Mendikbud Ancam Cabut Dana BOS jika SD Ngotot Berlakukan Tes Calistung
Sabtu, 16 Maret 2019 – 21:03 WIB
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy kembali mengeluarkan warning bagi sekolah dasar (SD) di seluruh Indonesia apabila dalam penerimaan siswa baru, masih tetap memberlakukan tes baca tulis menghitung (calistung) maka akan diberikan sanksi tegas.
"Saya sudah tegaskan ke seluruh kepala sekolah SD, jangan lagi memberikan tes calistung untuk anak-anak yang baru masuk SD. Tes calistung itu merusak perkembangan jiwa anak,” kata Menteri Muhadjir saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Mendidik Generasi PAUD Milenial Berbasis Keluarga di Era Disruptif 4.0 di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (16/3).
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menegaskan, bila dalam penerimaan siswa baru (SD) masih ada sekolah yang menerapkan tes calistung, akan dicabut dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)-nya. Sanksi ini terpaksa diberlakukan agar sekolah menaatinya.
"Sudah diimbau berkali-kali masih tetap berlakukan calistung. Ya, saya cabut dana BOS-nya. Ingat itu," ucapnya.
Di depan peserta seminar yang digagas Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru PAUD UMJ ini, Menteri Muhadjir menekankan agar tidak merampas hak anak-anak untuk bermain. Sejatinya, PAUD adalah masa prasekolah. Anak-anak tidak boleh diberikan pelajaran calistung. Anak-anak hanya diberikan pendidikan karakter tentang bagaimana budaya baca, disiplin, dan lainnya.
"Wahai guru PAUD jangan rampas masa bermain anak-anak. Orang tua juga harus sadar, PAUD itu bukan wadah untuk mengajarkan anak calistung. Anak-anak di PAUD itu hanya bermain tapi sebenarnya mereka belajar beragam ilmu. Bagaimana berinteraksi, berbagi, dan lainnya," tuturnya.
Bila PAUD tetap mengajarkan anak calistung karena tuntutan SD, Muhadjir mengatakan, akan menjerumuskan anak pada gangguan psikologis. Anak-anak akan kehilangan masa kecilnya yang penuh kebahagiaan dan keceriaan. Alhasil ketika remaja dan dewasa akan mengganggu perkembangan mentalnya.
Ketua Panitia Seminar Nasional PAUD Adiyati Fathu Roshonah dalam laporannya menjelaskan, tema ini sangat tepat di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang sedemikian pesat. Di mana kondisi tersebut tentu harus diadaptasi dan diantisipasi oleh lembaga PAUD dan guru-guru PAUD termasuk para orang tua.
“Orang tua adalah guru pertama dan rumah adalah sekolah pertama bagi anak usia dini. Di era disruptif 4.0 mendidik generasi PAUD milenial memiliki peluang dan tantangan tersendiri. Dan penguatan fungsi keluarga merupakan salah satu jawaban,” jelas Adiyati.(esy/jpnn)