Perang Padri di Sumatra Barat (1821-1838)

Benteng Fort de Kock, Benteng tersebut merupakan saksi sengitnya perlawanan kaum Paderi terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Di manakah meletusnya perang Paderi? Bagaimana latar belakang dan proses perang paderi?
Minangkabau Sumatera Barat merupakan pusat gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Gerakan Wahabiah yang bertujuan memurnikan ajaran Islam dibawa oleh para haji yang pulang dari Mekah. Tokohnya adalah Haji Miskin, Haji Malik, dan Haji Piabang. Kelompok pembaharu Islam di Sumatra Barat ini disebut sebagai Kaum Padri.
Ide pembaharuan Kaum Padri berbenturan dengan kelompok adat/Kaum Penghulu. Belanda memanfaatkan perselisihan tersebut dengan mendukung Kaum Adat yang posisinya sudah terjepit. Pada bulan Februari 1821 Kaum Penghulu (Adat) menandatangi perjanjian yang menyerahkan kekuasaan Minangkabau kepada Belanda sebagai imbalan bantuan Belanda untuk membantu Kaum Adat melawan Kaum Padri.

a. Perlawanan Padri Tahap I (1821-1825)
Perlawanan kaum Padri berubah dengan sasaran utama Belanda meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil mendesak benteng-benteng Belanda. Karena di Jawa Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830), Belanda akhirnya melakukan perdamaian di Bonjol tanggal 15 Nopember 1825.

b. Perang Padri Tahap II (1825-1837)
Belanda menitikberatkan menghadapi perlawanan Diponegoro hingga tahun 1830. Setelah itu Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri. Kaum Adat yang semula bermusuhan dengan kaum Padri akhirnya banyak yang mendukung perjuangan Padri. Bantuan dari Aceh juga datang untuk mendukung pejuang Padri.
Setelah berhasil memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa, Belanda kembali konsentrasi menghadapi perang Padri. Belanda bahkan berhasil memanfaatkan Sentot Ali Basyah Prawiryodirjo salah satu pimpinan pasukan Diponegoro yang telah menyerah kepada Belanda untuk turut memperkuat pasukan Belanda. Kekuatan Belanda benar-benar pulih, apalagi dengan banyaknya tentara sewaan dari orang pribumi.
Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel.Benteng Fort de Kock di Bukittinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanan Dengan siasat ini akhirnya
Setelah berhasil memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa, Belanda kembali konsentrasi menghadapi perang Padri. Belanda bahkan berhasil memanfaatkan Sentot Ali Basyah Prawiryodirjo salah satu pimpinan pasukan Diponegoro yang telah menyerah kepada Belanda untuk turut memperkuat pasukan Belanda. Kekuatan Belanda benar-benar pulih, apalagi dengan banyaknya tentara sewaan dari orang pribumi.
Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel.Benteng Fort de Kock di Bukittinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanan Dengan siasat ini akhirnya Belanda menang ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864. Berakhirnya Perang Padri, membuat kekuasaan Belanda di Minangkabau semakin besar. Keadaan ini kemudian mendukung usaha Belanda untuk menguasai wilayah Sumatera yang lain.

Sumber : buku k13 Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII

Related Posts :