Jakarta, Muslimedianews ~ Nabi ‘Uzair lahir di Babilonia,
saat negeri itu dipegang oleh raja yang sangat kejam bernama Bakht Nasr.
Kala itu pula, kondisi kaum Yahudi telah kembali berpaling dari Allah
meskipun banyak Nabi yang berdatangan setelah wafatnya Nabi Sulaiman.
Mereka menyembah berhala, mencintai emas dan perak, serta menyimpangkan
Taurat. Mereka takut akan kematian dan sangat mencintai dunia.
Bakht Nasr menyerang kaum Yahudi yang lemah karena berpaling dari Allah.
Ia menduduki kota dan membunuh orang Yahudi, menghancurkan negeri dan
kuil-kuil serta membakar kitab-kitab suci seperti Taurat. Saat ia
kembali ke Babilonia, ia menjadikan kaum Yahudi sebagai tawanan perang.
Hingga pada suatu ketika terjadi peperangan antara Babilonia dan Persia.
Peperangan itu dimenangkan oleh Persia yang rajanya bernama Koroush.
Koroush berhasil menaklukkan Bakht Nasr dan ia pun menduduki serta mulai
memasuki Babilonia. Ia juga berteman dengan ‘Uzair karena perilakunya
yang baik dan ia pun mencintainya.
Pada suatu hari, ‘Uzair mendatangi Koroush dan memintanya agar
membiarkan kaum Yahudi kembali ke Babilonia. Ia juga meminta Koroush
mengizinkan kaum Yahudi kembali menulis kitab Taurat. Kaum Yahudi pun
kembali ke Babilonia dan mereka sangat mencintai ‘Uzair. Dibutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk bisa menuliskan ulang kita Taurat.
Kematian ‘Uzair
Suatu hari, Nabi ‘Uzair pergi ke kebunnya dengan menunggangi keledai.
Hari itu sangatlah panas dan jarak yang ditempuhpun sangat jauh. Dalam
perjalanannya, ia melewati puing-puing sebuah kota dan pemakaman kuno.
Saat ia lelah dan lapar, maka ia pun duduk di sebuah pohon sembari
mengeluarkan remah-remah roti dan seikat anggur. Ia kemudia meremas
anggur dan dituangkan ke mangkok untuk melembutkan remah-remah roti
tersebut.
Saat itu, ia juga memperhatikan sekasama kondisi sekelilingnya. Melihat
puing-puing kota dan tulang-tulang hancur. Ia bertanya dalam hatinya
menganai bagaimana mereka yang telah mati akan kembali hidup dan
bagaimana Allah memberikan kehidupan bagi yang sudah mati. Lalu, ‘Uzair
tertidur sebelum memakan makanannya. Kejadian menakjubkan terjadi,
‘Uzair tidak terbangun, ia telah meninggal.
Waktu terus berlalu saat ‘Uzair tidak kembali ke desanya. Anak-anaknya
mencari keberadaannya dan mereka juga pergi ke kebun. Tetapi tak ada
satupun yang menemukan keberadaan ‘Uzair. Orang-orang mulai melupakannya
dan ‘Uzair tetap berada di tempatnya kala keledainya juga meninggal.
Namun, perasan anggur masih seperti kondisi awal meski anak dan cucu
‘Uzair wafat. Tak ada yang mengingat kehidupan ‘Uzair kecuali seorang
nenek berusia 120 tahun, yang semasa sebelum ‘Uzair hilang dia berumur
20 tahun.
Nabi ‘Uzair Kembali Hidup
Allah mengutus Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengembalikan roh
‘Uzair. Awan bergerombol, kilat menyambar, guruh pun bergemuruh dan
turunlah hujan saat itu. ‘Uzair pun terbangun dan mulai bernapas setelah
ratusan tahun ia wafat. Malaikat Jibril menjelaskan peristiwa yang
menimpanya. Ia terkejut mendengar penjelasan Malaikat Jibril dan segera
ia berdoa kepada Allah.
Segera setelah ia memakan makanannya, ia bangkit dan menunggangi keledai
yang dihidupkan juga oleh Allah, segera ia kembali ke desanya. Dari
kejauhan ia melihat desanya. Namun, wajah penduduk, pakaian dan
rumah-rumah telah berubah. Ia pun juga tak bisa menemukan rumahnya.
Kini, ia hanya menjadi sebuah cerita yang diceritakan para ayah pada
anak-anaknya.
Kemudian, ia berdiri di tengah-tengah desa dan berkata bahwa dirinya
adalah ‘Uzair. Orang-orang pun berkeliling mengitarinya dan sebagian
mengatakan bahwa ia adalah orang gila. ‘Uzair ingin membuktikan bahwa ia
adalah ‘Uzair yang hilang. Ia pun meminta agar menunjukkan
anak-anaknya, namun orang-orang berkata bahwa anak-anaknya telah
meninggal. Lalu ia meminta agar orang-orang menunjukkan ke cucu-cucunya.
Seorang berusia kira-kira 60 tahun, menunjukkan dan mengantarkan ke
rumah cucunya. Ia pun bertemu dengan cucunya dan tinggal di rumah
cuucnya sembari menjelaskan peristiwa yang menimpanya.
Hanya ada satu saksi hidup yang mengetahui bahwa orang itu adalah
‘Uzair. Yakni seorang nenek-nenek berusia 120 tahun yang berjalan
menggunakan tongkat karena buta. Nenek itu pun berkata bahwa ia akan
tahu kebenaran bahwa itu ‘Uzair jika ia bisa melihatnya.
‘Uzair pun berdoa memohon kepada Allah agar menyembuhkan kebutaan nenek
tersebut. Allah mengabulkan dan nenek itu pun kembali bisa melihat. Ia
berkata bahwa benar itu adalah ‘Uzair yang hilang seratus tahun lalu.
Saat itu juga, cucunya berkata bahwa tak seorang pun dapat menemukan
Taurat kecuali ‘Uzair. Segera saja ‘Uzair mengatkan lokasinya di sebuah
batang pohon zaitun dan segera mengajak orang-orang ke tempat yang ia
maksud.
Mereka menuju tempat yang dimaksud dan melihat sebuah pohon zaitun tua
tertutup oleh banyaknya tumbuhan. ‘Uzair menuju tempat di antara pohon
dekat alur air dan kemudian menggali sampai menemukan kotak kayu. Kotak
tersebut rusak namun salinan Taurat masih utuh. Maka semua orang pun
percaya bahwa mukjizat itu ada dan semakin beriman kepada Allah.
‘Uzair meninggal dunia dan tetapi ada saja kaum Yahudi yang tetap
menyebutnya sebagai anak Allah. Kemudian Allah mengutus Nabi Muhammad
yang menagjarkan kebenaran bahwa ‘Uzair pernah meninggal seratus tahun
kemudia Allah menghidupkannya kembali.
Setelah meninggalnya ‘Uzair, kaum Yahudi tidak menjaga kitab Taurat,
perbuatan mereka meyimpang dan hati mereka sekeras batu. Hingga pada
tahun 16 SM, Antokius dari Suriah menyerang dan membakar semua salinan
Taurat. Oleh itu, Taurat asli hilang. ‘Uzair benar telah melakukan yang
terbaik dengan mengumpulkan Taurat dan mencegah kaum Yahudi mengubahnya.
Diceritakan ulang oleh Danny Setiawan Ramadhan dari buku “The Greatest Stories of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As Sayyid