Tata Cahaya
Tata cahaya yaitu pengaturan sinar atau cahaya lampu untuk menerangi dan menyinari arena permainan serta menimbulkan efek artistik. Tata cahaya sebelum menggunakan lampu-lampu listrik yang ada sekarang ini, maka pertunjukan masih memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangannya. Setelah manusia mengenal api sebagai sumber pemanas dan penerang maka manusia memanfaatkan api sebagai alat penerang pementasan.
Mula-mula manusia memakai api unggun sebagai alat penerangan dan sekaligus sebagai alat pemanas, kemudian setelah ditemukan minyak maka alat penerang berkembang menjadi obor, blencong, cempor dan lain sebagainya. Keterbatasan intensitas penerangan dari api, justru memberikan pengaruh yang indah terhadap gerak-laku pemeran bahkan mampu menimbulkan efek magis dan mungkin sulit didapat pada teater yang tidak menggunakan cahaya seperti itu. Goyang-goyang lidah api ditiup angin menimbulkan efek gelap-terang yang mengundang suasana yang artistik.
Pada saat ini kita telah termanjakan oleh adanya sumber daya listrik sebagai hasil teknologi yang maju. Dengan mudahnya mendapat alat dan sumber listrik maka perlu penguasaan dan penanganan yang lebih serius agar kita tidak terperangkap oleh pencahayaan yang datar. Oleh karena itu, melalui tata cahaya sebagi salah satu kekuatan artistik teater maka harus dapat memukau dan mencekam agar penonton betah untuk menyaksikan jalannya pertunjukan. Jelasnya, sentuhan artistik yang diciptakan oleh tata cahaya itu harus dapat mengungkapkan dan mendukung pemeranan yang hidup dan berkesan dalam pada batin penonton. Cahaya yang artistik disini juga mengandung pengertian cahaya yang dapat menyiapkan perhatian, mengukuhkan suasana, memperkaya set, dan menciptakan komposisi.
1. Tujuan Tata Cahaya
a. Menerangi dan menyinari pentas dan Pemeran
Menerangi yaitu cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang dan melenyapkan gelap. Jadi semua pentas dan barangbarang yang ada, baik yang penting maupun yang tidak penting semua diterangi. Menyinari yaitu cara menggunakan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon. Jadi dengan menyinari daerah-daerah tertentu maka ada sesuatu atau suasana yang lebih yang hendak ditonjolkan agar tercapai efek dramatik.
b. Mengingatkan efek cahaya alamiah.
Maksudnya, menentukan keadaan jam, musim, cuaca, keadaan dengan menggunakan tata cahaya.
c. Membantu melukiskan dekor atau scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai adanya sinar dan bayangan menonjolkan fungsi dekorasi.
d. Membantu permainan lakon dengan cara membantu menciptakan suasana kejiwaan.
2. Fungsi Tata Cahaya
a. Mengadakan pilihan bagi segala hal yang diperlihatkan, maksudnya adalah dengan tata cahaya mencoba membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas.
b. Mengungkapkan bentuk sehingga objek yang kena cahaya akan menampakkan bentuknya yang wajar, maka dari itu penyebaran sinar harus memiliki tinggi-rendah derajat pencahayaan yang memberikan keaneka ragaman hasil perbedaan tinggi-rendahnya derajat pencahayaan itu.
c. Membuat gambar wajar, disini termasuk cahaya lampu tiruan yang menciptakan gambaran cahaya wajar yang memberi petunjukpetunjuk terhadap waktu sehari-hari, waktu setempat dan musim. Disamping itu juga termasuk pembuatan cahaya lampu tiruan di dalam set interior, misalnya cahaya lilin, lampu kerudung, lampu dinding dan lain-lain.
d. Membuat komposisi, yaitu menggunakan unsur cahaya berdasar atas rancangan, sehingga melahirkan suatu komposisi yang menunjang kehadiran para pemerannya. Cahaya lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memusatkan perhatian penonton pada setiap gerakkan pemeran dan menimbulkan gagasan baru.
e. Menciptakan suasana, yaitu dengan menata cahaya maka diharapkan akan menimbulkan perasaan atau efek kejiwaan penonton. Cara yang ditempuh yaitu dengan pemakaian warna dan cahaya keteduhan.
3. Jenis Lampu
Lampu pentas terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu lampu strip, lampu spot, dan lampu general. Lampu strip terbagi menjadi dua yaitu lampu kaki (lampu yang diletakkan di batas depan bawah pentas yang berguna untuk menghilangkan bayang-bayang) dan lampu border (lampu yang diletakkan di atas pentas di belakang border dan fungsinya sama dengan lampu kaki). Lampu spot yaitu lampu yang mempunyai sumber sinar dengan intensif memberikan sinar pada satu titik bidang tertentu. Fungsinya untuk menonjolkan arena permainan dan sekaligus membangun suasana permainan. Lampu general atau Floodlight yaitu lampu yang mempunyai kekuatan sinar yang besar dan tanpa lensa. Fungsinya untuk menerangi arena permainan.
4. Pengontrolan Sinar dan Warna
Pengontrolan sinar di pentas terbagi atas enam kategori yaitu :
a. Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu, disini harus diusahakan agar hidup matinya lampu tidak dilakukan secara mendadak sebab kita menyesuaikan dengan kemampuan mata kita untuk menyesuaikan diri.
b. Pengontrolan atas penyuraman cahaya lampu, disini yang perlu dipertimbangkan adalah membentuk suatu gambar atau suasana yang alami.
c. Pengontrolan atas arah sinar, disini yang perlu diperhatikan adalah arah datangnya sinar dan berapa sinar yang digunakan untuk menyinari dan ini ada hubungannya dengan pembentukan tiga dimensi suatu benda atau pemeran.
d. Pengontrolan atas besar sinar lampu spot. Pengontrolan ini berguna untuk menentukan besar kecilnya daerah penyinaran. Semakin lampu digerakkan kemuka maka daerah penyinaran semakin besar, begitu juga sebaliknya.
e. Pengontrolan atas bentuk sinar, ini berguna untuk membentuk sinar disuatu daerah permainan, dan juga besar kecilnya cahaya di daerah permainan.
f. Pengontrolan atas warna sinar, disini yang perlu diperhatikan adalah penggunaan warna sinar lampu dan warna benda yang disinari. Misalnya dekorasi yang seharusnya berwarna merah tetapi karena ketidaktahuan penata cahaya, dekorasi itu disinari sinar biru maka yang terjadi bukan dekorasi berwarna merah yang ada, tetapi dekorasi berwarna agak kehitaman.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengontrolan warna sinar yaitu :
1). Bagaimana percampuran pigmen dengan pigmen. Jika warna merah, kuning, merah dan biru dicampur dengan pro porsi yang wajar akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
2). Bagaimana percampuran lampu berwarna dengan lampu berwarna. Jika warna lampu pokok (merah, kuning dan biru violet) di campur dengan intensitas cahaya yang wajar akan menghasilkan cahaya warna putih.
3). Bagaimana percampuran pigmen berwarna dengan lampu ber warna. Misalnya lampu merah disinarkan pada per muka an benda yang hijau akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
Sumber : buku k13 seni Budaya kelas IX
Tata cahaya yaitu pengaturan sinar atau cahaya lampu untuk menerangi dan menyinari arena permainan serta menimbulkan efek artistik. Tata cahaya sebelum menggunakan lampu-lampu listrik yang ada sekarang ini, maka pertunjukan masih memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangannya. Setelah manusia mengenal api sebagai sumber pemanas dan penerang maka manusia memanfaatkan api sebagai alat penerang pementasan.
Mula-mula manusia memakai api unggun sebagai alat penerangan dan sekaligus sebagai alat pemanas, kemudian setelah ditemukan minyak maka alat penerang berkembang menjadi obor, blencong, cempor dan lain sebagainya. Keterbatasan intensitas penerangan dari api, justru memberikan pengaruh yang indah terhadap gerak-laku pemeran bahkan mampu menimbulkan efek magis dan mungkin sulit didapat pada teater yang tidak menggunakan cahaya seperti itu. Goyang-goyang lidah api ditiup angin menimbulkan efek gelap-terang yang mengundang suasana yang artistik.
Pada saat ini kita telah termanjakan oleh adanya sumber daya listrik sebagai hasil teknologi yang maju. Dengan mudahnya mendapat alat dan sumber listrik maka perlu penguasaan dan penanganan yang lebih serius agar kita tidak terperangkap oleh pencahayaan yang datar. Oleh karena itu, melalui tata cahaya sebagi salah satu kekuatan artistik teater maka harus dapat memukau dan mencekam agar penonton betah untuk menyaksikan jalannya pertunjukan. Jelasnya, sentuhan artistik yang diciptakan oleh tata cahaya itu harus dapat mengungkapkan dan mendukung pemeranan yang hidup dan berkesan dalam pada batin penonton. Cahaya yang artistik disini juga mengandung pengertian cahaya yang dapat menyiapkan perhatian, mengukuhkan suasana, memperkaya set, dan menciptakan komposisi.
1. Tujuan Tata Cahaya
a. Menerangi dan menyinari pentas dan Pemeran
Menerangi yaitu cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang dan melenyapkan gelap. Jadi semua pentas dan barangbarang yang ada, baik yang penting maupun yang tidak penting semua diterangi. Menyinari yaitu cara menggunakan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon. Jadi dengan menyinari daerah-daerah tertentu maka ada sesuatu atau suasana yang lebih yang hendak ditonjolkan agar tercapai efek dramatik.
b. Mengingatkan efek cahaya alamiah.
Maksudnya, menentukan keadaan jam, musim, cuaca, keadaan dengan menggunakan tata cahaya.
c. Membantu melukiskan dekor atau scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai adanya sinar dan bayangan menonjolkan fungsi dekorasi.
d. Membantu permainan lakon dengan cara membantu menciptakan suasana kejiwaan.
2. Fungsi Tata Cahaya
a. Mengadakan pilihan bagi segala hal yang diperlihatkan, maksudnya adalah dengan tata cahaya mencoba membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas.
b. Mengungkapkan bentuk sehingga objek yang kena cahaya akan menampakkan bentuknya yang wajar, maka dari itu penyebaran sinar harus memiliki tinggi-rendah derajat pencahayaan yang memberikan keaneka ragaman hasil perbedaan tinggi-rendahnya derajat pencahayaan itu.
c. Membuat gambar wajar, disini termasuk cahaya lampu tiruan yang menciptakan gambaran cahaya wajar yang memberi petunjukpetunjuk terhadap waktu sehari-hari, waktu setempat dan musim. Disamping itu juga termasuk pembuatan cahaya lampu tiruan di dalam set interior, misalnya cahaya lilin, lampu kerudung, lampu dinding dan lain-lain.
d. Membuat komposisi, yaitu menggunakan unsur cahaya berdasar atas rancangan, sehingga melahirkan suatu komposisi yang menunjang kehadiran para pemerannya. Cahaya lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memusatkan perhatian penonton pada setiap gerakkan pemeran dan menimbulkan gagasan baru.
e. Menciptakan suasana, yaitu dengan menata cahaya maka diharapkan akan menimbulkan perasaan atau efek kejiwaan penonton. Cara yang ditempuh yaitu dengan pemakaian warna dan cahaya keteduhan.
3. Jenis Lampu
Lampu pentas terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu lampu strip, lampu spot, dan lampu general. Lampu strip terbagi menjadi dua yaitu lampu kaki (lampu yang diletakkan di batas depan bawah pentas yang berguna untuk menghilangkan bayang-bayang) dan lampu border (lampu yang diletakkan di atas pentas di belakang border dan fungsinya sama dengan lampu kaki). Lampu spot yaitu lampu yang mempunyai sumber sinar dengan intensif memberikan sinar pada satu titik bidang tertentu. Fungsinya untuk menonjolkan arena permainan dan sekaligus membangun suasana permainan. Lampu general atau Floodlight yaitu lampu yang mempunyai kekuatan sinar yang besar dan tanpa lensa. Fungsinya untuk menerangi arena permainan.
4. Pengontrolan Sinar dan Warna
Pengontrolan sinar di pentas terbagi atas enam kategori yaitu :
a. Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu, disini harus diusahakan agar hidup matinya lampu tidak dilakukan secara mendadak sebab kita menyesuaikan dengan kemampuan mata kita untuk menyesuaikan diri.
b. Pengontrolan atas penyuraman cahaya lampu, disini yang perlu dipertimbangkan adalah membentuk suatu gambar atau suasana yang alami.
c. Pengontrolan atas arah sinar, disini yang perlu diperhatikan adalah arah datangnya sinar dan berapa sinar yang digunakan untuk menyinari dan ini ada hubungannya dengan pembentukan tiga dimensi suatu benda atau pemeran.
d. Pengontrolan atas besar sinar lampu spot. Pengontrolan ini berguna untuk menentukan besar kecilnya daerah penyinaran. Semakin lampu digerakkan kemuka maka daerah penyinaran semakin besar, begitu juga sebaliknya.
e. Pengontrolan atas bentuk sinar, ini berguna untuk membentuk sinar disuatu daerah permainan, dan juga besar kecilnya cahaya di daerah permainan.
f. Pengontrolan atas warna sinar, disini yang perlu diperhatikan adalah penggunaan warna sinar lampu dan warna benda yang disinari. Misalnya dekorasi yang seharusnya berwarna merah tetapi karena ketidaktahuan penata cahaya, dekorasi itu disinari sinar biru maka yang terjadi bukan dekorasi berwarna merah yang ada, tetapi dekorasi berwarna agak kehitaman.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengontrolan warna sinar yaitu :
1). Bagaimana percampuran pigmen dengan pigmen. Jika warna merah, kuning, merah dan biru dicampur dengan pro porsi yang wajar akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
2). Bagaimana percampuran lampu berwarna dengan lampu berwarna. Jika warna lampu pokok (merah, kuning dan biru violet) di campur dengan intensitas cahaya yang wajar akan menghasilkan cahaya warna putih.
3). Bagaimana percampuran pigmen berwarna dengan lampu ber warna. Misalnya lampu merah disinarkan pada per muka an benda yang hijau akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
Sumber : buku k13 seni Budaya kelas IX