BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI
KURIKULUM
2013
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN
MATERI:
ANALISIS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN
DIREKTORAT
PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2017
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
A. Konsep
1. Pembelajaran
adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik,
dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara
edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Selaras dengan itu pembelajaran
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga penilaianuntuk mencapai perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman.
Beberapa
konsep pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sandaran dalam mengembangkan
belajar di PMK yang diantaranya;
·
mengembangkan seluruh potensi peserta
didik agar memiliki wawasan kerja, keterampilan teknis bekerja, employability skills, dan melakukan
transformasi diri terhadap perubahan tuntutan dunia kerja (Putu Sudira; 2016).
·
“pendidikan kejuruan akan menjadi
efisien bila pembelajarannya (peserta didik dilatih) dengan cara
mengimitasi/mereplikasi lingkungan kerja semirip mungkin dengan yang terjadi di
tempat pekerjaan yang sebenarnya” Charles A. Prosser (1950 : 217).
“Pembelajaran pada pendidikan kejuruan dapat efektif jika pelatihan dilakukan
dengan cara yang sama seperti di dunia kerja termasuk penggunaan peralatan dan
mesin” Konsep ke dua dari Charles A.Prosser (1950 : 218). “Pembelajaran pada
pendidikan kejuruan akan efektif sesuai proporsinya jika pembelajaran
dilatihkan secara langsung dan secara individu pada peserta didik dalam
kebiasaan berfikir dan diperlukan habit memanipulasinya dalam kompetensi
keahlian itu sendiri” Konsep ke tiga dari Charles A.Prosser (1950 : 220).
Pembelajaran
dengan pereplikaan seperti konsep di atas hampir mirip dengan teaching factory atau production based trainning/Production Based
Education Trainning dan ini memungkinkan akan terbangun pembiasaan pada
peserta didik sesuai tuntutan dunia kerja dan akhirnya mereka memiliki kesiapan
untuk mendapatkan peluang dalam memasuki lapangan kerja yang sebenarnya.
·
Konsep pembelajaran abad 21 yakni
model relasi sain dan rekayasa yang dikembangkan oleh Bernie Trilling dan
Charles Fadel (2009; disadur dari Putu Sudira). Pada konsep ini sain lebih
menekankan pada metoda penyelidikan dan penemuan untuk menjelaskan
gejala-gejala alam, sedangkan rekayasa dan teknologi menggunakan strategi
perancangan dan penemuan solusi atas problematika kehidupan.
2. Konsep Saintifik
Pendekatan
saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, prosedur,
hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan
3. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan
belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem
pendukung (Joice&Wells). Sedangkan
menurut “Arends dalam Trianto”, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.
Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
a.
Rasional teoretis logis yang disusun oleh para
pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang
masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan
mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif
dalam menciptakan dan mengembangankannya.
b. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang
akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik
serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
c. Tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan
sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam
pelaksanaannya.
d. Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga
suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini
menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto,
2010).
B. Deskripsi
1.
Prinsi-prinsip
pembelajaran sesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PMK meliputi:
Prinsip
umum(1) Pembelajaran
sepanjang hayat;(2) Menerapkan pendekatan ilmiah; (3) Menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing
madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); (4) Menerapkan pembelajaran secara terpadu
dan tuntas (mastery learning); (5) Memperhatikan keseimbangan antara hard
skills dan soft skills; (6) Menggunakan berbagai sumber belajar; (7) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi; (8) Menerapkan metode pembelajaran yang
mendorong peserta didik lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta
mempertimbangkan karakteristik peserta didik; dan (9) Menerapkan strategi
pembelajaran berbasis kompetensi, dan model-model belajar inkuiri, discovery
learning, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis produk dan
pembelajaran berbasis proyek.
Prinsip
khusus(1)Menekankan
pada keterampilan aplikatif; (2) Berlangsung di rumah, sekolah/madrasah dan
masyarakat/Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI); (3) Iklim belajar merupakan
simulasi dari lingkungan kerja di DUDI; (4) Berdasarkan pada pekerjaan nyata,
otentik dan sarat nilai melalui teaching factory untuk mendapatkan pembiasaan
berpikir dan bekerja dengan kualitas seperti di tempat kerja; (5) Berdasarkan
permintaan pasar kerja; (6) Melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman di
bidangnya untuk memperkuat pembelajaran dengan cara pembimbingan saat praktik
kerja lapangan dan PSG; dan (7) Menerapkan sistem penyelenggaraan pendidikan
terbuka (Multi Entry-Multi Exit System/MEMES) dan Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL);
2.
Karakteristikpembelajaran pada Pendidikan kejuruan di adopsi dari Crunkilton
(1984) sejalan dengan pernyataan Charles A. Prosser (1950:215) bahwa
karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan secara proporsi hanya
menyiapkan peserta didik secara nyata untuk melakukan pekerjaan dengan
menetapkan (establish) habit berfikir
yang benar dan bekerja dengan tepat melalui pembelajaran atau pelatihan yang
berulang-ulang pada lingkup kompetensi keahlian yang dipelajarinya.
3.
Perancangan
pembelajaran
SMK dengan memperhatikan karakteristik Pembelajaran pada Pendidikan kejuruan
sebagai berikut:
·
diarahkan untuk mempersiapkan peserta
didik memasuki lapangan kerja
·
didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
·
ditekankan pada penguasaan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia
kerja.
·
Penilaian yang sesungguhnya terhadap
kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on,
heart-on, hands-on” atau cara cara pikir, sikap dan keterampilan kerja di
dunia usaha atau produksi
·
melibatkan dunia kerja sebagai kunci keberhasilan pendidikan kejuruan
·
responsif dan antisipatif terhadap
kemajuan teknologi
·
lebih ditekankan pada “learning by doing”
·
memerlukan fasilitas praktek sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industri
4.
Tujuan pembelajaran
merupakan pernyataan kemampuan dari suatu keadaan yang ingin dicapai sebagai
hasil perubahan dari yang peserta didik pelajari atau pernyataan sebagai hasil
dari pendidikan dan pelatihan. Agar tujuan pembelajaran di SMK efektif, maka
perumusannya dapat menggunakan beberapa pertanyaan dasar yang berkaitan dengan
pembelajaran yakni: “kemana kita akan pergi; bagaimana kita akan mencapainya;
dan bagaimana kita mengetahui bahwa telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan” ( Mager; 1984 :24). Secara umum tujuan pembelajaran pada SMK
adalah: (1) Memahami persyaratan kompetensi kerja, (2) melakukan pekerjaan
rutin, (3) menguasai prosedur kerja sehari-hari, (4) menerapkan standar
keamanan kerja, (5) meningkatkan produktifitas, (6) mampu bekerja dalam tim
kolaboratif, (7) melek digital dan simbol-simbol dalam pekerjaan, (8) memperhatikan
kualitas, efisiensi, (9) menerapkan etika, moralitas kerja, (10) memahami
perubahan nasional dan (11) memiliki jiwa kewirausahaan (Putu Sudira; 2016).
5.
Proses
pembelajaran pendekatan saintifikmengacu pada pendekatan langkah berpikir saintifik,
mengandung 5 (lima) langkah yang tidak selalu harus berurut dan seluruhnya ada
dalam satu kali pertemuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
a.
Mengamati, yaitu kegiatan siswa
mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau,
pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun
tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi
lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta,
membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun
sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
b.
Menanya, yaitu kegiatan siswa
mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu
objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat
pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa
dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau
kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan
menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta
harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira.
Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar
dari kegiatan menanya adalah siswa dapat
merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
c.
Mengumpulkan
data,
yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan
disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca
buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen),
wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan
mengumpulkan data adalah siswa dapat
menguji hipotesis.
d.
Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa
mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan
bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan
klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam
bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih
bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik,
bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis
data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah
diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau
ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema
kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari
kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa
dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
e.
Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa
mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan
kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan,
gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau
teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan
mengomunikasikan adalah siswa dapat
memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
6. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Guna
memperkuat pendekatan saintifik serta pendekatan rekayasa dan teknologi serta
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual
maupun kelompok, maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model model
pembelajaran penyingkapan (inquiry
learning), pembelajaran penemuan (discovery
learning) dan pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi
pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) serta pelatihan berbasis produk (production based training)
dan pembelajaran berbasis proyek (project
based learning) serta teaching
factorysesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.
7.
Jenis dan
sintaksis model pembelajaran
a. Model
Pembelajaran Penemuan(Discovery
Learning))
Model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa hukum,
konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan
keputusan/kesimpulan). Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating
concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai Contoh penerapan
model ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk
menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran
yang dibagi dalam n sektor yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian
rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah
diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat
menemukan bahwa luas lingkaran adalah..............;
Tujuan pembelajaran model Discovery
Learning
·
Meningkatkan Kesempatan peserta didik
terlibat aktif dalam pembelajaran
·
Peserta didik belajar menemukan pola
dalam situasi konkret maupun abstrak
·
Peserta didik belajar merumuskan
strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan
·
Membantu peserta didik membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta mendengarkan dan
menggunakan ide-ide orang lain
·
Meningkatkan Keterampilan konsep dan prinsip
peserta didik yang lebih bermakna
·
Dapat mentransfer keterampilan yang
dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang
baru
Sintak
model Discovery Learning
·
Pemberian rangsangan (Stimulation);
·
Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
·
Pengumpulan data (Data Collection);
·
Pembuktian (Verification), dan
·
Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b. Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses
penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri temuannya
dari sesuatu yang dipertanyakan.
Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata
di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki,
dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area
investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.
Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai
bagian dari proses mental.
Sintak/tahap
model inkuiri terbimbing meliputi:
·
Orientasi masalah;
·
Pengumpulan data dan verifikasi;
·
Pengumpulan data melalui eksperimen;
·
Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
·
Analisis proses inkuiri.
Sintak/tahap
model inkuiri Sains (Biology)
·
Menentukan area investigasi termasuk metodologi yang akan digunakan
·
Menstrukturkan problem/masalah
·
Mengidentifikasi problem-problem yang kemungkinan terjadi dalam proses investigasi
·
Menyelesaikan
kesulitan/masalah dengan melakukan desain ulang, mengumpulkan dan mengorganisir
data dengan cara lain dan sebagainya.
c. Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir
dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk
mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn
Seng, 2000).Problem Based Learning untuk pemecahan masalah
yang komplek, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi
kasus.Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan
masalah. (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).
TujuanPembelajaran PBL
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep High
Order Thinking Skills (HOT’s) yakni pengembangan
kemampuan berfikir kritis,
kemampuan pemecahan masalah dan secara
aktif mengembangkan keinginan dalam
belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and
Schmidt).Pengembangan
kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk
mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan
untuk menyelesaikan masalah.
Sintak
model Problem Based Learning dari
Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
·
Mengidentifikasi masalah;
·
Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi
informasi-informasi yang relevan;
·
Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif,
tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
·
Melakukan tindakan strategis, dan
·
Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
Sintak
model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen,
2011:93) terdiri atas:
·
Merumuskan uraian masalah;
·
Mengembangkan kemungkinan penyebab;
·
Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
·
Mengevaluasi.
d. Model
pembelajaran Project Based Learning
(PjBL).
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang,
tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang
dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and
Baron 2011).
Tujuan
Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work,
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/
taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn
Moses, 2010).
Sintak/tahapan
model pembelajaran Project Based Learning,
meliputi:
·
Penentuan pertanyaan mendasar (Start
with the Essential Question);
·
Mendesain perencanaan proyek;
·
Menyusun jadwal (Create a Schedule);
·
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project);
·
Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
·
Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
e. Model
Pembelajaran Production Based Training/
Production Based Education
Training
Model inimerupakan
proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana
peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual
mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan,
pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan
pasca produksi.
Tujuan
penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki
kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan
kerjasama (berkolaborasi)
sesuai tuntutan organisasi kerja.
Sintaks/tahapan
model pembelajaran Production Based
Trainning meliputi:
·
Merencanakan produk;
·
Melaksanakan proses produksi;
·
Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
·
Mengembangkan rencana pemasaran.
(Diadaptasi dari Ganefri;
2013; G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).
f. Model Pembelajaran Teaching Factory
Pembelajaran
teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang
mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan
dalam suasana seperti yang terjadi di industri.Pelaksanaan
teaching factory menuntut
keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas
hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching
factory (TEFA) juga harus melibatkan
pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi,
perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaanteaching
factory
sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model , dan dapat digunakan
sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Model
pertama, Dual Sistemdalam bentuk
praktek kerja industri yaitu pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang
dikenal sebagai experience based training
atau enterprise based training.
2) Model
Kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan
peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Pada metode ini, penilaian peserta didik dirancang sehingga dapat
memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
3) Model
ketiga Production Based Education and
Training(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi.
Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan
keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang
dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
4) Model
keempat, Teaching factory adalah
konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah
dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
Tujuan Pembelajaran Teaching Factory
1)
Mempersiapkan lulusan SMK menjadi
pekerja, dan wirausaha;
2)
Membantu siswa memilih bidang kerja
yang sesuai dengan kompetensinya.
3)
Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui
learning by doing.
4)
Memberikan keterampilan yang
dibutuhkan dalam dunia kerja.
5)
Memperluas cakupan kesempatan
rekruitmen bagi lulusan SMK
6)
Membantu siswa SMK dalam
mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama
dengan dunia kerja yang aktual, dll
7)
memberi kesempatan kepada siswa SMK
untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier
yang akan dipilih.
Tujuan yang
selaras tentang pembelajaran teaching factory
(Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf;
2001) adalah:
1)
Menyiapkan lulusan yang lebih
profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif
dapat berkompetitif di industri.
2)
Meningkatkan pelaksanaan kurikulum
SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen.
3)
Menunjukan solusi yang layak pada
dinamika teknologi dari usaha yang terpadu
4)
Menerima transfer teknologi dan
informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru
saat pembelajaran.
Sintaksis Teaching Factory
Pembelajaran
teaching factory dapat menggunakan
sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal
Poly-San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin: 2001) dengan langkah-langkah:
·
Merancang produk
·
Membuat prototype
·
Memvalidasi dan memverifikasi
prototype
·
Membuat produk masal
Berdasarkan
hasil penelitian,Dadang Hidayat (2011) mengembangkan langkah-langkah
pembelajaran Teaching Factory sebagai
berikut :
·
Menerima Order
·
Menganalisis order
·
Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
·
Mengerjakan order
·
Mengevaluasi produk
·
Menyerahkan order
8.
Analisis
Pemilihan Model Pembelajaran
Memilih atau menentukan model
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh karakteristik Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat
dari materi yang akan diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di
samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang
dapat dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru
Pemilihan
suatu model belajar sangat ditentukan oleh isi rumusan Kompetensi Dasar/materi
pembelajaran.Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi
pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat
berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu pula. Guru
harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada
pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).
Rumusan KD
yang mengarah pada pembentukan penguasaan konsep dan prinsip tentu sangat tepat
menggunakan model pembelajaran Inquiry atau model pembelajaran discovery learning karena ke dua model pembelajaran tersebut
membentuk kemampuan eksplanasi terhadap konsep phenomena alam dan sosial yang
terjadi. Guru pada saat akan memilih model belajar perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut di antaranya:
a. Menganalisis
rumusan pernyataan setiap KD
b.
Membaca tujuan dari setiap model
belajar
c.
Menentukan apakah rumusan KD cenderung
pada pembentukan konsep/prinsip atau pada pembentukan hasil karya
d.
Kompetensi Dasar (KD-di KI-3; KD-di KI-4) pada kelompok mata
pelajaran Dasar Kejuruan (C1) dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2)
yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip yang membentuk kemampuan
eksplanasi sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry/Discovery
learning sebagai fondasi mata pelajaran kelompok Kompetensi Keahlian (C3).
e. Kompetensi
Dasar (KD-di KI-3; KD-di KI-4) pada kelompok mata pelajaran kompetensi keahlian
(C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa
atau hasil karya dapat menggunakan model belajar Problem based learning,Production
based Trainning, Project Based
Learning dan Teacfing Factory.
Berdasarkan rambu-rambu
pemilihan model di atas dapat digunakan tabel pemilihan model belajar seperti
di bawah ini.
Tabel
1
PENENTUAN MODEL PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran: Simulasi dan Komunikasi Digital
No.
|
Kompetensi Dasar
|
Analisis KD
|
Model Pembelajaran
|
.
|
KD.3.2 Menerapkan pengetahuan
pengelolaan informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
KD-3.2
menitikberatkan pada pembentukan
pengetahuan konseptual dan prosedural
|
Model
Pembelajaran
Discovery
Learning
|
KD.4.2 Melakukan pengelolaan informasi digital
melalui komunikasi daring (online).
|
KD 4.2
Pernyataan pada taksonomi keterampilan kongkret pada gradasi membiasakan
gerakan atau manipulasi.
|
9.
Penyusunan
Kegiatan Pembelajaran (menggunakan matrik perancah)
Penyusunan
kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sangat dipengaruhi oleh
bentuk kemampuan yang ingin dibentuk dari setiap langkah mengamati, menanya,
mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan.Langkah-langkah tersebut harus
diselaraskan dengan langkah-langkah belajar (sintaksis) dari setiap model
belajar sehingga antara pembentukan kemampuan saintifik dengan langkah-langkah
belajar terjadi keselarasan dan keterpaduan dalam bentuk pengalaman belajar
atau aktivitas belajar yang berpusat pada peserta didik. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan kegiatan pembelajaran diusahakan kegiatan
pengalaman balajar yang dilakukan peserta didik harus mencapai indikator
pembelajaran.
Untuk
memudahkan pemaduan pendekatan saintifik dengan model belajar serta Kompetensi
Dasar dalam hal ini indikator yang akan dicapai sebagai tahapan-tahapan hasil
belajar dapat digunakan matrik perancah seperti format berikut ini.
C. Contoh
Langkah sinkronisasi proses berpikir ilmiah (saintifik) dengan model
pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik
perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP.
Pemaduan atau sinkronisasi antara langkah-langkah proses berpikir ilmiah
(saintifik) dan sintaks (tahapan/langkah kerja) model pembelajaran dilakukan
sebagai berikut.
a. Pilih pasangan KD dari mata pelajaran yang diampu
sesuai hasil analisis keterkaitan KI-KD dengan silabus dan buku teks siswa
terkait.
b. Rumuskan IPK dari KD di KI-3 dan KD di KI-4 sesuai
dengan dimensi proses atau level pengetahuan dan dimensi kategori pengetahuan
serta keterampilan yang terkandung di masing-masing KD. Setiap KD minimal
memiliki 2 (dua) indikator.
c. Petakan pemilihan model pembelajaran sesuai KD dengan
mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
d. Pilih model pembelajaran sesuai KD dengan
mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
e. Tentukan kegiatan peserta didik dan kegiatan guru
sesuai dengan langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran yang dipilih, kemudian sinkronkan
dengan proses berpikir ilmiah (saintifik) sampai mencapai IPK.
Tabel
2.
Matriks Perancah Pemaduan Sintak Model Pembelajaran Discovery
Learningdan Proses Berpikir Ilmiah (Saintifik)
pada MapelSimulasi dan Komunikasi Digital
3.
Memahami,
menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
operasional lanjut, dan metakognitif secara multidisiplin sesuai dengan bidang
dan lingkup kajian Simulasi dan
Komunikasi Digital(Simulasi Digital)
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan
potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4.
Melaksanakan
tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan lingkup kajian Simulasi dan Komunikasi Digital(Simulasi Digital). Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas yang
terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan
menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi,
kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadika ngerak alami, sampai
dengan tindakan orisinal dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik secara
mandiri.
Kompetensi
Dasar
|
IPK
|
|
Sintaksis
model Discovery Learning
|
Proses
Berfikir Ilmiah (Saintifik)
|
||||
Tujuan
|
Mengamati
|
Menanya
|
Mengumpulkan
Informasi
|
Menalar
|
Mengomuni-kasikan
|
|||
3.2.Menerapkan pengetahuan pengelolaan
informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
·
Menerangkan komunikasi daring asinkron.
·
Menerangkan komunikasi daring sinkron.
|
· Setelah berdiskusi dan menggali
informasi, peserta didik akan dapat :
a. Menyebutkan bentuk
komunikasi daring asinkron
b. Menjelaskan prinsip komunikasi daring asinkron
c. menjelaskan 2 jenis pengelolaan
informasi digital melalui komunikasi daring online dengan santun
·
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta
didik akan dapat:
a. menjelaskan proses
terjadinya komunikasi daring sinkron
b. menentukan kebutuhan pokok fasilitas
yang diperlukan untuk pengelolaan informasi digital daring online secara
mandiri.
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta
didik akan dapat menjelaskan cara melakukan komunikasi daring online dengan
percaya diri.
|
1. Pemberian stimulus terhadap siswa.
|
·
Guru meminta siswa untuk melihat berbagai jenis komunikasi
dalam jaringan (daring/online) melalui bahan tayangan.
·
Guru menugaskan siswa membaca buku untuk meng identifikasi
berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring)
·
Siswa melihat bahan tayang yang disajikan oleh Guru.
·
Siswa membaca buku berkaitan dengan berbagai jenis
komukasi jaringan(daring)
·
Siswa berdiskusi tentang berbagai jenis komunikasi dalam
jaringan (daring).
·
Siswa mengidentifikasi
ciri-ciri komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron dari hasil
diskusi dan buku.
·
Siswa menentukan komunikasi jaringan (daring) asinkron dan
sinkron.
|
|
|
|
|
·
Menerangkan kewargaan digital.
·
Menentukan prosedur komunikasi daring asinkron dan
komunikasi daring sinkron
|
·
|
2. Identifikasi masalah
|
|
·
Guru menugaskan siswa untuk menentukankasi masalah utama
apa dalam membuat komunikasi daring sinkron dan asinkron serta syarat-syarat
seseorang dikatakan warga digital.
·
Siswa mengidentifikasi masalah – masalah melalui contoh
yang didemonstrasika n oleh guru mengenai e-mail, (komunikasi asinkron) dan
chatting (komunikasi sinkron).
·
Siswa membaca buku untuk mendapatkan informasi tentang
syarat- syarat dikatakan temasuk warga digital seseorang
·
Siswa mendiskusikan syarat-syarat seseorang dikatakan
termasuk warga digital.
·
Berdasarkan hasil membaca buku dan diskusi siswa merumuskan hal-hal apa saja
yang harus diperhatikan dalam menjadi warga digital meliputi kebaikan,
keurukan, dan undang-undang ITE.
·
Guru meminta siswa untuk menentukan prosedur komunikasi
daring asinkron dan sisnkron sesuai aturan melalui buku siswa dan hasil diskusi
·
Siswa menggali informasi prosedur tentang informasi
komunikasi daring asingkron dan sinkron
·
Siswa mendiskusikan untuk menentukan prosedur daring
asingkron dan sinkron
·
Siswa menyampaikan pada kelompok lain dan menanggapinya
berkaitan prosedur komunikasi daring
asinkron dan sinkron
|
|
|
|
|
4.2 Melakukan pengelolaan informasi digitalmelalui komunikasi
daring (online).
|
·
Mengikuti komunikasi daring asinkron dan sinkron
berdasarkan contoh.
·
Mendemonstrasikan komunikasi daring asinkron dan sinkron
berdasarkan tugas.
|
· Disediakan peralatan komunikasi dan
jaringan internet, peserta didik akan dapat melakukan komunikasi daring
asinkron dan sinkron berdasarkan contoh dengan percaya diri
· Disediakan peralatan komunikasi dan
jaringan internet, peserta didik akan dapat mendemonstrasikan komunikasi
daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas sesuai prosedur dengan percaya
diri
|
3. Pengumpulan data
|
|
|
·
Guru meminta siswa untuk mencoba melakukan komunikas
daring asinkron dan sinkron sesuai dengan aturan–aturan dalam berkomunikasi daring
sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
·
Siswa mencoba membuat akun pada Gmail dan Yahoo sesuai
dengan aturan seperti contoh sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
·
Siswa mencoba mengirimkan e-mail kepada guru atau temannya
menggunakan akun e-mail (G-mail dan Yahoo) sesuai dengan aturan seperti
contoh Guru sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
·
Siswa mencoba melakukan chatting sesuai dengan aturan
sesuai contoh guru sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
|
|
|
|
4. Pembuktian
|
|
|
|
·
Guru menugaskan siswa untuk menilai hasil komunikasi
dengan daring asinkron (e-mail) dan sinkron (chatting) kepada siswa
dikomputer menggunakan format penilaian.
·
Siswa menilai hasil komunikasi daring asinkron(e-mail)
menggunakan format penilaian etika berkomunikasi daring.
·
Siswa menilai hasil komunikasi daring sinkron(chatting)
menggunakan format penilaian etika berkomunikasi daring.
·
Guru menugaskan kepada siswa untuk mengirim e-mail dan
chatting kepada guru berdasarkan perintah.
·
Siswa mengirim tugas via e-mail.
·
Siswa berkomunikasi tentang pelajaran via chatting.
|
|
||
|
5. Menarik kesimpulan/
generalisasi
|
|
|
|
|
·
Guru menugaskan siswa untuk menyajikan cara-cara serta
kesimpulan berkomunikasi daring asinkron dan sinkron.
·
Siswa membuat bahan presentasi tentang berkomunikasi
daring asinkron dan sinkron dalam bentuk PPT.
· Siswa menyajikan tentang
berkomunikasi daring asinkron dan sinkron.
· Siswa lain memberikan tanggapan
terhadap presentasi.
· Siswa menerima tanggapan dari siswa
lain dan guru.
· Siswa memperbaiki hasil presentasi
dan membuat simpulan berkomunikasi daring asinkron dan sinkron .
|
Catatan:
Hasil
pemaduan model pembelajaran dan proses berpikir ilmiah (saintifik) digunakan
dalam penyusunan RPP khususnya pada perumusan kegiatan inti pembelajaran.
Tabel
3.
Matrik Perancah Pemaduan Sintaksis Model Pembelajaran Problem Based
Learning
dan Pendekatan Saintifik pada Mapel Kelistrikan Alat Berat
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, procedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung
Kompetensi
Dasar
|
IPK
|
|
Sintaksis model Problem Based
Learning
|
Pendekatan Saintifik
|
||||
Tujuan
Pembelajaran
|
Mengamati
(mengidentifikasi masalah)
|
Menanya
(merumuskan masalah/hipotesis)
|
Mengumpulkan Informasi
(menguji hipotesis)
|
Menalar
(menyimpulkan hasil dr hipotesis)
|
Mengomunikasikan
(memformulasikan pembuktian hipotesis)
|
|||
3.3
Menentukan teknik
perbaikan ringan pada sistem penerangan alat berat.
|
1. Mengurutkan teknik perbaikan ringan pada sistem penerangan alat berat.
|
1. Melalui menggali informasi dari referensi
dan diskusi siswa dapat mengurutkan teknik
perbaikan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai buku literatur dengan teliti, santun, bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain.
|
1. Merumuskan uraian masalah.
2. Mengembangkan kemungkinan
penyebab.
|
· Guru menyampaikan permasalahan
tentang tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.
· Guru menanyakan dan menugaskan
untuk mengobservasi apa yang menyebabkan kemungkinan lampu-lampu tersebut
tidak menyala.
· Siswa memperhatikan permasalahan
yang disampaikan oleh guru.
· Siswa
secara berkelompok mengobservasi gangguan yang terjadi pada sistem penerangan
alat berat.
· Siswa
menggali informasi tentang sistem penerangan alat berat pada software
training manual berbagai jenis alat berat.
· Siswa
mendiskusikan kemungkinan gangguan berdasarkan hasil observasi dan pembacaan
sistem penerangan alat berat.
· Berdasarkan
hasil diskusi siswa mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan gangguan pada
sistem penerangan alat berat.
|
· Guru menugaskan siswa untuk
menentukan kemungkinan utama penyebab gangguan tidak hidupnya lampu kepala,
lampu stop, lampu parking.
· Siswa mendiskusikan temuan-temuan
berdasarkan observasi terhadap gangguan tidak hidupnya lampu kepala, lampu
stop, lampu parking.
· Siswa berdasarkan diskusi dan
observasi merumuskan masalah-masalah penyebab gangguan tidak hidupnya lampu
kepala, lampu stop, lampu parking.
· Guru menugaskan siswa
mengembangkan skema penelusuran gangguan.
· Siswa dalam kelompok berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya menentukan urutan pemeriksaan gangguan tidak
hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.
|
|
|
|
|
2. Mendiagnosis gangguan ringan pada sistem penerangan alat berat.
|
2. Melalui
menggali informasi dari referensi dan diskusi siswa dapat mendiagnosis gangguan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai buku literatur dengan teliti, santun, bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain.
|
3. Mengetes penyebab atau proses
diagnosa.
|
|
|
· Guru menugaskan siswa untuk
melakukan pemeriksaan berdasarkan urutan pemeriksaan gangguan tidak hidupnya
lampu kepala, lampu stop, lampu parking yang telah siswa buat.
· Siswa melakukan pengukuran
menggunakan AVO meter berdasarkan urutan skema penelusuran gangguan sesuai
service manual.
· Siswa mencatat dan membandingkan
hasil pengukurannya dengan data pada service manual.
· Siswa menentukan letak gangguan.
|
|
|
4.3 Memperbaiki kerusakan ringan pada sistem penerangan
alat berat sesuai dengan SOP.
|
1. Memperbaiki kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai dengan SOP.
|
1. Melalui
praktik siswa dapat memperbaiki kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai Service Manual dengan
teliti, konsisten, rasa
percayadiri, teliti dan disiplin.
|
|
|
|
· Guru menugaskan
siswa memperbaiki gangguan yang telah ditentukan sesuai dengan service
manual.
· Siswa
melakukan perbaikan kerusakan ringan pada gangguan yang telah ditentukan
sesuai service manual.
· Guru
mengawasi dan menilai pelaksanaan perbaikan kerusakan ringan pada gangguan
yang telah ditentukan sesuai service manual.
|
|
|
|
2. Mengkalibrasi hasil perbaikan kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai dengan SOP.
|
2.
Melalui praktik siswa dapat mengkalibrasi
hasil perbaikan kerusakan ringan pada
sistem penerangan alat berat sesuai Service Manual dengan teliti,
konsisten, rasa percayadiri,
teliti dan disiplin.
|
4. Mengevaluasi
|
|
|
|
· Guru menugaskan siswa untuk
memeriksa ulang hasil perbaikan yang dilakukan siswa secara kelompok.
· Siswa memeriksa ulang hasil
perbaikan dengan cara mencoba fungsi dari bagian yang telah diperbaiki
mengacu pada service manual.
· Siswa menyimpulkan hasil
pemeriksaan perbaikan gangguan sesuai service manual.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
· Guru menugaskan siswa untuk
mempresentasikan proses dan hasil perbaikan ringan gangguan sistem penerangan
alat berat.
· Siswa membuat bahan
presentasi tentang proses dan hasil
perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
· Siswa mempresentasikan tentan
proses dan hasil perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
· Guru membimbing dan menilai
pelaksanaan presentasi
· Siswa lain memberikan tanggapan
dan masukan
· Siswa memperbaiki hasil presentasi
perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
· Siswa secara individu membuat
laporan pelaksanaan perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
· Guru bersama siswa menyimpulkan
dari hasil pelaksanaan presentasi perbaikan ringan gangguan sistem penerangan
alat berat.
|
Catatan:
Hasil
pemaduan model pembelajaran dan proses berpikir ilmiah (saintifik) digunakan
dalam penyusunan RPP khususnya pada perumusan kegiatan inti pembelajaran.
D. Latihan/Tugas
Buat pemaduan proses berpikir
ilmiah (saintifik) dengan model belajar yang Saudara pilih berdasarkan analisis
menggunakan format matrik seperti tabel di atas untuk mata
pelajaran yang Saudara ampu