Merdeka.com - Kehebatan dan kemampuan Komando Pasukan Khusus
(Kopassus) telah dikenal dunia. Pasukan ini memiliki pengalaman
bertempur dengan pasukan elite Inggris, Special Air Service (SAS) di
pedalaman Kalimantan hingga pembebasan sandera pesawat Garuda di
Thailand.
Tak hanya itu, dunia juga mulai mengenal Komando Pasukan Katak (Kopaska) dalam evakuasi bangkai pesawat maupun korban AirAsia di Laut Jawa, Pangkalan Bun beberapa waktu lalu. Aksi mereka yang tidak dilengkapi alat keselamatan mendapat pujian dari perwira Amerika Serikat (AS) yang ikut dalam misi tersebut.
Di balik nama besar Kopassus dan Kopaska, masih banyak ada beberapa pasukan elite yang berada di bawah kendali ketiga matra TNI. Ketangguhan mereka tak diragukan lagi.
Berikut 5 pasukan elite Indonesia 'tak dikenal' dunia tapi sangat mematikan versi merdeka.com:
Merdeka.com - Tontainpur merupakan pasukan elite yang
berada di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Para anggotanya diambil dari kesatuan di bawah Kostrad, dan tidak
semuanya bisa menjadi bagian dari pasukan ini.
Para prajurit yang bergabung wajib melalui pelatihan berat yang berlangsung selama tujuh bulan lamanya. Kualifikasi yang diberikan juga cukup tinggi, alhasil cuma 500 prajurit saja yang lulus, tak heran jika jumlahnya tak terlalu besar.
Sesuai namanya, para prajurit tak hanya dilatih untuk menguasai kemampuan darat saja, tapi juga laut dan udara. Seluruh latihan dilakukan di markas-markas pasukan elite yang dimiliki TNI, yakni latihan tempur di Gunung Sangga Buana, latihan intelijen/Sandha di Pusdik Passus, latihan teknik tempur bawah air di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat dan latihan aplikasi latihan berganda di Situ Lembang.
Seluruh latihan ini untuk menguji kemampuan para prajurit agar efektif di medan tempur. Seluruh tahap tersebut tak cuma diperuntukkan bagi Tamtama, tapi juga Bintara maupun Perwira. Hingga kini, latihan berat Tontainpur hanya mampu meluluskan 100 personel dalam lima gelombang.
Merdeka.com - Denjaka merupakan pasukan elite di
bawah garis komando Marinir TNI AL. Mereka yang menjadi bagian dari
pasukan ini telah menjalani pelatihan yang sangat berat, setiap tahunnya
hanya 50 orang yang lulus dari pelbagai latihan.
Awalnya, para prajurit dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Latihan yang berat membuat detasemen ini sempat diperkuat belasan prajurit saja. Mereka yang tak lulus dikembalikan kepada kesatuannya masing-masing.
Sebagai calon prajurit Denjaka, setiap peserta tak cuma dituntut fisik yang prima, tapi juga kecerdasan yang tinggi. Syarat ini diberikan mengingat pasukan ini sering ditugaskan untuk melakukan penyusupan di daerah operasi secara individu maupun kelompok.
Teori yang diberikan juga hanya 20 persen, sisanya dilakukan di hutan, laut dan udara, baik menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut, serta bertahan hidup di darat. Tugas-tugas yang diberikan harus dilaksanakan dan diselesaikan secara sempurna, tidak ada kata gagal dalam hal ini.
Dari semua latihan yang pernah dijalani, latihan yang dilakukan di Banyuwangi merupakan yang paling berat. Di mana setiap prajurit diikat kaki dan tangannya dan dibuang ke dalam laut. Dengan keadaan itu, mereka diminta bertahan hidup dan meloloskan diri.
Selanjutnya, mereka tidak dibolehkan membawa perbekalan apapun, termasuk minum saat berlatih di dalam hutan. Selama tiga hari tiga malam, para prajurit tidur di tengah hutan rimba, terkadang lebih dari itu.
Selain fisik, prajurit juga dilatih mental, mulai dari terjun tempur baik siang dan malam, menyelam hingga renang di tengah laut tanpa bantuan apapun. Setelah lulus, mereka bisa mendapatkan baret ungu.
Merdeka.com - Dibanding dua kakaknya di Sat-81 TNI AD
dan Denjaka TNI AL, Bravo bisa disebut anak bungsu. Den Bravo 90
dibentuk tahun 1990 di Markas Korps Pasukan Khas TNI AU, Margahayu
Bandung. Karena lahir di tubuh TNI AU, pasukan ini memiliki spesialisasi
antiteror udara.
Tak cuma itu, Bravo-90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut. Mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut tempur, pertempuran jarak dekat dan antiteror.
Pasukan Bravo diseleksi dari anggota Korps Pasukan Khas TNI AU yang telah menyelesaikan pendidikan terjun dan komando. Hanya mereka yang lulusan terbaik bisa bergabung.
Merdeka.com - Sama seperti Denjaka, Yontgaifib
merupakan satuan elite Korps Marinir. Satuan ini sebelumnya dikenal
dengan nama Komando Intai Para Amfibi (Kipam).
Untuk menjadi bagian di dalamnya, setiap calon anggota harus memenuhi syarat mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun. Setelah lulus seleksi awal, latihan permulaan yang dilakukan adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km.
Perekrutan prajurit dilakukan secara sukarela dari anggota Marinir yang berada di seluruh bagian tempur, baik infanteri, artileri, kavaleri, bantuan tempur dan pertahanan pangkalan, sebab mereka dianggap telah memiliki teknik pertempuran dasar.
Sama seperti pasukan elite lainnya, metode pelatihan dibagi dalam beberapa tahap dalam tiga matra, yakni darat, laut, udara dan bawah air. Seluruhnya dijalani selama 9 bulan di 8 Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur).
Merdeka.com - Adalah Kepala Staf TNI AD Jenderal
Ryamizard Ryacudu yang punya ide membentuk pasukan elite di seluruh
Komando Daerah Militer (Kodam). Maka Ryamizard meningkatkan kualifikasi
10 pasukan infanteri reguler menjadi Raiders. Sebagian personel Raiders
dilatih kemampuan antiteror di Pusdik Passus milik Kopassus.
Pasukan ini memiliki kemampuan sebagai pasukan anti-teroris untuk pertempuran jarak dekat, lawan gerilya dengan mobilitas tinggi dan melakukan pertempuran-pertempuran berlanjut. Kemampuannya tiga kali pasukan infanteri biasa.
Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa. Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti terjun dari helikopter.
Pasukan elite ini diresmikan Jenderal Ryamizard tanggal 22 Desember 2003. Mungkin karena Raiders, Indonesia bisa mendapat predikat negara yang memiliki pasukan elite terbanyak.
sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/5-pasukan-elite-indonesia-tak-dikenal-dunia-tapi-sangat-mematikan/batalyon-raiders-tni-ad.html
Tak hanya itu, dunia juga mulai mengenal Komando Pasukan Katak (Kopaska) dalam evakuasi bangkai pesawat maupun korban AirAsia di Laut Jawa, Pangkalan Bun beberapa waktu lalu. Aksi mereka yang tidak dilengkapi alat keselamatan mendapat pujian dari perwira Amerika Serikat (AS) yang ikut dalam misi tersebut.
Di balik nama besar Kopassus dan Kopaska, masih banyak ada beberapa pasukan elite yang berada di bawah kendali ketiga matra TNI. Ketangguhan mereka tak diragukan lagi.
Berikut 5 pasukan elite Indonesia 'tak dikenal' dunia tapi sangat mematikan versi merdeka.com:
1.
Peleton Intai Tempur (Tontainpur)
Merdeka.com - Tontainpur merupakan pasukan elite yang
berada di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Para anggotanya diambil dari kesatuan di bawah Kostrad, dan tidak
semuanya bisa menjadi bagian dari pasukan ini.Para prajurit yang bergabung wajib melalui pelatihan berat yang berlangsung selama tujuh bulan lamanya. Kualifikasi yang diberikan juga cukup tinggi, alhasil cuma 500 prajurit saja yang lulus, tak heran jika jumlahnya tak terlalu besar.
Sesuai namanya, para prajurit tak hanya dilatih untuk menguasai kemampuan darat saja, tapi juga laut dan udara. Seluruh latihan dilakukan di markas-markas pasukan elite yang dimiliki TNI, yakni latihan tempur di Gunung Sangga Buana, latihan intelijen/Sandha di Pusdik Passus, latihan teknik tempur bawah air di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat dan latihan aplikasi latihan berganda di Situ Lembang.
Seluruh latihan ini untuk menguji kemampuan para prajurit agar efektif di medan tempur. Seluruh tahap tersebut tak cuma diperuntukkan bagi Tamtama, tapi juga Bintara maupun Perwira. Hingga kini, latihan berat Tontainpur hanya mampu meluluskan 100 personel dalam lima gelombang.
2.
Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)
Merdeka.com - Denjaka merupakan pasukan elite di
bawah garis komando Marinir TNI AL. Mereka yang menjadi bagian dari
pasukan ini telah menjalani pelatihan yang sangat berat, setiap tahunnya
hanya 50 orang yang lulus dari pelbagai latihan.Awalnya, para prajurit dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Latihan yang berat membuat detasemen ini sempat diperkuat belasan prajurit saja. Mereka yang tak lulus dikembalikan kepada kesatuannya masing-masing.
Sebagai calon prajurit Denjaka, setiap peserta tak cuma dituntut fisik yang prima, tapi juga kecerdasan yang tinggi. Syarat ini diberikan mengingat pasukan ini sering ditugaskan untuk melakukan penyusupan di daerah operasi secara individu maupun kelompok.
Teori yang diberikan juga hanya 20 persen, sisanya dilakukan di hutan, laut dan udara, baik menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut, serta bertahan hidup di darat. Tugas-tugas yang diberikan harus dilaksanakan dan diselesaikan secara sempurna, tidak ada kata gagal dalam hal ini.
Dari semua latihan yang pernah dijalani, latihan yang dilakukan di Banyuwangi merupakan yang paling berat. Di mana setiap prajurit diikat kaki dan tangannya dan dibuang ke dalam laut. Dengan keadaan itu, mereka diminta bertahan hidup dan meloloskan diri.
Selanjutnya, mereka tidak dibolehkan membawa perbekalan apapun, termasuk minum saat berlatih di dalam hutan. Selama tiga hari tiga malam, para prajurit tidur di tengah hutan rimba, terkadang lebih dari itu.
Selain fisik, prajurit juga dilatih mental, mulai dari terjun tempur baik siang dan malam, menyelam hingga renang di tengah laut tanpa bantuan apapun. Setelah lulus, mereka bisa mendapatkan baret ungu.
3.
Satuan Bravo 90 (Sat Bravo-90)
Merdeka.com - Dibanding dua kakaknya di Sat-81 TNI AD
dan Denjaka TNI AL, Bravo bisa disebut anak bungsu. Den Bravo 90
dibentuk tahun 1990 di Markas Korps Pasukan Khas TNI AU, Margahayu
Bandung. Karena lahir di tubuh TNI AU, pasukan ini memiliki spesialisasi
antiteror udara.Tak cuma itu, Bravo-90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut. Mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut tempur, pertempuran jarak dekat dan antiteror.
Pasukan Bravo diseleksi dari anggota Korps Pasukan Khas TNI AU yang telah menyelesaikan pendidikan terjun dan komando. Hanya mereka yang lulusan terbaik bisa bergabung.
4.
Batalyon Intai Amfibi (YonTaifib)
Merdeka.com - Sama seperti Denjaka, Yontgaifib
merupakan satuan elite Korps Marinir. Satuan ini sebelumnya dikenal
dengan nama Komando Intai Para Amfibi (Kipam). Untuk menjadi bagian di dalamnya, setiap calon anggota harus memenuhi syarat mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun. Setelah lulus seleksi awal, latihan permulaan yang dilakukan adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km.
Perekrutan prajurit dilakukan secara sukarela dari anggota Marinir yang berada di seluruh bagian tempur, baik infanteri, artileri, kavaleri, bantuan tempur dan pertahanan pangkalan, sebab mereka dianggap telah memiliki teknik pertempuran dasar.
Sama seperti pasukan elite lainnya, metode pelatihan dibagi dalam beberapa tahap dalam tiga matra, yakni darat, laut, udara dan bawah air. Seluruhnya dijalani selama 9 bulan di 8 Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur).
5.
Batalyon Raiders TNI AD
Merdeka.com - Adalah Kepala Staf TNI AD Jenderal
Ryamizard Ryacudu yang punya ide membentuk pasukan elite di seluruh
Komando Daerah Militer (Kodam). Maka Ryamizard meningkatkan kualifikasi
10 pasukan infanteri reguler menjadi Raiders. Sebagian personel Raiders
dilatih kemampuan antiteror di Pusdik Passus milik Kopassus.Pasukan ini memiliki kemampuan sebagai pasukan anti-teroris untuk pertempuran jarak dekat, lawan gerilya dengan mobilitas tinggi dan melakukan pertempuran-pertempuran berlanjut. Kemampuannya tiga kali pasukan infanteri biasa.
Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa. Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti terjun dari helikopter.
Pasukan elite ini diresmikan Jenderal Ryamizard tanggal 22 Desember 2003. Mungkin karena Raiders, Indonesia bisa mendapat predikat negara yang memiliki pasukan elite terbanyak.
sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/5-pasukan-elite-indonesia-tak-dikenal-dunia-tapi-sangat-mematikan/batalyon-raiders-tni-ad.html