Pengertian adaptasi adalah penyaduran suatu karya sastra (asing) yang disertai penyesuaian dengan latar budaya sasaran. Pengertian ini dapat disepadankan dengan istilah saduran.
Adaptasi juga dapat berarti pengolahan kembali suatu karya sastra, misalnya, dalam bentuk drama. Demikian yang dilakukan oleh Noorca Marendra. Berdasarkan naskah Filipina, “Mentang-mentang dari New York” karya Marcelino Acana Jr, Noorca Marendra memindahkan setting peristiwanya ke kampung Jelambar, di wilayah Jakarta Barat.
Lakon ini bercerita tentang seorang janda, Bi Atang dan anak gadisnya, Ikah yang sok kaya. Mereka tinggal di rumah yang sederhana dengan seperangkat kursi rotan dan sebuah radio di ruang tamu. Tapi Ikah yang pernah berkunjung ke Amerika selama 10 bulan, mempengaruhi ibunya agar berdandan dan berlaku seperti orang Amerika. Bi Atang tunduk dan menuruti kemauan anaknya. Sehingga menjadi bahan tertawaan para tetangga. Tapi akhirnya Ikah dan Bi Atang menyadari kekeliruannya.
Lakon yang mengusung tema tentang kesombongan ini sangat terbuka untuk diadaptasi ke semua propinsi di Tanah Air, dengan memindahkan setting peristiwanya ke daerah setempat. Dan persoalan yang diungkapkan oleh lakon tidak berjarak dengan persoalan-persoalan di semua Negara berkembang. Guru bisa mendiskusikan tema tentang kesombongan ini dengan peserta didik dan mencari padanannya dalam kehidupan seharihari.
1. Menyusun Staf Produksi
Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik adalah menyusun staf produksi, dengan pembagian tugas sebagai berikut.
a. Memilih dan menentukan peserta didik yang berminat di staf artistik; yaitu yang berperan sebagai pemain, penata musik, penata gerak, penata penata busana, penata rias, penata dekor, dan penata cahaya.
b. Memilih dan menentukan peserta didik yang berminat di staf managemen; yaitu yang berperan sebagai pimpinan produksi, keuangan, dana dan usaha, dokumentasi, konsumsi dan bagian umum.
Guru harus selalu mengingatkan kepada peserta didik, bahwa kerja teater adalah kerja kolektif. Jadi azas kegotong-royongan harus diutamakan. Dan untuk memperlancar kerjasama diperlukan pembagian kerja dan batasan yang jelas mengenai wewenang dan kewajibannya masing-masing, sehingga tidak terjadi pertengkaran selama bekerja.
2. Memilih dan Menentukan Pemain
Guru membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik memulai latihan dengan membaca naskah beberapa kali. kemudian mendiskusikan alur cerita, karakter, struktur dramatik dan setting peristiwa dari naskah tersebut. Setelah itu, dalam menentukan peran, guru bisa menenpuh beberapa cara:
a. Membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk saling mencoba peran yang tersedia.
b. Membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk memilih sendiri peran yang disukai.
c. Membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk bertanding dalam menentukan peran-peran yang ada dalam naskah.
3. Menentukan Karakterisasi
Dalam menganalisa tokoh-tokoh yang ada dalam naskah “Mentang-mentang dari New York”. Guru membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk memerincinya dari tiga sumber:
a. Dari keterangan (diluar ucapan tokoh), yang ada didalam naskah.
b. Dari ucapan tokoh itu sendiri.
c. Dari ucapan tokoh lain tentang tokoh tersebut.
4. Menentukan Bloking
Bloking adalah pergerakan atau perpindahan pemain dari satu tempat ke tempat lain, (misalnya, dari duduk dikursi, berjalan untuk membuka jendela karena udara pengap). Keberlangsungan bloking pemain didasarkan pada nilai-nilai komposisi panggung dengan mempertimbangkan “motif ” atau “alasan” bergerak.
Ada pun alasan untuk bergerak ada dua sumbernya. Yaitu; berdasarkan alasan kewajaran dan alasan kejiwaan. Contoh dari alasan kewajaran: dalam percakapan di ruang tamu, seseorang berujar: “panas betul siang ini!” kemudian berjalan ke arah jendela dan membukanya. Atau berjalan dulu ke arah jendela dan membukanya, baru berkata: “panas betul siang ini!” Contoh alasan kejiwaan: adalah saat seseorang mengekspresikan ketakutan kemudian mengerutkan badannya. Atau saat seseorang melompat untuk mengekspresikan kegembiraan.
Inti dari mendengar di dalam seni peran adalah menanggapi. Adapun menanggapi itu ada tiga:
1) menanggapi lawan main; - ekspresi dari percakapan dua orang atau lebih di dalam sebuah pementasan drama.
2) menanggapi sifat adegan; - merupakan ekspresi dari tokoh lakon yang menyesuaikan diri dengan sifat adegan sedih atau gembira, yang sedang berlangsung dalam sebuah pementasan.
3) menanggapi lingkungan adegan; - ini berhubungan dengan setting peristiwa. Misalnya, adegan sedang berlangsung di puncak gunung, di malam hari yang dingin, pemeran yang muncul, kemudian mengerutkan tubuhnya.
5. Tata Rias
Seringkali tokoh-tokoh yang ada didalam naskah usianya lebih tua dan pengalaman hidupnya lebih kompleks dari usia dan pengalaman peserta didik. Karena tokoh-tokoh yang ada didalam naskah adalah tokoh-tokoh yang telah dipertajam. Artinya, tokoh-tokoh yang telah diberi beban persoalan oleh pengarangnya. Misalnya, tokoh ibu, bapak, lurah, dokter, raja, ratu, dst. Karenanya, diperlukan tata rias untuk mendekatkan siswa pada tokoh yang mereka perankan. Tata rias yang berdasar pada penokohan ini disebut Tata rias karakter
.
6. Tata Busana
Tata busana yang dimaksud adalah tata busana untuk kebutuhan penokohan. Sumber dari tata busana penokohan adalah naskah lakon yang akan dipentaskan. Misalnya, bagaimana busana yang dikenakan oleh tokoh Ikah digambarkan; - “Ikah muncul, ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambai-lambaikan apabila berjalan atau bicara. Dan inilah gaya Hollywood yang gila itu”.
7. Tata Pentas
Tata pentas yang dimaksud adalah segala sesuatu (termasuk set dekor) yang diatur berdasarkan kebutuhan pengadeganan. Misalnya, untuk set dekor untuk naskah lakon “Mentang-mentang dari New York”: Ruang tamu di rumah keluarga Bi Atang di kampung Jelambar. Pintu depannya di sebelah kanan, jendela sebelah kiri, di sebelah pentas ini, ada seperangkat kursi rotan, di sebelah kanan ada radio besar yang merapat ke dinding belakang. Di tengah dinding itu ada sebuah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan bagian dalam rumah itu.
8. Tata Cahaya
Tata cahaya adalah kwalitas penyinaran berdasarkan suasana adegan. Misalnya untuk kebutuhan pementasan “Mentang-mentang dari New York”: Pagi hari, ketika layar di buka, terdengar pintu depan diketuk orang, Bi Atang muncul dari pintu tengah sambil melepaskan apronnya, dan bersungut-sungut. Tata cahaya menggambarkan suasana pagi melalui kombinasi penyinaran dari lampu-lampu spot yang diberi gelatin (warna cahaya).
Unsur Tata Usaha
Unsur Tata Usaha adalah unsur organisasi yang menangani masalah-masalah yang tidak ada hubungannya dengan unsur kesenian. Seperti:
• Pimpinan Produksi
• Pimpinan Panggung
• Stage Manager
• Sekretaris
• Keuangan
• Dana dan Usaha
• Pengurus Karcis
• Pengurus Publikasi
• Pengurus Gedung, dll
Sumber : buku k13 seni budaya kelas xi
Adaptasi juga dapat berarti pengolahan kembali suatu karya sastra, misalnya, dalam bentuk drama. Demikian yang dilakukan oleh Noorca Marendra. Berdasarkan naskah Filipina, “Mentang-mentang dari New York” karya Marcelino Acana Jr, Noorca Marendra memindahkan setting peristiwanya ke kampung Jelambar, di wilayah Jakarta Barat.
Lakon ini bercerita tentang seorang janda, Bi Atang dan anak gadisnya, Ikah yang sok kaya. Mereka tinggal di rumah yang sederhana dengan seperangkat kursi rotan dan sebuah radio di ruang tamu. Tapi Ikah yang pernah berkunjung ke Amerika selama 10 bulan, mempengaruhi ibunya agar berdandan dan berlaku seperti orang Amerika. Bi Atang tunduk dan menuruti kemauan anaknya. Sehingga menjadi bahan tertawaan para tetangga. Tapi akhirnya Ikah dan Bi Atang menyadari kekeliruannya.
Lakon yang mengusung tema tentang kesombongan ini sangat terbuka untuk diadaptasi ke semua propinsi di Tanah Air, dengan memindahkan setting peristiwanya ke daerah setempat. Dan persoalan yang diungkapkan oleh lakon tidak berjarak dengan persoalan-persoalan di semua Negara berkembang. Guru bisa mendiskusikan tema tentang kesombongan ini dengan peserta didik dan mencari padanannya dalam kehidupan seharihari.
1. Menyusun Staf Produksi
Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik adalah menyusun staf produksi, dengan pembagian tugas sebagai berikut.
a. Memilih dan menentukan peserta didik yang berminat di staf artistik; yaitu yang berperan sebagai pemain, penata musik, penata gerak, penata penata busana, penata rias, penata dekor, dan penata cahaya.
b. Memilih dan menentukan peserta didik yang berminat di staf managemen; yaitu yang berperan sebagai pimpinan produksi, keuangan, dana dan usaha, dokumentasi, konsumsi dan bagian umum.
Guru harus selalu mengingatkan kepada peserta didik, bahwa kerja teater adalah kerja kolektif. Jadi azas kegotong-royongan harus diutamakan. Dan untuk memperlancar kerjasama diperlukan pembagian kerja dan batasan yang jelas mengenai wewenang dan kewajibannya masing-masing, sehingga tidak terjadi pertengkaran selama bekerja.
2. Memilih dan Menentukan Pemain
Guru membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik memulai latihan dengan membaca naskah beberapa kali. kemudian mendiskusikan alur cerita, karakter, struktur dramatik dan setting peristiwa dari naskah tersebut. Setelah itu, dalam menentukan peran, guru bisa menenpuh beberapa cara:
a. Membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk saling mencoba peran yang tersedia.
b. Membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk memilih sendiri peran yang disukai.
c. Membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk bertanding dalam menentukan peran-peran yang ada dalam naskah.
3. Menentukan Karakterisasi
Dalam menganalisa tokoh-tokoh yang ada dalam naskah “Mentang-mentang dari New York”. Guru membimbing (mendorong dan mengarahkan) peserta didik untuk memerincinya dari tiga sumber:
a. Dari keterangan (diluar ucapan tokoh), yang ada didalam naskah.
b. Dari ucapan tokoh itu sendiri.
c. Dari ucapan tokoh lain tentang tokoh tersebut.
4. Menentukan Bloking
Bloking adalah pergerakan atau perpindahan pemain dari satu tempat ke tempat lain, (misalnya, dari duduk dikursi, berjalan untuk membuka jendela karena udara pengap). Keberlangsungan bloking pemain didasarkan pada nilai-nilai komposisi panggung dengan mempertimbangkan “motif ” atau “alasan” bergerak.
Ada pun alasan untuk bergerak ada dua sumbernya. Yaitu; berdasarkan alasan kewajaran dan alasan kejiwaan. Contoh dari alasan kewajaran: dalam percakapan di ruang tamu, seseorang berujar: “panas betul siang ini!” kemudian berjalan ke arah jendela dan membukanya. Atau berjalan dulu ke arah jendela dan membukanya, baru berkata: “panas betul siang ini!” Contoh alasan kejiwaan: adalah saat seseorang mengekspresikan ketakutan kemudian mengerutkan badannya. Atau saat seseorang melompat untuk mengekspresikan kegembiraan.
Inti dari mendengar di dalam seni peran adalah menanggapi. Adapun menanggapi itu ada tiga:
1) menanggapi lawan main; - ekspresi dari percakapan dua orang atau lebih di dalam sebuah pementasan drama.
2) menanggapi sifat adegan; - merupakan ekspresi dari tokoh lakon yang menyesuaikan diri dengan sifat adegan sedih atau gembira, yang sedang berlangsung dalam sebuah pementasan.
3) menanggapi lingkungan adegan; - ini berhubungan dengan setting peristiwa. Misalnya, adegan sedang berlangsung di puncak gunung, di malam hari yang dingin, pemeran yang muncul, kemudian mengerutkan tubuhnya.
5. Tata Rias
Seringkali tokoh-tokoh yang ada didalam naskah usianya lebih tua dan pengalaman hidupnya lebih kompleks dari usia dan pengalaman peserta didik. Karena tokoh-tokoh yang ada didalam naskah adalah tokoh-tokoh yang telah dipertajam. Artinya, tokoh-tokoh yang telah diberi beban persoalan oleh pengarangnya. Misalnya, tokoh ibu, bapak, lurah, dokter, raja, ratu, dst. Karenanya, diperlukan tata rias untuk mendekatkan siswa pada tokoh yang mereka perankan. Tata rias yang berdasar pada penokohan ini disebut Tata rias karakter
.
6. Tata Busana
Tata busana yang dimaksud adalah tata busana untuk kebutuhan penokohan. Sumber dari tata busana penokohan adalah naskah lakon yang akan dipentaskan. Misalnya, bagaimana busana yang dikenakan oleh tokoh Ikah digambarkan; - “Ikah muncul, ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambai-lambaikan apabila berjalan atau bicara. Dan inilah gaya Hollywood yang gila itu”.
7. Tata Pentas
Tata pentas yang dimaksud adalah segala sesuatu (termasuk set dekor) yang diatur berdasarkan kebutuhan pengadeganan. Misalnya, untuk set dekor untuk naskah lakon “Mentang-mentang dari New York”: Ruang tamu di rumah keluarga Bi Atang di kampung Jelambar. Pintu depannya di sebelah kanan, jendela sebelah kiri, di sebelah pentas ini, ada seperangkat kursi rotan, di sebelah kanan ada radio besar yang merapat ke dinding belakang. Di tengah dinding itu ada sebuah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan bagian dalam rumah itu.
8. Tata Cahaya
Tata cahaya adalah kwalitas penyinaran berdasarkan suasana adegan. Misalnya untuk kebutuhan pementasan “Mentang-mentang dari New York”: Pagi hari, ketika layar di buka, terdengar pintu depan diketuk orang, Bi Atang muncul dari pintu tengah sambil melepaskan apronnya, dan bersungut-sungut. Tata cahaya menggambarkan suasana pagi melalui kombinasi penyinaran dari lampu-lampu spot yang diberi gelatin (warna cahaya).
Unsur Tata Usaha
Unsur Tata Usaha adalah unsur organisasi yang menangani masalah-masalah yang tidak ada hubungannya dengan unsur kesenian. Seperti:
• Pimpinan Produksi
• Pimpinan Panggung
• Stage Manager
• Sekretaris
• Keuangan
• Dana dan Usaha
• Pengurus Karcis
• Pengurus Publikasi
• Pengurus Gedung, dll
Sumber : buku k13 seni budaya kelas xi