikemas secara implisit untuk membantu mereka mengkritisi informasi yang diterima setiap harinya. Mintalah mereka mengidentifikasi sumber informasinya dan menganalisis motivasi penyebar informasi saat membagikan informasi tersebut. [8]

Dorong siswa untuk mengajukan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang membagikan informasi tersebut dan mengapa dia melakukannya?"


Misalnya, iklan mengenai produk makanan rendah kalori bisa saja dikemas dalam bentuk program televisi yang mengangkat topik cara mengurangi berat badan dengan mudah dan murah.


Mintalah siswa menilai kualitas sebuah situs. Di era teknologi informasi ini, sangatlah penting bagi siswa untuk mengetahui situs apa saja yang memberikan informasi akurat bagi konsumennya. Diskusikan isu tersebut di dalam kelas, atau mintalah siswa Anda mengamati berbagai situs yang ada di internet dan mengevaluasi akurasinya. Pastikan mereka mengamati faktor-faktor berikut ini: [9]

Tanggal publikasi artikel, apakah artikel tersebut telah diperbarui, dan seberapa aktualnya informasi yang disampaikan. Sebelumnya, jelaskan terlebih dahulu di mana siswa bisa menemukan informasi tersebut.


Kualifikasi penulis. Misalnya, sebuah artikel medis seharusnya ditulis oleh seorang dokter atau tenaga medis profesional lain.


Ada atau tidaknya bukti yang mendukung argumentasi penulis. Idealnya, setiap sumber informasi harus memiliki sumber terdahulu lain untuk mendukung argumentasinya, terutama jika sumber tersebut beredar di internet.


Dorong siswa untuk mempertanyakan sumber informasi yang mereka terima.Pastikan siswa Anda mampu menganalisis informasi pada tataran yang lebih dalam. Dengan demikian, mereka akan terbantu untuk mengkritisi sumber informasinya dan mengidentifikasi berbagai konflik kepentingan yang mungkin terjadi.

Jika siswa Anda harus mengulas pandangan politis dari seorang pemimpin partai, cobalah meminta mereka untuk mencari informasi dari mana datangnya sumbangan finansial yang diterima oleh partainya. Setelah menemukan jawabannya, kemungkinan besar siswa akan lebih mudah memahami alasan di balik pandangan politis tersebut.


Article provided by wikiHow, a wiki that is building the world's largest and highest quality how-to manual. Please eidit this article and find author credits at the original wikiHow article on Cara Mengajarkan Kemampuan Berpikir Kritis. Content on wikiHow can be shared under a Creative Commons License.