kisah isro' mi'roj 7

KISAH 16
(GAMBARAN SIDRATUL MUNTAHA)
(Setelah semuanya di lewati) kemudian beliau naik ke Sidratul Muntaha dan sampai disanalah akhir suatu perjalanan naik dari bumi maka beliau menggenggam dari sana dan sampai disana juga akhir suatu perjalanan turun dari atas maka beliau menggenggam dari sana.
Sidrotul muntaha adalah pohon yang keluar sungai dari dasarnya yaitu air yang tidak berbau busuk, dan susu yang tidak berubah rasanya, dan khamr yang lezat untuk orang-orang yang meminumnya, dan madu yang jernih. Naungan/atap sidrotul mnuntaha itu jika ada orang yang berjalan dengan berkenadara selama 70 tahun maka ia tak akan bisa menaklukannya, dan tampapklah buanhnya bagaikan kendi-kendi tanah hajar (nama desa dekat madinah) dan tumbuhlah daunnya bagaikan telinga gajah yang hampir daunnya itu menutupi ummat ini.
Pada sebuah riwayat dikatan “selembar daun pohon tersebut menutupi semua makhluk, setiap daun disana terdapat malaikat yang ditutupi warna-warni dan tidak diketahui warna apa saja itu”, maka tatkala warna itu ditutupi suatu perkara karena perintah Alloh, maka warna itu berubah (taghoyyarot), pada sebuah riwayat berubah bentuk (tahawwalat) menjadi batu mulia dan batu permata, maka tidak ada satupun yang mampu mensifati keindahan sidratul muntaha.
Di daun tersebut terdapat belalang emas dan tiba-tiba di tunas/dasarya terdapat empat sungai dua sungai yang tidak terlihat dan dua sungai yang dilihat, maka beliau berkata “sungai apakah ini hai jibril?”  Jibril menerangkan “adapun dua sungai yang tidak terilihat adalah dua sungai di surga dan adapun dua sungai yang terlihat adalah sungai nil dan elfrat”.
Pada sebuah riwayat “sesungguhnya beliau melihat Jibril disisi sidratul muntaha dan Jibril memiliki 600 sayap setiap sayap menutupi cakrawala/langit dan tersebar dari sayap-sayapnya beraneka warna yaitu mutiara dan permata dari sesuatu yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Alloh Ta’ala”.
KISAH 17
(SAAT MEMASUKI SURGA)
Kemudian beliau berjalan menyelusuri pinggir telaga kautsar hingga beliau masuk ke surga, tiba-tiba di dalamnya terdapat sesuatu yang mata tidak bisa melihatnya, telinga tidak bisa mendengarnya, dan tidak terlintas atas hati manusia, maka beliau melihat di atas pintunya yang tertulis “sekali shodaqoh dengan balasan sepuluh lipat dari semisalnya dan sekali memberi hutang dengan balasan delapan belas lipat”. Maka beliau berkata “hai jibril bagaimana bisa memberi hutang itu lebih afdhol dari shodaqoh?”, jibril menjawab “karena orang yang meminta itu masih ada sesuatu hartanya sedangkan orang yang ngutang tidak akan berhutang kecuali ia butuh”.
Lalu beliau berjalan di surga, tiba-tiba disana ada sungai dari susu yang tidak berubah rasanya dan sungai dari khamr yang lezat bagi orang yang meminumnya dan sungai dari madu yang jernih, dan tiba-tiba disana juga terdapat rumah yang berkubah mutiara dan buah delima bagaikan besar timba.
Pada sebuah riwayat “manakala disana buah delima bagaikan besar kulit unta yang bermuatan dan burung surga itu bagaikan besar unta. Maka Abu Bakar berkata “ya rasululloh apakah ia enak untuk kami?, beliau berkata “aku telah memakannya ia ternyata lebih nikmat  dan aku berharap supaya engkau juga memakannya”. Dan beliau melihat telaga kautsar yang kedua pinggirnya terdapat rumah yang berkubah mutiara yang dilubangi dan tanahnya berbau misik yang sangat harum.
KISAH 18
(SAAT MELIHAT NERAKA)
(Setelah itu) Kemudian beliau juga di perlihatkan api neraka, maka disana terdapat murka Alloh, kutukan-Nya dan siksaan-Nya, seandainya di lemparkan batu dan besi di dalamnya maka ia akan binasa/hancur, disana ada kaum yang memakan bangkai, maka beliau bertanya “siapakah orang orang itu hai Jibril,,?”, jibril menjawab “itulah orang orang yang memakan daging manusia (suka bergibah, fitnah dll), dan beliau melihat malaikat penjaga neraka (malaikat mikail) ia begitu galak selalu memancarkan kemarahan di wajahnya, lalu Nabi Saw memulai dengan ucapan salam kemudian api neraka ditutup.

KISAH 19
(DI NAIKKAN KE SIDROTUL MUNTAHA)
Selanjutnya beliau dinaikan ke Sidaratul Muntaha lalu beliau di selimuti kabut dari setiap warna, maka Jibril berhenti (menemani Nabi Saw), kemudian beliau di naikkan ke tempat yang sangat tinggi disana terdengar tulisan pena, dan disana juga beliau melihat seorang laki-laki yang tertutup cahaya ‘arsy,  maka beliau  bertanya  “siapakah ini apakah dia malaikat,,?” di katakan “bukan” beliau menimpali apakah dia nabi,,?  di katakan “bukan juga”  beliau bertanya lagi “siapakah dia?” dijawab “dia adalah seorang laki laki yang sewaktu di dunia lisannya selalu basah karena menyebut nama Alloh Ta’ala dan hatinya selalu terikat ke masjid dan ia sama sekali tidak pernah mencaci/menyakiti hati kedua orang tuanya.