Ragam permainan untuk teater


a. MENGHINDAR DARI SERANGAN LEBAH
Mula-mula pelatih menyuruh peserta didik berjalan dari A ke B dan kembali lagi ke A. Lalu berjalan lagi sambil membayangkan ada seekor Kumbang/Tawon menyerang. Setiap peserta didik harus menghindar dari serangan Kumbang/Tawon itu. Latihan dilanjutkan dengan membayangkan Kumbang/Tawon-nya 5, 10, 50, 100 dan seterusnya. Kemudian peserta didik disuruh menjadi lebahnya.

b. JALAN YANG LICIN
Masing-masing peserta didik membayangkan berjalan di jalan yang licin. Jaraknya ditentukan oleh pelatih. Misalnya, dari sudut A ke B yang berjarak 10 – 20 meter. Apa pun yang dilakukan peserta didiki adalah yang terbaik. Jangan disalahkan. Yang salah adalah bila ada peserta didik yang meniru apa yang dilakukan temannya. Dalam latihan seperti ini, yang dihindari adalah meniru. Pelatih harus membebaskan peserta didik. Biarlah mereka berlaku berdasarkan imajinasinya masing-masing.

Variasi dari latihan ini, ialah:
1) Berjalan di jalan yang lengket.
2) Berjalan di jalan yang berlubang.
3) Berjalan di jalan banjir.
4) Berjalan di jalan yang panas.
5) Berjalan dengan kaki yang tidak dapat ditekuk.
6) Berjalan dengan kaki yang tidak dapat diluruskan, dan seterusnya.

Sumber : buku k13 seni budaya kelas xi


Merancang Karya Teater
a. Membentuk staf produksi
Langkah pertama yang dilakukan oleh guru pembimbing adalah mengumpulkan semua peserta didik yang akan turut mendukung pementasan, lalu membentuk staf produksi, dengan pembagian tugas sebagai berikut:
1) Memilih dan menentukan peserta didik yang berminat di staf artistik; Pemain, penata musik, penata gerak, penata penata busana, penata rias, penata dekor, dan penata cahaya.
2) Memilih dan menentukan peserta didik yang berminat di staf managemen; pimpinan produksi, keuangan, dana dan usaha, dokumentasi, konsumsi dan bagian umum. Semua yang turut mendukung pementasan harus saling bekerjasama dengan baik. Dan untuk memperlancar kerjasama diperlukan pembagian kerja dan batasan yang jelas mengenai wewenang dan kewajibannya masing-masing, sehingga tidak terjadi pertengkaran selama bekerja.

b. Memilih dan menentukan pemain
Setelah membaca dan memahami isi naskah, guru pembimbing menjelaskan alur cerita dan melukiskan dan menentukan pemain yang akan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam naskah. Caranya bisa dimulai dengan membaca naskah secara bergiliran kemudian ditentukan pemerannya. Atau dengan cara, peserta didik memilih peran yang mereka sukai, kemudian diberi waktu untuk mempresentasikan peran yang mereka pilih tersebut.

c. Menentukan Karakterisasi
Menganalisa tokoh-tokoh yang ada dalam naskah. Di dalam menganalisa tokoh-tokoh ada tiga sumber informasi mengenai karakterisasinya. Pertama, dari keterangan yang ada di dalam naskah. Kedua, ucapan tokoh itu sendiri. Ketiga, ucapan tokoh lain tentang tokoh tersebut:

d. Menentukan bloking
Bloking adalah pergerakan atau perpindahan pemain dari satu tempat ke tempat lain, (misalnya, dari duduk dikursi, berjalan untuk membuka jendela karena udara pengap). Kelangsungan bloking pemain didasarkan pada nilai-nilai komposisi panggung dengan mempertimbangkan “motif ” atau alasan bergerak.
Ada pun alasan untuk bergerak ada dua sumbernya. Yaitu; berdasarkan alasan kewajaran dan alasan kejiwaan. Contoh dari alasan kewajaran: dalam percakapan di ruang tamu, seseorang berujar, “panas betul siang ini!” kemudian berjalan ke arah jendela dan membukanya. Atau berjalan dulu ke arah jendela dan membukanya, baru berkata, “panas betul siang ini!” Contoh alasan kejiwaan: adalah saat seseorang mengekspresikan ketakutan kemudian mengerutkan badannya. Atau saat seseorang melompat untuk mengekspresikan kegembiraan.
Inti dari mendengar di dalam seni peran adalah menanggapi.
Adapun menanggapi itu ada tiga:
1) menanggapi lawan main; - ekspresi dari percakapan dua orang atau lebih di dalam sebuah pementasan drama.
2) menanggapi sifat adegan; - merupakan ekspresi dari tokoh lakon yang menyesuaikan diri dengan sifat adegan sedih atau gembira, yang sedang berlangsung dalam sebuah pementasan.
3) menanggapi lingkungan adegan; - ini berhubungan dengan setting peristiwa. Misalnya, adegan sedang berlangsung di puncak gunung, di malam hari yang dingin, pemeran yang muncul, kemudian mengerutkan tubuhnya.

f. Tata Rias
Bagi pelajar, sering dijumpai penokohan yang usianya lebih tua dari usia mereka; - seperti peran ibu, bapak, lurah, dokter, raja, ratu, dst. Karenanya, diperlukan tata rias untuk mendekatkan siswa pada tokoh yang mereka perankan. Tata rias yang berdasar pada penokohan ini disebut Tata rias karakter.

g. Tata Busana
Tata busana yang dimaksud adalah tata busana untuk kebutuhan penokohan. Sumber dari tata busana penokohan adalah naskah lakon yang akan dipentaskan. Misalnya, bagaimana busana yang dikenakan oleh tokoh IKah digambarkan; - “Ikah muncul, ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambailambaikan apabila berjalan atau bicara. Dan inilah gaya Hollywood yang gila itu”.

h. Tata Pentas
Tata Pentas yang dimaksud adalah segala sesuatu (termasuk set dekor) yang diatur berdasarkan kebutuhan pengadeganan. Misalnya, untuk set dekor untuk naskah lakon “Mentang-mentang dari New York”: Ruang tamu di rumah keluarga Bi Atang di kampung Jelambar. Pintu depannya di sebelaj kanan, jendela sebelah kiri, di sebelah pentas ini, ada seperangkat kursi rotan, di sebelah kanan ada radio besar yang merapat ke dinding belakang. Di tengah dinding itu ada sebuah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan bagian dalam rumah itu.

i. Tata Cahaya
Tata cahaya adalah kwalitas penyinaran berdasarkan suasana adegan. Misalnya untuk kebutuhan pementasan “Mentang-mentang dari New York”: Pagi hari, ketika layar di buka, terdengar pintu depan diketuk orang, Bi Atang muncul dari pintu tengah sambil melepaskan apronnya, dan bersungut-sungut. Tata cahaya menggambarkan suasana pagi melalui kombinasi penyinaran dari lampu-lampu spot yang diberi gelatin (warna cahaya).

Sumber : buku k13 seni budaya kelas xi