Kicau Kenari Kecil dari Kalabahi

Karya Meiseany Hortensia dan Bartolomeus Marsudiharjo
“Baiklah… itu tadi beberapa lagu yang sudah saya persembahkan untuk para pendengar dan sahabat-sahabatku. Sekadar info, anak Alor sekarang punya Forum Anak. Di sini kita bisa melakukan hal positif seperti kursus komputer dan bahasa Inggris. Kita diajarkan untuk melakukan hal-hal positif seperti melakukan kegiatan terkait dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN).”
Di ruangan sederhana kedap suara berukuran 4x4 meter, yang dilengkapi AC, komputer, dan peralatan siaran, Yohana Sepriana Puling (16), atau biasa dipanggil Rina, tampil bak penyiar radio profesional. Meskipun baru kelas 3 SMP, Rina begitu percaya diri menyapa para pendengar radio komunitas ‘Suara Kenari ‘ FM 100,7 MHz yang bisa didengar penggemar dalam radius tujuh kilometer.
Selama siaran di salah satu ruangan kantor organisasi kemanusiaan Wahana Visi Indonesia di Kota Kalabahi di Pulau Alor, NTT, Rina terus sibuk memantau pesan pendek di layar HP berisi kiriman salam untuk pendengar lain yang harus ia bacakan. Remaja berkulit cokelat tua itu juga sibuk menggerak-gerakkan mouse, mencari lagu pilihan para pendengar setia di bank komputer.
Rina menyampaikan pengumuman-pengumuman penting, pesan-pesan yang terkait dengan hak anak, kesehatan reproduksi, profil figur-figur terkenal, presiden, dan lain-lain. Rina mencari sendiri informasi dari internet tentang tokoh-tokoh yang akan diperkenalkan kepada pendengarnya.
Supaya siaran tidak membosankan, gadis manis berambut panjang ini memberikan selingan dengan tebakan.
“Mana yang lebih jago, ayam atau sapi?” tanya Rina kepada para pendengarnya.
Beragam jawaban pun segera bermunculan ke telepon seluler dengan nomor khusus yang sudah disediakan. Rina pun mulai membacakan jawaban-jawaban yang masuk ke redaksi. Pengirim yang jawabannya dianggap benar berhak request lagu kesukaannya.
Sebelum menjadi penyiar di radio komunitas ‘Suara Kenari’ di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor-NTT, Rina dan beberapa teman lainnya mendapatkan pelatihan dari penyiar radio profesional yang khusus didatangkan Wahana Visi dari Yogyakarta.
Sejak itu, Rina dan kawan-kawannya menjadi motor siaran radio ‘Suara Kenari’ yang cukup banyak penggemarnya.
Itulah salah satu aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan Rina sepulang dari sekolah. Di luar itu, dia juga aktif mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer di kantor Wahana Visi, menjadi pendidik sebaya tentang bahaya HIV-AIDS dan masalah kesehatan lainnya, dan aktif berkegiatan di Forum Anak. Dia juga menjadi bendahara OSIS di sekolahnya.
Di rumah, Rina juga sering membantu orang tua menjaga dan mempersiapkan makanan keempat adiknya. Rina biasa bangun pukul empat pagi supaya bisa membantu mamanya mempersiapkan makanan untuk keluarga. Saat dia berangkat ke sekolah, mamanya juga berangkat ke kebun.
Rina bersama teman-temannya juga memberikan penyuluhan kepada remaja lain untuk menghindari aktivitas yang berisiko tertular HIV dan AIDS. Ia mengingatkan teman-temannya untuk tidak merokok karena ketergantungan pada rokok itu bisa menjerumuskan anak-anak pada narkoba.
“Kita masih kecil; belum punya penghasilan untuk membeli rokok. Rokok kan juga bisa membunuh pelan-pelan. Kalau punya uang lebih baik ditabung saja. Nanti kalau butuh fotokopi tidak perlu minta orang tua,” kata Rina menasihati teman-temannya. Memang, kadang dia malah ditertawakan dan dikomentari sebagai “sok tahu”. Tetapi, Rina tidak pernah lelah berbagi pengetahuan dan kepedulian dengan anakanak lain.
Untuk mengikuti berbagai kegiatan, kadang Rina harus rela jalan kaki beberapa kilometer pulang pergi dari desanya ke Kota Kalabahi, apalagi kalau dia sedang tidak punya uang transpor. Semua dijalaninya dengan ceria.
Karena selalu sibuk beraktivitas, tetangga-tetangganya mengibaratkan Rina sudah seperti mahasiswi saja. “Pergi pagi, pulang sebentar dan pergi lagi, sudah seperti seorang mahasiswi,” komentar seorang tetangga.
Walau banyak beraktivitas, Rina tidak mengabaikan pelajaran di sekolah.
Sebaliknya, dia sangat memprioritaskan pendidikannya. Dalam keremangan cahaya pelita, Rina terus belajar dengan tekun. Itu sebabnya, walaupun pada malam hari harus belajar di bawah cahaya pelita, dia selalu juara kelas sepanjang SD dan SMP.
Dia baru saja lulus sebagai juara umum di sekolahnya.
Lalu bagaimana caranya Rina bisa terus juara kelas, padahal ia punya banyak kegiatan?
“Memperhatikan baik-baik saat diterangkan dan kalau ada yang penting saya catat. Sebelum tidur baca-baca lagi.” Dia menjelaskan strateginya dalam menyerap pelajaran. Dengan cara itu, dia cukup belajar 1—2 jam, tetapi teratur.
Atas prestasinya, beberapa kali Rina terpilih mengikuti kegiatan-kegiatan di luar Alor.
Ia pernah terpilih mengikuti Forum Pemimpin Muda Nasional di Jakarta tahun 2010; konferensi pemuda yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Soe di Timur Tengah Selatan tahun 2011; Kongres Anak ke-10 di Bandung tahun 2011; dan mewakili Provinsi NTT mengikuti perkemahan ilmiah remaja di Pulau Bangka tahun 2010 setelah melakukan penelitian pembuatan sandwich dari singkong.
Saat mengikuti kegiatan-kegiatan di luar, kadang-kadang Rina merasa minder karena tidak mempunyai pakaian yang bagus. Kalau sudah begini, dia berusaha menenangkan dirinya agar bisa mengatasi rasa rendah dirinya.
“Bisa mengikuti kegiatan di luar ‘kan dipilih. Bisa dipilih itu pasti karena kita punya kelebihan,” demikian Rina berusaha meyakinkan dirinya.
Gadis yang jago berenang ini adalah anak sulung dari empat bersaudara pasangan Iriance Selan (42) dan Robinson Puling (43). Ketiga adiknya adalah Alita, Ayub, dan Hani. Kedua orang tuanya tamatan SMA. Keluarga ini tinggal di rumah yang sangat sederhana di perbukitan beberapa kilometer di barat Kota Kalabahi. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang sudah mulai lapuk. Jendela rumah juga berlubang-lubang karena hanya ditutup anyaman bambu longgar.
Belum lama ini Robinson mendapat pekerjaan sebagai petugas kebersihan di Kalabahi. Dia sering tampak menyapu jalanan di Kalabahi saat pagi dan siang hari.
Sementara Iriance bekerja di kebun keluarga. Mereka punya kebun di perbukitan yang ditanami kemiri, cendana, dan pisang. Iriance—kadang ditemani Robinson— berangkat ke kebun pukul empat pagi. Letak kebun cukup jauh, sekitar dua jam berjalan kaki. Iriance juga bisa membuat kasur kapuk, tetapi memang tidak banyak lagi yang memesan.
Jika orang tuanya ke kebun—kadang hingga seminggu—Rina bertugas menjaga dan mengurus adik-adiknya. Dia bahkan pernah ditinggal bersama Alita hingga tiga bulan saat orang tuanya pergi ke Kupang.
“Sebenarnya takut, tetapi saya harus memberanikan diri. Karena jendela tidak tertutup rapat, pintu juga tidak terlalu kuat, maka saya menyiapkan parang dan palu,”kata Rina.
“Ada kucing jalan di atas atap seng saja membuat keringat dingin,” ujar Rina berbagi mengenang malam yang menakutkan saat ditinggal ke Kupang orang tuanya ketika masih kelas 2 SMP.
“Sebenarnya saat itu kami juga tidak tega meninggalkan Rina dan adiknya sendirian. Tetapi, kami terpaksa harus pergi (Kupang),” kata Iriance.
Dia dan suaminya berharap agar Rina dapat terus berprestasi di sekolah dan dalam berorganisasi. “Kami berharap dia akan dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.”
Harapan mereka sejalan dengan cita-cita Rina yang suatu saat nanti ingin menyelesaikan pendidikan di universitas. Kemudian mengabdikan ilmunya bagi kemajuan masyarakat, termasuk dalam kehidupan sosial, moral, dan spiritual mereka.
Sore itu suara merdu Rina kembali hadir di udara melalui siaran ‘Suara Kenari’.
“Ingat-ingat untuk teman-teman yang bawa motor, jangan ngebut-ngebut ya, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan… Dan untuk anak-anak Alor ayo terus kembangkan dirimu melalui Forum Anak…”
Suara merdu Rina terus berkumandang melalui ‘Suara Kenari’ untuk membantu memberi arahan, inspirasi, dan memajukan kualitas kehidupan anak-anak Alor.
Semoga makin banyak anak Alor yang terinspirasi dan makin berani berjuang memajukan dirinya.

Sumber: Kenari Kecil dari Kalabahi dan 29 Kisah Inspiratif Anak Indonesia, karya Bartolomeus Marsudiharjo dan kawan-kawan, Jakarta, 2013, Penerbit Buku Kompas
Sumber :b uku  K13 Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VIII