kisah unik perjalanan haji tahun 70an

TRIBUNJATENG.COM - Perjalanan ke tanah suci selalu menghadirkan cerita tersendiri.


Dari tahun ke tahun, kisah ibadah haji selalu menarik perhatian khalayak.

Tiap tahun pula, ibadah haji juga memberikan kesan tersendiri.

Bahkan, pada perjalanan haji lampau, banyak kisah-kisah unik yang selalu hadir.

Merangkum pemberitaan Harian Kompas seperti dilansir Kompas.com, seperti:

Berangkat dengan Sampan

Cerita unik perjalanan haji datang dari Deli Serdang.

Seorang penduduk desa nelayan di Tanjung Beringin pada 1975 berangkat untuk melaksanakan ibadah haji dengan menaiki sampan.

Harian Kompas 4 Agustus 1975 memberiitakan, Sutan Hasyim nekat berangkat dengan menggunakan alat transportasi ini karena kesulitan biaya.

Saat itu, profesinya sebagai nelayan tidak memungkinkan Sutan pergi ke tanah suci dengan prosedur biasa.

Uniknya, perjalanan Sutan tersebut disponsori Ketua Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Brigjen H.A Manaf Lubis.


Manaf menyatakan kesediaannya untuk mengirimkan surat kepada duta-duta besar RI di beberapa negara untuk memberitahukan maksud Sutan.

Sampan yang ia gunakan dilengkapi dengan peralatan khusus.

Sutan memulai perjalanannya pada 15 Agustus 1975.

Kepergiannya diiringi oleh ratusan masyarakat.

Namun sayang, perjalanan Sutan harus kandas saat sampan layarnya terhantam gelombang.

Pemberitaan Harian Kompas 16 September menyatakan, sampan dengan panjang 6 meter dan lebar 2,5 meter itu pun hancur terkena ombak saat ia sedang berada di Thailand.

Setelah kejadian itu, Sutan langsung kembali ke kampung halamannya dengan menumpang kapal Tepian Nauli dari Malaysia.

Berjalan Kaki ke Mekkah

Kisah unik saat perjalanan haji terjadi pada tahun 1965.

Saat itu, seorang putra Indonesia bernama Ridwan melakukan perjalanan ibadah haji dengan berjalan kaki.


Ridwan yang berasal dari Majalengka, Jawa Barat tersebut berangkat menuju ke Tanah Suci pada 1 Juni 1965.

Arsip Harian Kompas, 9 Agustus 1965 menyebutkan, rute perjalanan yang dilalui adalah dengan melewati Thailand, Myanmar, Pakistan, India, Afganistan, hingga ke Arab Saudi.

Sebelum berangkat, Ridwan meminta restu dari Presiden Soekarno.

Oleh-oleh Emas

Gubernur Jawa Tengah yang menjabat tahun 1967, Brigjen Moenadi mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada calon jemaah haji.

Dalam surat tersebut, tercantum anjuran kepada calon jemaah haji dari Jawa Tengah untuk turut serta membangun masjid Baiturahman yang berada di Simpang Lima Semarang.

Sebanyak 1.500 jemaah saat itu dianjurkan untuk membawa emas sedikitnya sebanyak 5 gram saat akan berangkat.

Pemberitaan Harian Kompas 9 Januari 1967 menyebutkan, emas tersebut akan digunakan untuk membantu pembangunan masjid.

Pada saat itu, dengan jumlah jemaah yang mencapai 1.500 orang, maka perkiraan emas yang terkumpul sebanyak 7,5 kilogram.

12 Bayi Lahir saat Perjalanan Haji


Arsip Harian Kompas 4 Maret 1971 mencatat kejadian unik saat ibadah haji tahun itu.

Sebanyak 12 bayi lahir saat jemaah sedang melaksanakan ibadah di Tanah Suci.

Dari jumlah itu, sebanyak 8 orang lahir di Arab Saudi sedangkan 4 lainnya lahir saat perjalanan pulang ke tanah air.

Saat itu, seorang bayi dilaporkan meninggal dunia. (*)