Menjelang berakhirnya masa pemerintahan kolonial, berbagai bentuk pergerakan nasional dapat dikontrol oleh pemerintah kolonial. Kebijakan politik etis diterapkan sebagai pengaman dari sebuah pertanggungjawaban pemerintah kolonial terhadap perubahan mendasar terhadap dibukanya pintu politik bagi kaum bumiputera, meskipun perubahan itu berjalan lambat. Masuknya bumiputera sebagai anggota Volksraad bukan berarti kaum bumiputera diberi hak penuh untuk menyarakan pendapatnya dalan Volksraad. Walaupun volksraad tidak memberikan kesempatan pada bumiputera untuk berunding, setidaknya Volksraad sudah memberikan peluang para wakil Hindia, yang membukakan wawasan mereka tentang perlunya persatuan untuk melakukan gerakan nasional dalam melawan kolonialisme.
Selama masa 1920-an, Politik Etis mulai kehilangan prinsip-prinsip asosiasinya. Politik Etis kemudian dipandang sebagai tugas kemakmuran yang tetap berjalan dalam pengamanan masyarakat Indonesia. Pada akhir 1920-an, pergerakan yang dilakukan kaum terpelajar mengarah pada nasionalisme sebagai arahan politiknya. Berbeda dengan bentuk-bentuk pergerakan lama yang didasari pada ideologi Pan-islamisme dan komunisme. Hal itu terlihat pada gerakan-gerakan mereka di bidang sosial dan ekonomi. Pada 1930- an pikiran-pikiran asosiasi dilahirkan kembali seperti yang disebut dengan Gerakan Stuw yang dilakukan oleh pegawai-pegawai kolonial yang progresif dan berusia muda, hal itu tidak juga memperbaiki kemerosotan rencanarencana pemerintah kolonial, sampai akhirnya datangnya Jepang.
1. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang sangat penting dalam upaya membangun jati diri bangsa Indonesia.
2. Melalui Kongers Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928 telah digelorakan semangat persatuan dan kesatuan yang sangat pentingnya artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia pada masa-masa berikutnya, dengan secara nyata menunjukkan identitas keindonesiaan. Indonesia merdeka sebagai tujuan para pemuda.
3. Berkembang pula nasionalisme modern yang dipelopori Sukarno.
4. Dalam perkembangannya muncul organisasi-organisasi baru yang bersikap kooperatif. Oleh karena itu, berbagai bentuk strategiorganisasi-organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial dilakukan dengan kooperasi dan non-kooperasi.
5. Parindra merupakan organisasi yang berbentuk nasional dan mempunyai strategi perjuangan dengan aksi politik.
Sumber : buku sejarah indonesia kls xi k13
Selama masa 1920-an, Politik Etis mulai kehilangan prinsip-prinsip asosiasinya. Politik Etis kemudian dipandang sebagai tugas kemakmuran yang tetap berjalan dalam pengamanan masyarakat Indonesia. Pada akhir 1920-an, pergerakan yang dilakukan kaum terpelajar mengarah pada nasionalisme sebagai arahan politiknya. Berbeda dengan bentuk-bentuk pergerakan lama yang didasari pada ideologi Pan-islamisme dan komunisme. Hal itu terlihat pada gerakan-gerakan mereka di bidang sosial dan ekonomi. Pada 1930- an pikiran-pikiran asosiasi dilahirkan kembali seperti yang disebut dengan Gerakan Stuw yang dilakukan oleh pegawai-pegawai kolonial yang progresif dan berusia muda, hal itu tidak juga memperbaiki kemerosotan rencanarencana pemerintah kolonial, sampai akhirnya datangnya Jepang.
1. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang sangat penting dalam upaya membangun jati diri bangsa Indonesia.
2. Melalui Kongers Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928 telah digelorakan semangat persatuan dan kesatuan yang sangat pentingnya artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia pada masa-masa berikutnya, dengan secara nyata menunjukkan identitas keindonesiaan. Indonesia merdeka sebagai tujuan para pemuda.
3. Berkembang pula nasionalisme modern yang dipelopori Sukarno.
4. Dalam perkembangannya muncul organisasi-organisasi baru yang bersikap kooperatif. Oleh karena itu, berbagai bentuk strategiorganisasi-organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial dilakukan dengan kooperasi dan non-kooperasi.
5. Parindra merupakan organisasi yang berbentuk nasional dan mempunyai strategi perjuangan dengan aksi politik.
Sumber : buku sejarah indonesia kls xi k13