MusliModerat.Com - Banyak di antara ulama NU seperti KH Wahid
Hasyim, KH Masykur dan lain sebagainya menjadi anggota BPUKPI yang
bertugas merumuskan dasar negara dan undang-undang dasar. Dengan
sendirinya mereka ikut dalam merumuskan Pancasila dan UUD 1945. Karena
itu NU membela hasil kesepakatannya sendiri saat Indonesia dihadang oleh
berbagai pemberontakan yang hendak mengganti NKRI. Tetapi celakanya di
tangan Orde Baru Pancasila telah menjadi alat politik yang menentukan,
sebagai sarana untuk mendiskiminasi dan menstigma kelompok lain. NU
setia pada Pancasila karena itu menolak segala penyimpangan penafsiran
dan pengamalan Pancasila serta penerapan di luar batas seperti itu.
Sebagai salah satu perumus Pancasila, NU menolak penafsiran tunggal
Pancasila yang dimonopoli Orde Baru melalui P4 dan sebagainya. Pancasila
harus diletakkan sebagai dasar negara menjadi milik bersama sebagai
falsafah bangsa. Ketika Orde Baru mendesak semua organisasi tidak hanya
organisasi politik, tetapi juga organisasi kemasyarakatan untuk
menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas, maka banyak organisasi
yang curiga, enggan dan menolak, terutama ormas keagamaan, tidak hanya
Islam tetapi juga agama yang lain. Melalui pembicaraan yang intensif
antara KH. As’ad Syamsul Arifin dan juga KH Ahmad Siddiq dengan Presiden
Soeharto bahwa Pancasila tidak akan menggeser agama dan agama tidak
akan dipancasilakan, maka NU mau menerima Pancasila sebagai asas
organisai, tanpa harus meninggalkan Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai
dasar akidahnya.
Kemudian penerimaan itu dirumuskan dalam sebuah piagam yang sangat komprehensif dan konklusif dalam sebuah Deklarasi Tentang Hubungan Pancasila dengan Islam. Deklarasi penting itu dirumuskan dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada tahun 1983. Pernyataan NU dianggap kontroversial dan menggemparkan saat itu. Bagi yang tidak tahu argumennya akan menentang, tetapi yang mengerti argumennya yang begitu rasional dan sistematis serta proporsional itu banyak yang tertegun dan simpati.
Tidak sedikit kalangan ormas Islam yang lain berterima kasih pada NU yang mampu berpikir cerdik dan strategis dalam memecahkan persoalan sangat pelik yakni hubungan agama dengan Pancasila, tetapi dengan kecemerlangannya NU mampu meletakkan hubungan yang proporsional antara agama dan Pancasila, sehingga mereka bisa menerima Pancasila secara proporsional pula. Bahkan agama-agama lain merasa sangat berterimakasih pada NU atau kemampuannya merumuskan hubungan Agama dengan Pancasila melalui argumen yang rasional dan mendasar baik secara syar’i maupun secara siyasi.
Ketika undang-undang mengenai penerapan asas tunggal diberlakukan pada tahun 1985, maka jalan yang dirintis NU telah mulus, sehingga hampir semua ormas besar dan agama-agama remi menerimanya. Hanya beberapa ormas Islam sempalan yang masih menentang Pancasila. Itulah jasa besar NU dalam menegakkan Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara Republik Indonesia serta dasar bagi ormas yang ada. Berikut bunyi lengkap deklarasi fenomenal tersebut:
Kemudian penerimaan itu dirumuskan dalam sebuah piagam yang sangat komprehensif dan konklusif dalam sebuah Deklarasi Tentang Hubungan Pancasila dengan Islam. Deklarasi penting itu dirumuskan dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada tahun 1983. Pernyataan NU dianggap kontroversial dan menggemparkan saat itu. Bagi yang tidak tahu argumennya akan menentang, tetapi yang mengerti argumennya yang begitu rasional dan sistematis serta proporsional itu banyak yang tertegun dan simpati.
Tidak sedikit kalangan ormas Islam yang lain berterima kasih pada NU yang mampu berpikir cerdik dan strategis dalam memecahkan persoalan sangat pelik yakni hubungan agama dengan Pancasila, tetapi dengan kecemerlangannya NU mampu meletakkan hubungan yang proporsional antara agama dan Pancasila, sehingga mereka bisa menerima Pancasila secara proporsional pula. Bahkan agama-agama lain merasa sangat berterimakasih pada NU atau kemampuannya merumuskan hubungan Agama dengan Pancasila melalui argumen yang rasional dan mendasar baik secara syar’i maupun secara siyasi.
Ketika undang-undang mengenai penerapan asas tunggal diberlakukan pada tahun 1985, maka jalan yang dirintis NU telah mulus, sehingga hampir semua ormas besar dan agama-agama remi menerimanya. Hanya beberapa ormas Islam sempalan yang masih menentang Pancasila. Itulah jasa besar NU dalam menegakkan Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara Republik Indonesia serta dasar bagi ormas yang ada. Berikut bunyi lengkap deklarasi fenomenal tersebut:
Deklarasi tentang Hubungan Pancasila dengan Islam
Bismillahirrahmanirrahim- Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesi bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.
- Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.
- Bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah akidah dan syari’ah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antarmanusia.
- Penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syari’at agamanya.
- Sebagai konsekuensi dari sikap di atas, Nahdlatul Ulama berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak.
Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdhatul Ulama
Sukorejo, Situbondo 16 Rabi’ul Awwal 1404 H
(21 Desember 1983)via NU Online
Sukorejo, Situbondo 16 Rabi’ul Awwal 1404 H
(21 Desember 1983)via NU Online