Secara etimologis istilah puisi berasal
dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk,
membuat, menciptakan.
Menurut Kamus
Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan
larik dan bait.
Samuel Taylor
Coleridge
mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Carlyle mengatakan bahwa
puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Wordsworth mempunyai gagasan
bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang
direkakan atau diangankan.
Dunton berpendapat bahwa
sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik
dalam bahasa emosional serta berirama.
Shelley mengemukakan bahwa
puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup.
Dari
definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun
tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan
bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu
sebenarnya.
Hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
- Ketepatan ekspresi/mimic
- Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
- Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu
ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
- Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
- Dinamik artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
- Intonasi atau lagu suara
Dalam sebuah puisi,
ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut :
- Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
- Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
- Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Menurut zamannya,
puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru Puisi
lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu
antara lain :
antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ciri
puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis
puisi lama:
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri
Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis
puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
- Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Sedangkan
macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
- Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
- Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
- Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
- Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
- Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
- Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
- Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
- Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris.
Puisi kontemporer
Kata
kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan
zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu,
puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu
terakhir.
Tokoh-tokoh
puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi
kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
- Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
- Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
- Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
- Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
- Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
- Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
- Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
- Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
- Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentuContoh:
Penyusunan
puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
- Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Unsur-unsur
puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur fisik puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
Struktur fisik puisi terdiri dari:
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata.
- Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
- Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi.
- Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji.
- Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
- Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Struktur batin puisi
Struktur
batin puisi terdiri dari
- Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa.
- Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
- Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
- Amanat/tujuan/maksud (intention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca