Oleh Ajeng QuamilaInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum.
Tak terhitung lagi berapa banyak nyawa yang telah diselamatkan di rumah sakit. Namun kebanyakan dari kita mungkin tak pernah menyangka bahwa mengunjungi rumah sakit, tempat tujuan utama untuk mendapatkan bantuan, bisa membuat masalah kita justru memburuk.
Ya, rumah sakit terbersih, tersteril, dan paling canggih sekalipun kerap dihantui oleh penyakit menular. Jika Anda tidak pintar-pintar melindungi diri, Anda akan lebih rentan terhadap penyakit menular tersebut.
Infeksi yang rentan ditularkan di rumah sakit
Semua orang yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit memiliki risiko untuk tertular hospital acquired infection (HAI). Dalam istilah medis HAI dikenal juga dengan sebutan infeksi nosokomial. Infeksi ini bisa terjadi mulai dari 48 jam setelah masuk rumah sakit, tiga hari setelah kepulangan, atau 30 hari setelah menjalankan operasi.
HAI lebih umum di negara-negara berkembang. Studi menunjukkan bahwa lima sampai 10 persen dari rumah sakit di Eropa dan Amerika Utara melaporkan kasus HAI. Di daerah lain seperti Amerika Latin, Sub-Sahara Afrika, dan Asia, laporan kasus melebihi dari 40 persen.
Gejala dan pengobatan HAI akan bervariasi menurut jenis infeksinya. Jenis yang paling umum dari HAI adalah:
1. Infeksi saluran kencing
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang melibatkan setiap bagian dari sistem urinasi, termasuk uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal. Seseorang bisa terkena infeksi ini akibat pemasangan kateter urin jangka panjang. Kateter urin sendiri merupakan sebuah tabung yang dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengalirkan urin. Sekitar 15-25 persen pasien yang dirawat di rumah sakit menerima kateter urin selama mereka dirawat inap.
2. Infeksi aliran darah
CVC line (central line/central venous catheter/alat akses vena) sangat berguna dalam lingkungan perawatan kesehatan. Jika Anda pernah masuk UGD sebelumnya untuk suatu kondisi serius, atau menjalani rawat inap, Anda mungkin pernah dipasangkan alat ini. Alat akses vena memiliki peran penting untuk menyokong kesehatan Anda selama di rumah sakit. Pasalnya, alat ini berfungsi sebagai jalur masuk bagi cairan, obat, atau suplai darah ke dalam tubuh. Alat ini juga bisa memungkinkan dokter untuk segera melakukan tes tertentu.
Terlepas dari kepraktisan dan kepentingannya, CVC line juga menimbulkan potensi bahaya sampingan, yaitu infeksi aliran darah. Infeksi aliran darah karena pemasangan central line (CLABSI) dapat terjadi bila kuman mendapatkan akses ke dalam aliran darah pasien dari tabung central line. CLABSI dapat menyebabkan demam yang disertai panas dingin, jantung berdebar-debar, kemerahan, bengkak, atau nyeri di lokasi pemasukan kateter, dan keluarnya cairan keruh dari tempat kateter.
Untungnya, dokter dan tim medis sudah terlalatih untuk mencegah penularan infeksi dengan cara melakukan sterilisasi kebersihan pra dan pasca prosedur pemasukan kateter central line. Tim medis juga selalu memastikan bahwa tabung kateter segera dilepas ketika tak lagi diperlukan. Selain tim medis, Anda juga dapat mengambil tindakan pencegahan sendiri dengan menjaga kebersihan di tempat pemasangan kateter.
3. Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi lainnya yang bisa ditularkan di rumah sakit. Sebagian besar kasus penularan penyakit ini akibat dari penggunaan ventilator. Ventilator adalah mesin yang digunakan untuk membantu pasien bernapas. Alat ini berisi oksigen dan akan ditempatkan di mulut atau hidung pasien, atau bisa juga melalui lubang di bagian depan leher.
Infeksi dapat terjadi jika kuman masuk melalui tabung dan masuk ke paru-paru pasien. Nah, guna membantu mengurangi penularan infeksi pneumonia ke pasien lain akibat penggunaan ventilator, penyedia layanan kesehatan biasanya akan menjaga tempat tidur pasien pada sudut 30- 45 derajat. Petugas kesehatan juga akan segera melepaskan ventilator begitu pasien bisa bernapas sendiri, membersihkan bagian dalam mulut pasien secara teratur, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani ventilator pasien.
Sementara jika Anda ingin terhindar dari paparan virus menular, Anda bisa memakai masker selama berada di rumah sakit. Anda juga harus rajin-rajin mencuci tangan, terutama setelah Anda menyentuh permukaan seperti gagang pintu.
4. Infeksi situs operasi (SSI)
Sebuah infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi setelah operasi di bagian tubuh mana operasi berlangsung. Infeksi luka operasi kadang bisa terjadi secara ringan karena hanya melibatkan permukaan kulit saja. Di sisi lain, infeksi ini juga bisa serius ketika sudah melibatkan jaringan di bawah kulit, organ, atau bahan implan yang meradang.
Di Amerika Serikat, lebih dari 8.000 orang meninggal setiap tahunnya dari infeksi luka operasi akibat HAI. Untungnya, risiko penyakit mematikan ini biasanya tidak berpengaruh pada pasien UGD kecuali mereka memerlukan prosedur darurat seperti tracheostomy (pemasukan tabung dada ), atau mungkin transfer ke ruang operasi. Namun, karena tindakan tersebut terkadang diperlukan, risiko SSI tetap harus Anda waspadai jika Anda atau kerabat ada yang masuk UGD.
Jika Anda memiliki infeksi di area bekas operasi, gejala awal bisa termasuk demam, kemerahan dan nyeri di lokasi operasi. Keluarnya cairan keruh dari luka di mana sayatan bedah dibuat juga bisa terjadi. Jika Anda melihat tanda-tanda ini setelah operasi, Anda harus memberi tahu dokter segera sehingga ia dapat meresepkan antibiotik.
Apa yang menyebabkan infeksi lebih mudah menular di rumah sakit?
Pada dasarnya semua rumah sakit memiliki prosedur pengendalian dan kebijakan seputar penyebaran infeksi. Staf profesional kesehatan pun diwajibkan untuk mengambil setiap tindakan pencegahan untuk menghindari infeksi. Namun, risiko infeksi tidak pernah sepenuhnya terhindari dan beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi tertular infeksi daripada yang lain.
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikro-organisme seperti virus, jamur, bakteri atau parasit. Mikro-organisme ini sering disebut ‘bug’ atau ‘kuman’. Kebanyakan infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri. Bakteri, jamur, dan virus menyebar terutama melalui kontak orang-ke-orang. Dalam kasus HAI, risiko infeksi meningkat ketika ada keterlibatan tangan kotor, dan peralatan medis seperti kateter, mesin pernapasan, dan alat-alat rumah sakit lainnya.
Infeksi dapat diobati dengan antibiotik dan biasanya merespon dengan baik. Meski begitu, ada pula infeksi yang sulit untuk diobati dan justu bisa mengancam nyawa. Ya, beberapa bakteri sulit untuk mengobati karena mereka resisten terhadap antibiotik standar yang diresepkan dokter.
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Clostridium difficile, dan Pseudomonas aeruginosa adalah contoh bakteri penyebab kebanyakan kasus HAI yang resisten terhadap banyak antibiotik. Bakteri Staph dan MRSA dapat menyebabkan berbagai masalah mulai dari infeksi kulit, sepsis, pneumonia, hingga infeksi pada aliran darah. Jika MRSA menyerang kulit, C. diff mengejar sistem pencernaan sehingga kadang menyebabkan peradangan usus besar yang mematikan. Dari semua kasus HAI, Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) sebagai penyebab ISK, pneumonia, dan penyakit ginjal memiliki tingkat kesakitan (morbidity rate) yang lebih tinggi ketimbang bakteri lainnya.
Semua orang yang menjalani rawat inap intensif di rumah sakit berada pada risiko tertentu terhadap penularan HAI. Beberapa kelompok yang lebih rentan tertular infeksi di rumah sakit adalah anak-anak kecil, kaum lansia, pasien penyakit kronis (misal, diabetes), atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Anda harus segera memberi tahu dokter jika muncul gejala baru dan/atau yang tidak terkait dengan kondisi awal Anda selama Anda rawat inap di rumah sakit.