Teknik Dasar Suara Akting teater


Dalam pekerjaan sehari-hari seorang aktor-aktris, ia akan berhadapan dengan berbagai masalah yang menyangkut suara dan tubuhnya. Berbagai perasaan yang berkecamuk dibatin tokoh yang diperankan, harus mampu dilahirkan melalui suara dan tubuhnya. Kondisi-kondisi badaniah yang dihadapi tokoh harus mampu dikemukakan dengan memanfaatkan suara dan tubuhnya. Melalui suara dan tubuhnyalah seorang aktor-aktris berkomunikasi. Dengan suara dan tubuhnya, yang terdiri dari bagian-bagian, ia harus mampu bercerita. Dan ceritanya ini harus dapat meyakinkan orang lain.

Banyak yang dituntut dari segi suara dan fisik. Sebanyak tuntutan yang ada dari segi kejiwaannya. Bagi seorang aktoraktris teater, kondisi suara dan fisik yang prima menjadi syarat mutlak. Ia tidak perlu bersuara merdu bagai biduan dan berbadan bagai seorang binaragawan, atau ratu kecantikan. Tidak perlu baginya untuk bersuara alto atau sopran, atau berpotongan tubuh bagaikan seorang pesenam. Suara boleh biasa-biasa saja dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan tokoh yang diperankan. Ia bisa bersuara cempreng, bertubuh kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi dari dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak. Sebaiknya suara dan tubuhnya siap pakai dalam kondisi seperti apapun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak, kemampuan untuk berpasif dengan seluruh tubuhnya, atau kesanggupan untuk bersikap tak melawan dan berbagai sikap serta perbuatan lainnya harus mampu dilahirkannya. Dan ini semua harus logis, jelas dan tegas. Untuk segalanya inilah, maka dari dirinya dituntut untuk senantiasa melatih suara dan tubuhnya.

Salah satu usaha untuk itu ialah latihan olah suara dan latihan olah tubuh. Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan tubuh diolah? Kalau seorang aktor-aktris mau melihat pada suara dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya.

Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat yang diaduk-aduknya dan diremas-remas sebelum membentuk benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap aktor-aktris terhadap suaranya dan tubuhnya.

Olah Suara
Suara pemain teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemain film dan sinetron. Karena suara pemain teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton.
Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemainnya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan pemainnya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup penting. Agar tujuannya tercapai, pemain teater harus melatih:
1. Kejelasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan cukup terdengar.
2. Tekanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan.
3. Kerasnya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup terdengar oleh seluruh penonton.

1. Melatih Kejelasan Ucapan
a. Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik.
b. Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warnawarni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai menuju jalan layang bebas hambatan kemudian melilit bangunan-mangunan mewah disekitar pondok indah cinere bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”

2. Melatih Tekanan Ucapan
Tekanan ucapan ada tiga macam; 1). Tekanan Dinamik. 2). Tempo. 3). Tekanan Nada.
a. Tekanan Dinamik
Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya; “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan hari senin atau hari selasa). “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak saya). “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya bukan ke toko pakaian atau ke toko makanan).
b. Tekanan Tempo
Tekanan Tempo ialah cepat-lambatnya ucapan. Gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat.
Contohnya:
1) “Ha-ri Ming-gu saya ke toko buku”
2) “Hari Minggu sa-ya ke toko buku”
3) “Hari Minggu saya ke to-ko bu-ku”
c. Tekanan Nada
Merupakan lagu daripada ucapan, contohnya; “Wah, kamu pandai sekali!” atau “Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu!”

3. Melatih Kerasnya Ucapan
Teknik ucapan pemain teater lebih rumit dibanding dengan tehnik ucapan bagi pemain film dan sinetron. Ucapan pemain teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan, tetapi juga harus keras, karena ucapan pemain di atas panggung menempuh jarak yang lebih jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Diantaranya;
a. Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10 meter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu dipertanyakan ialah: a). Sudah jelaskah? b). Sudahkah menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? c). dan pertanyaan yang terpenting, sudah wajarkah?
b. Latihan mengguman. Gumaman harus stabil dan konstan. Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan lenyap di cakrawala.
Ketiga teknik ucapan di atas (kejelasan ucapan, tekanan ucapan dan kerasnya ucapan), pada dasarnya adalah satu kesatuan yang utuh ketika seseorang berbicara atau berdialog. Ketiganya saling mengisi dan melengkapi. Sebelum melatih ketiga tehnik ucapan di atas, sebaiknya dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Misalnya, dengan mengendurkan urat-urat pembentuk suara, urat-urat leher, dan membuat rileks seluruh anggota tubuh.

Sumber : buku seni budaya kelas xi k13