mengapa belajar statistika, aljabar hingga integral?

Mengapa kita perlu belajar aljabar, statistika, hingga integral di pelajaran Matematika SMA? Padahal kita tidak akan pernah menghitungnya dalam kehidupan nyata.

quora.com

Apr 1, 2019 2:38 AM

Saya akan coba terangkan pendapat saya, tanpa sedikitpun persamaan dan konsep matematika.

Lebih ekstrim dari pertanyaan itu, kenapa kamu dilatih berulang-ulang mengerjakan soal-soal aljabar, statistika, dan integral? Sementara itu setiap ke kantin kamu hanya perlu menggunakan operasi tambah dan kurang saja untuk membeli makanan.

Saya kira tidak ada pelajaran lain yang karena rasa yang benci begitu mendalam sehingga membuat kemampuan siswa mengkritisi pelajaran matematika itu sendiri begitu tajam! Dan benci bisa saja menjadi cinta.lol.

Apakah peristiwa sejarah kemerdekaan yang kalian ingat-ingat itu pernah terpakai di kehidupan nyata?

Apakah pelajaran tentang sel yang sudah kamu hafalkan menjelang ujian itu akan terpakai di kehidupan nyata?

Masih kurang ekstrim? Yuk sekalian masuk ke dunia professional.

Baiklah… Sekarang tanyakan ke saudara atau temanmu yang dokter, apakah Hukum Mendel yang dipelajari dalam biologi SMA itu pernah mereka gunakan dalam kerjaanya sehari-hari?

Apakah Integral, Diferensial dan Limit yang dipelajari mati-matian ketika ujian masuk universitas jurusan kedokteran itu, pernah digunakan oleh dokter di meja prakteknya?

Pengusaha yang omsetnya jutaan, apakah mereka menggunakan integral fungsi dan diferensial dalam menghitung permintaan dan pembelian dalam bidang ekonomi?

Analis kimia tidak pernah juga melihat kembali Sistem Periodik Unsur (SPU) kemudian menganalisa deret elektronegativitasnya, ukuran atomnya, dan beragam sifat fisis dan kimia yang ada pada SPU. Paling, mereka hanya melakukan serangkaian uji lab, kemudian selesai. Lalu kenapa saat SMA belajar deret sifat di SPU?

Refreshing dulu… Jalan-jalan ke lapangan sepak bola, melihat-lihat rumput yang hijau sembari menghirup udara segar. Tapi kemudian kamu lihat,

Melirik ke atlit cabang Badminton kebanggaan Indonesia.

Lalu apa kalian pernah lihat pemain sepak bola yang menggunakan push up dan sit up ketika bertanding sepak bola? Nooo!

Apa pernah lihat Taufik Hidayat jogging mengelilingi lapangan bulu tangksinya? Nooo!

Lalu ngapain mereka melakukan itu semua?

Kalau saat bermain bola, tanding badminton, dan di ring tinju, tak satupun dari gerakan rutin yang mereka lakukan itu dipakai?


Oke, aku bantu jawabnya, mereka sedang melatih refleks, meluaskan jangkauan dan menghindari cedera.

Sampai di sini, kita sudah punya pertanyaan yang lebih global. Apa gunanya seluruh pelajaran dalam pendidikan dasar 12 tahun itu?

Push up, sit up dan jogging yang dilakukan atlet-atlet tersebut mungkin sudah dimaklumi untuk melatih otot, meluaskan jangkauan sendi dan menciptakan refleks.

Refleks ini terbentuk di dua organ, yang pertama tulang belakang yang sudah dimiliki sejak lahir dan otak kecil yang mengatur keseimbangan. Di dalam refleks, kata “Mengerti” atau “Paham”, tidak bernilai apa-apa, sebab otak besar tidak memproses informasi kemudian meresponsnya, itu terlalu lambat. Oleh karenanya semuanya terjadi secara refleks, instant, nyaris tanpa proses.

Jadi mengerti dan paham saja tidak cukup, tetapi otak kecil anda harus terlatih untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang hingga akhirnya bisa beradaptasi terhadap gerakan baru yang aplikatif untuk bermain bola, bulu tangkis dan bertanding tinju.

Hal yang sama dengan aljabar, statistika, hingga integral. Pelajaran tersebut harus Anda kuasai agar otak besar terlatih untuk menyelesaikan sebuah persoalan secara terstruktur dan sesuai metode.

Langkah-langkah yang dibangun ketika mengerjakan sebuah persoalan matematika yakni analisa, rencanakan solusi (design), uji solusi (development), kemudian evaluasi hasilnya merupakan langkah kongkrit berfikir ilmiah yang polanya kalian temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tetapi kan masalah sehari-hari jauh lebih mudah diselesaikan dibandingkan limit dan integral?

Tepat! Limit dan Integral ialah bagian dari stretchingdimana hal tersebut dilakukan untuk memperluas jangkauan Anda. Tidak semua orang memerlukan integral tetapi otak Anda sekali-kali harus di regangkan untuk mencapai pemahaman baru, dan itu adalah Integral dan Limit.

Bisa saja Anda tidak pernah lagi menggunakan Integral dan Limit, tetapi usaha Anda ketika mencoba memahami Integral dan Limit mungkin telah membuat otak Anda berkembang untuk lebih beradaptasi dalam menangani masalah-masalah serius.

Jadi walaupun terasa menyiksa, topik-topik dasar dari matematika (terutama), fisika, kimia, sosiologi, sejarah, seni dan berbagai pelajaran lainnya akan sangat penting pengaruhnya dalam pengembangan pola pikir Anda.

Diluar dari hal tersebut, atlet juga melatih gerakan-gerakan yang aplikatif seperti tendangan langsung di sepak bola, footwork badminton, dan jab dalam tinju.

That’s all.