Gerakan Literasi Sekolah


Gerakan Literasi Sekolah
Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide- ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)." (Wikipedia). Berdasakan itu, kami menyatakan bahwa melek membaca dan menulis menjadi ruh gerakan literasi sekolah. Pengembangan lebih lanjut sekolah memfasilitasi siswa meningkatkan melek budaya, tata nilai, lingkungan, maupun peradaban secara luas.
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Tujuan Umum Literasi untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan Khusus :
1)  Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2)  Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3)  Menjadikan  sekolah  sebagai  taman  belajar  yang  menyenangkan  dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Kompetensi Literasi berdasarkan Ferguson menjabarkan bahwa komponen literasi informasi yang terdiri atas literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.      Literasi Dasar (Basic Literacy) Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
2.      Literasi Perpustakaan (Library Literacy) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
3.      Literasi Media (Media Literacy) Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
4.      Literasi Teknologi (Technology Literacy) Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.  Berikutnya,  kemampuan  dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
5.      Literasi Visual (Visual Literacy) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

Berberapa model literasi yang ditawarkan Kemendikbud sebagai berikut:

Tahapan Kegiatan pengembangan  literasi, sesuai panduan, sebagai gerakan berkelanjutan dikelompokan dalam tiga tahap.
1) Kegiatan Meningkatkan Pembiasaan
Melalui kegiatan yang difasilitasi guru yang diintegrasikan dalam pembelajaran. Contoh,
  1. guru memberikan peluang membaca di awal pembelajaran
  2. guru memberi tugas siswa belajar di perpustakaan.
  3. siswa mencari bahan bacaan sendiri.
  4. guru menugaskan siswa menganalisis dan merumuskan resume
  5. meningkatkan daya baca siswa dengan dukungan buku, e book, dan teknologi digital
2) Kegiatan Pengembangan
Tahap   pengembangan   merupakan   kelanjutan   dari   tahap   pembliasaan.   Sekolah mengagedakan berbagai kegiatan seperti pada contoh berikut:
a)   mengasah  kemampuan  peserta  didik  dalam  menanggapi  buku pengayaan secara lisan dan tulisan dalam diskusi
b)  membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dalam agenda khusus presentasi buku.
c)   mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif; seperti lomba menulis risensi atau menyajikan kritik buku.
d) mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku dalam kegiatan pengenalan alam sekitarnya.
e)   Lomba menyajikan jurnal membaca buku.
3) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan literasi pembelajaran  adalah mengembangkan pengalaman belajar siswa baik yang dilakukan dalam proses pembelajaran maupun  kegiatan mandiri. Kegiatan  ini bertujuan:
a)  mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
b)  mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
c)  mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.
Contoh kegiatan literasi yang diintegrasikan dalam pemepelajaran
a) Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik.
b)  Kegiatan   literasi   dalam   pembelajaran   dengan   tagihan akademik
c) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers ).
d) Menggunakan  lingkungan  fisik,   sosial   dan   afektif,   dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
e) Penulisan  biografi  siswa-siswa  dalam  satu  kelas  sebagai proyek kelas.
f) Aplikasi teknologi dalam pembelajaran.
g) Pemanfaatan jejaring dalam kegiatan kolaborasi antar siswa dalam satuan pendidikan dan antarsatuan pendidikan.

I. Struktur Program
Kegiatan-kegiatan  yang  dipersyaratkan  dilengkapi  program  dalam  pengelolaannya, sekolah menyiapkan program dengan struktur sebagai berikut:
MODEL PRORAM LITERASI
NO.
KOMPONEN
URAIAN
1) Perencanaan
1.
Program
:
Gerakan Literasi
2.
Deskripsi Kondisi Nyata
:

3.
Masalah Utama
:

4.
Kegiatan (Solusi)
:


5.
Tujuan
:

6.
IndikatorPencapaian
:

7.
Strategi Pelaksanaan
:

8.
Tim    Pelaksana/ Uraian Tugas
:


2) Pelaksanaan
NO
Komponen Kegiatan
Pelaksanaan
Tanggal
1
Pelaksanaan Kegiatan dan Jadwal
1.       Rapat Pembahasan Program



2.       Implementasi Kegiatan Pembiasaan



3.       Implementasi Pembelajaran



4.       Evaluasi kegiatan

2
Jurnal Kegiatan
Uraian


Diisi dengan catatan dan bukti fisik kegiatan


3) Evaluasi Kegiatan
3.
Evaluasi pelaksanaan
:
Pelakasnaan Evaluas dilakukan secara berkala dan disampakan ke forum dewan guru dalam rapat evaluasi program.
4.
Evaluasi
Pencapaian



Instrumen Evaluasi
Evaluasi kegiatan literasi mencakup keterlaksanaan program dan keberhasilan program. Indikator pencapian tujuan yang terukur menjadi dasar perumusan instrumen. Target program pada tiap satuan pendidikan mencerminkan karakteristik keunggulan satuan pendidikan.
Contoh Instrumen:

NO
Indiktor
Ketercapaian
Ya
Tidak
4)       Evaluasi Keterlaksanan


1.
Sekolah membaharui bacaan siswa secara berkala.


2.
Sekolah    menyedaiakan    akses    internet pendukung pembelajaran


3.
Sekolah menyediakan e book.


4.
Guru melaksanakan pembiasaan membaca


5.
Guru memberikan peluang membaca di awal pembelajaran


6.
Mencapai        target        seluruh        siswa membiasaakan membaca.


7.
Guru  meningkatkan         potensi siswa
menggunakan TIK dalam pembelajaran


5)       Evaluasi Pencapaian Hasil
8.
Siswa  merumuskan  resume   materi  yang dibaca di perpustakaan.


9.
Siswa   membiasakan   membaca   sebelum belajar dilaksanakan.


10.
Lima % siswa yang menunjukan kompetensi yang berkunggulan sehingga dapat berkompetisi dengan siswa dari sekolah lain.



Instrumen  evaluasi  keterlaksanaan  dan  ketercapaian  target  program  perlu  sekolah siapkan saat program disusun atau sebelum program dilaksanakan.