1. Rasional
Pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelec) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita
dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Demikian dinyatakan oleh
Kihajar Dewantara. Oleh karena itu, transformasi pendidikan nasional Indonesia
harus menempatkan karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan
nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi
yang dapat diwujudkan. Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi
yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan,
tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu,
selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik
sangatlah penting menempatan
potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik sebagai tujuan. Demikian
juga laporan Delors untuk pendidikan abad XXI, sebagaimana tercantum dalam buku
Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa pendidikan abad XXI
bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat (five pillar of learning), yaitu
learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to
beserta learning to transform for oneself and society. Selain itu, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2. Lima nilai utama
Ada lima nilai utama
karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap
Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama
dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan
damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi
sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan
individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan
dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara
lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan,
antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan
politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa
sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi,
cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keragaman
budaya, suku,dan agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.Subnilai mandiri antara lain etos
kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,
keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada
orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai,
kerja sama,inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong,solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan
sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,memiliki
komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas
moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai
warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada
kebenaran, setia,komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab,
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang
disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri
danberkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain,
yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama
manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah pertlu mengembangkan
nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai
religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok,
masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai –
nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama
nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika
nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai
karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.
3. Sembilan Prinsip
Penumbuhan Karaker
Penumbuhan karakter di sekolah menerapakan sembilan
prinsip berikut;
1 – Nilai-nilai Moral Universal
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral
universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari
berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial,dan budaya.
2 – Holistik
Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti
pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa),
etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak,
baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui
kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
3 – Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional
terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan
memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan
merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.
4 – Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan
melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan
sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan,
komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas
nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam
Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan
pembiayaan Gerakan PPK.
5 – Kearifan Lokal
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal
nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi.
Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara
agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati
diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.
6 – Kecakapan Abad XXI
Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa
internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
7 – Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan
perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
8 – Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan
perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial,
agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan
ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian
intensif.
9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan
prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara
objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai
utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah
sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan
program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan
dan dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh
sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.
Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan
pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1.
Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata pelajaran
Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen
perencanaan pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan
ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan
dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata pelajaran IPA untuk
SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada
materi tentang energi.
2.
Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan
ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan penguatan kembali nilai-nilai
karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui
kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, seperti PMI,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, dan
lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3.
Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan,
pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di
luar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan
situasi, kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.
Gerakan PPK dapat dilaksanakan
dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh
sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat/komunitas (Albertus, 2015).
Penguatan
Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
·
Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi
kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi
dalam mata pelajaran.
·
Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi
pengajaran.
·
Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
Penguatan
Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
·
Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian
sekolah.
·
Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
·
Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
·
Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi
siswa melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
·
Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
·
Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
Penguatan
Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakata.
·
Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku
kepentingan utama pendidikan.
·
Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber
pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh
masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
·
Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada
dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
·
Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan
pemerintah daerah, kementerian dan lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada
umumnya