..Wa law annahum idz zhalamuu anfusahum jaa-uka fastagh-farullaha wastagh-fara lahumur rasuulu lawajadullaha tawwaabar rahiima (QS An Nisa' ayat 64)
Ketika mendalami ayat ini para Ulama menjadi kebingungan, takjub, heran, terpana..
"..Seandainya mereka itu mau, ketika mereka menzhalimi diri mereka sendiri kemudian mendatangi dirimu (Wahai Rasulullah), lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Berdasarkan ayat ini maka Rasulullah SAW itu selalu ada. Karena Allah katakan, 'kalau mereka mau mendatangi dirimu'. Kalau Rasulnya tidak ada lantas apa makna perintah ini? Kemana orang harus mendatangi kalau Rasulnya tidak ada? Kalau Rasulnya hanya ada di Madinah, maka orang harus ke Madinah, dan itu jauh..
Tapi Rasulullah tidak dibatasi oleh tempat beliau dimakamkan. Tidak. HADIR. Rasulullah hadlir amaama ummatih. Rasulullah Hadir di depan umatnya, di depan hamba-hamba Allah yang mau mendapatkan ampunan dari Allah Ta'ala sebagaimana disebutkan ayat ini..
Para Sahabat, mereka ada Rasulullah dihadapannya, mereka tinggal bicara langsung kepada beliau SAW, "Ya Rasulullah, Kami berbuat salah, tolong mohonkan ampun dari Allah."
Lantas bagaimana dengan kita? Maka Kitapun akan mendapatkan yang sama. Seandainya kita tidak melulu istighfar, "Ya Allah ampuni aku, ampuni aku,"
Berdasarkan ayat ini KITA TIDAK MUNGKIN MENDAPATKAN AMPUNAN DARI ALLAH SWT KECUALI DENGAN WASHILAH MUHAMMAD SAW.
Tak mungkin kita diampuni Allah dengan kekuatan istighfar kita.
Sehebat apapun kita minta ampun. Allah tidak akan ampuni, tanpa peran dari Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat ini Allah tidak mengatakan, "Seandainya mereka menzhalimi diri mereka sendiri kemudian memohon ampun kepada Allah," Tidak begitu. Allah putus dulu.
Seandainya mereka mau mendatangi Engkau duluan Ya Rasulullah. Mereka mau mencari dirimu wahai Rasulullah. Mereka tidak melupakan dirimu, yang sudah ada di hadapan mereka.
Saat mereka benar-benar menyesal, minta ampun kepada Allah Ta'ala. Hasilnya apa? Jaa-uka, hadir.
Allah Ta'ala yang bilang, RasulNya ada di situ. Rasulullah itu hadir. Rasulnya dekat dengan kalian. Rasulnya tak jauh.Tapi yang bisa melihat, bisa melihat. Yang tak bisa melihat (mahjub) tak bisa melihat. Maka jangan pungkiri kalau kita tidak bisa melihat..
Siapa orang-orang yang bisa melihat? Orang-orang yang melakukan yang wajib, kemudian menunanaikan yang nawafil. Memperbanyak ibadah Sunnah. Jika mereka demikian maka, Allah katakan, AKU akan menjadi telinga yang dengan telinga itu dia mendengar, AKU akan jadi pandangan, yang dengan pandangan itu dia melihat, sehingga manusia-manusia seperti ini penglihatannya tak sama dengan manusia yang lain.
Penglihatanya berbeda. Mereka bisa melihat karunia-karunia Ilahi yang muncul dan datang.yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Mereka itulah Awliyaa'-ish Shalihin..
(Kutipan Shuhbah Mawlana Syaikh HIsham Kabbani di Masjid Baitul Ihsan, dengan translation & transcreation oleh Habib Novel bin Muhamad Alaydrus)
https://www.facebook.com/zawiyahhasbi/photos/a.1104721089589206.1073741830.744163962311589/1196775690383745/?type=3
"..Seandainya mereka itu mau, ketika mereka menzhalimi diri mereka sendiri kemudian mendatangi dirimu (Wahai Rasulullah), lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Berdasarkan ayat ini maka Rasulullah SAW itu selalu ada. Karena Allah katakan, 'kalau mereka mau mendatangi dirimu'. Kalau Rasulnya tidak ada lantas apa makna perintah ini? Kemana orang harus mendatangi kalau Rasulnya tidak ada? Kalau Rasulnya hanya ada di Madinah, maka orang harus ke Madinah, dan itu jauh..
Tapi Rasulullah tidak dibatasi oleh tempat beliau dimakamkan. Tidak. HADIR. Rasulullah hadlir amaama ummatih. Rasulullah Hadir di depan umatnya, di depan hamba-hamba Allah yang mau mendapatkan ampunan dari Allah Ta'ala sebagaimana disebutkan ayat ini..
Para Sahabat, mereka ada Rasulullah dihadapannya, mereka tinggal bicara langsung kepada beliau SAW, "Ya Rasulullah, Kami berbuat salah, tolong mohonkan ampun dari Allah."
Lantas bagaimana dengan kita? Maka Kitapun akan mendapatkan yang sama. Seandainya kita tidak melulu istighfar, "Ya Allah ampuni aku, ampuni aku,"
Berdasarkan ayat ini KITA TIDAK MUNGKIN MENDAPATKAN AMPUNAN DARI ALLAH SWT KECUALI DENGAN WASHILAH MUHAMMAD SAW.
Tak mungkin kita diampuni Allah dengan kekuatan istighfar kita.
Sehebat apapun kita minta ampun. Allah tidak akan ampuni, tanpa peran dari Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat ini Allah tidak mengatakan, "Seandainya mereka menzhalimi diri mereka sendiri kemudian memohon ampun kepada Allah," Tidak begitu. Allah putus dulu.
Seandainya mereka mau mendatangi Engkau duluan Ya Rasulullah. Mereka mau mencari dirimu wahai Rasulullah. Mereka tidak melupakan dirimu, yang sudah ada di hadapan mereka.
Saat mereka benar-benar menyesal, minta ampun kepada Allah Ta'ala. Hasilnya apa? Jaa-uka, hadir.
Allah Ta'ala yang bilang, RasulNya ada di situ. Rasulullah itu hadir. Rasulnya dekat dengan kalian. Rasulnya tak jauh.Tapi yang bisa melihat, bisa melihat. Yang tak bisa melihat (mahjub) tak bisa melihat. Maka jangan pungkiri kalau kita tidak bisa melihat..
Siapa orang-orang yang bisa melihat? Orang-orang yang melakukan yang wajib, kemudian menunanaikan yang nawafil. Memperbanyak ibadah Sunnah. Jika mereka demikian maka, Allah katakan, AKU akan menjadi telinga yang dengan telinga itu dia mendengar, AKU akan jadi pandangan, yang dengan pandangan itu dia melihat, sehingga manusia-manusia seperti ini penglihatannya tak sama dengan manusia yang lain.
Penglihatanya berbeda. Mereka bisa melihat karunia-karunia Ilahi yang muncul dan datang.yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Mereka itulah Awliyaa'-ish Shalihin..
(Kutipan Shuhbah Mawlana Syaikh HIsham Kabbani di Masjid Baitul Ihsan, dengan translation & transcreation oleh Habib Novel bin Muhamad Alaydrus)
https://www.facebook.com/zawiyahhasbi/photos/a.1104721089589206.1073741830.744163962311589/1196775690383745/?type=3